Beranda News Kontroversi Pemotretan Finalis Putra-Putri Sulsel, Dikecam Pemerhati Budaya
![Kontroversi Pemotretan Finalis Putra-Putri Sulsel, Dikecam Pemerhati Budaya](https://www.kabarmakassar.com/wp-content/uploads/2025/02/a168423a-dd6e-45bf-8d89-cbee930f76a4.jpg)
KabarMakassar.com – Ajang pemilihan Putra-Putri Sulsel tengah menjadi sorotan publik setelah sebuah foto pemotretan para finalis viral di media sosial.
Foto tersebut memperlihatkan penggunaan sarung perempuan Sulawesi Selatan dengan modifikasi menyerupai rok mini.
Keputusan ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk Andi Redo, pemerhati budaya sekaligus perwakilan Dewan Kebudayaan Makassar.
Melalui akun Instagram pribadinya @donrendo, Andi Redo mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan yang dianggap mencoreng identitas budaya Sulawesi Selatan. Ia menilai penggunaan sarung perempuan dalam konteks ini sebagai bentuk pelecehan budaya yang tidak bisa ditoleransi.
“Sarung perempuan Sulawesi Selatan bukan sekadar kain penutup tubuh, tetapi simbol kehormatan, keanggunan, dan kesopanan. Memotong dan membentuknya tanpa memahami nilai filosofisnya adalah bentuk vandalisme terhadap budaya kita,” tulisnya.
Ia menegaskan bahwa kreativitas tanpa etika adalah penghinaan. Alih-alih mempromosikan budaya Sulawesi Selatan, pemotretan ini dinilai justru merendahkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun.
Tak hanya itu, kritik juga diarahkan kepada Yayasan Sahabat Pemuda Prestasi Indonesia (YASPPI) selaku penyelenggara ajang tersebut. Sebagai organisasi yang membawa nama daerah, YASPPI dinilai memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga marwah budaya Sulawesi Selatan.
“YASPPI bukanlah agensi model bebas nilai. Mereka membawa nama daerah dan bertanggung jawab terhadap citra pemuda-pemudi Sulsel yang seharusnya tetap menjunjung tinggi adat dan budaya,” lanjut Andi Redo.
Sejauh ini, pihak penyelenggara belum memberikan tanggapan resmi terkait kontroversi ini. Namun, polemik ini menjadi pengingat bahwa mengangkat budaya dalam ajang publik harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penghormatan terhadap nilai-nilai adat yang ada.
Untuk informasi, Sebuah sesi pemotretan peserta Putra-Putri Sulawesi Selatan 2025 tengah menjadi sorotan. Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan para finalis mengenakan pakaian adat Sulawesi Selatan dengan tampilan yang dinilai terlalu terbuka.
Potret tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram @info_kejadian_makassar pada Senin, 10 Februari 2025, dan sejak itu menuai berbagai tanggapan. Banyak pihak, termasuk pemerhati budaya, seni, dan literasi, menyoroti pemotretan ini sebagai bentuk yang tidak sesuai dengan norma adat.
Dalam unggahan yang viral itu, terlihat tiga finalis putri Putra-Putri Sulawesi Selatan 2025 mengenakan baju bodo, pakaian adat khas perempuan Sulawesi Selatan. Namun, yang menjadi perhatian adalah cara mereka mengenakan sarung. Berbeda dari tradisi yang umumnya menutupi hingga mata kaki, dalam foto tersebut sarung dipakai lebih pendek hingga di atas lutut, sehingga tampak seperti rok mini.
“Beredar foto model pakaian khas Sulawesi Selatan yang tampil berbeda dari biasanya,” demikian keterangan dalam unggahan yang dikutip pada Selasa (11/02).
Reaksi warganet pun beragam, namun banyak yang menilai pemotretan ini sebagai bentuk pelecehan terhadap budaya Sulawesi Selatan. Mereka menilai bahwa pakaian adat memiliki nilai filosofis yang tidak seharusnya dimodifikasi secara sembarangan.
Hingga kini, pihak penyelenggara belum memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi ini.