Ketua Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, Dr. dr. Abdul Azis. Dok. IstKabarMakassar.com — Dunia medis Sulawesi Selatan berduka. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, Dr. dr. Abdul Azis, SpU (K), Subsp. Onk, meninggal dunia di Kota Makkah saat menunaikan ibadah umrah.
Kabar duka ini menyebar cepat di kalangan tenaga medis dan masyarakat, menimbulkan gelombang kehilangan yang mendalam bagi rekan sejawat, anggota DPRD dan civitas akademika Universitas Hasanuddin (Unhas).
Salah satu staf Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas) R, mengungkapkan bahwa kabar berpulangnya almarhum datang tak lama setelah pelaksanaan doa bersama secara daring bersama kalangan medis di Makassar.
“Setelah doa bersama, tidak lama kemudian kami mendapat kabar dari sana bahwa beliau telah meninggal dunia,” ujarnya dengan suara bergetar.
Dr. Abdul Azis dikenal luas sebagai dokter urologi dengan dedikasi tinggi, sekaligus sosok pemimpin yang menginspirasi. Selain menjabat sebagai Ketua IDI Makassar, ia juga dipercaya sebagai Direktur Pelayanan Medik dan Penunjang Medik RS Unhas. Dalam kesehariannya, almarhum dikenal rendah hati, pekerja keras, dan selalu siap turun langsung membantu siapa pun tanpa pandang status.
Kepergian dr. Azis meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Unhas. Dalam waktu singkat, takziah online melalui platform Zoom penuh sesak oleh ribuan peserta dokter, mahasiswa, hingga tenaga kesehatan dari berbagai daerah. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc, turut menyampaikan rasa kehilangan mendalam.
“Kepergian dr. Azis bukan hanya kehilangan staf berdedikasi, tapi juga sahabat,” ujar Prof. JJ.
“Dedikasinya untuk kepentingan orang banyak sangat total. Semoga beliau memperoleh tempat terbaik di sisi Allah SWT.”
Dikenal aktif di berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, almarhum juga memimpin Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (Mahtan) serta Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (Kreki) Sulsel. Ia sering terjun langsung dalam aksi kemanusiaan, termasuk membantu korban bencana dan krisis kesehatan. Saat pandemi Covid-19 melanda, dr. Azis menjadi garda terdepan, memimpin Satgas IDI Makassar dan menjadi Wakil Ketua Satgas RSUD Daya, memastikan tenaga medis tetap terlindungi di tengah tekanan dan risiko tinggi.
Rekam jejaknya di dunia medis dan sosial tak terlepas dari latar hidup yang sederhana. Lahir di Nipah Panjang, Jambi, 17 Mei 1977, Abdul Azis kecil bercita-cita menjadi insinyur penerbangan seperti B.J. Habibie. Namun takdir membawanya ke dunia kedokteran.
Dari Sekolah Menengah Farmasi, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, tempat ia menumbuhkan semangat kemanusiaannya melalui organisasi seperti Tim Bantuan Medis (TBM), pecinta alam, dan HMI. Sejak masa kuliah, ia aktif turun ke lapangan, menolong korban bencana di Ambon hingga Ternate.
Selama hidupnya, dr. Abdul Azis terus berupaya mengembangkan pelayanan kesehatan dan pendidikan kedokteran di Sulawesi Selatan. Rekan-rekan sejawat mengenangnya sebagai figur yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki empati yang besar terhadap sesama.
Kabar wafatnya di Tanah Suci Makkah setelah menjalankan misi kemanusiaan di Palestina menambah haru bagi banyak pihak. Di media sosial, ucapan belasungkawa mengalir deras dari tenaga medis, akademisi, hingga masyarakat umum. Banyak yang menulis satu kalimat serupa:
“Beliau pergi dengan cara yang paling indah.”
Kini, dunia medis Sulawesi Selatan kehilangan salah satu putra terbaiknya. Namun dedikasi dan keteladanan dr. Abdul Azis akan tetap hidup di hati mereka yang pernah bekerja dan berjuang bersamanya sebagai dokter, pemimpin, dan manusia yang mengabdi untuk kemanusiaan

















































