KabarMakassar.com — Kurangnya waktu tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, contoh tekanan mental yang berlebihan atau stres, gaya hidup yang tidak mendukung kesehatan, sampai dengan beban pekerjaan yang tinggi dan menuntut.
Apabila kondisi tersebut terus terjadi secara berulang dalam jangka panjang, maka risiko gangguan kesehatan pun meningkat secara signifikan serta tidak bisa dianggap sepele. Aktivitas tidur mempunyai peranan yang sangat krusial bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Ketika seseorang tertidur, tubuh akan secara alami menjalankan proses pemulihan, baik dari segi fisik seperti perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, maupun dari segi mental, seperti pemulihan suasana hati dan kestabilan emosi.
Oleh sebab itu, setelah tidur yang cukup dan berkualitas, tubuh biasanya akan terasa lebih segar, bugar, juga siap menjalani aktivitas harian dengan lebih fokus dan energi yang optimal.
Tidur turut memegang peranan penting dalam mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada usia anak-anak dan remaja.
Hal itu karena produksi hormon pertumbuhan, yang sangat dibutuhkan dalam masa perkembangan fisik, terjadi secara aktif saat seseorang sedang tidur nyenyak.
Tetapi sebaliknya, jika waktu tidur tidak tercukupi, maka tubuh kemudian akan mengalami berbagai efek negatif, baik secara fisik maupun psikologis, yang mampu mengganggu kualitas hidup secara keseluruhan.
Kebutuhan akan tidur sebenarnya tidak bersifat universal serta dapat berbeda-beda tergantung pada usia serta kondisi fisik seseorang. Sebagai gambaran umum, orang dewasa idealnya membutuhkan waktu tidur berkualitas selama 7 sampai dengan 9 jam setiap malam untuk menjaga fungsi tubuh tetap optimal.
Sedangkan bagi anak-anak dan remaja, kebutuhan tidurnya cenderung lebih banyak, yaitu sekitar 8 sampai dengan 10 jam per hari, karena mereka masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Berikut sejumlah kondisi yang bisa terjadi apabila kurang tidur, diantaranya:
1. Imunitas tubuh melemah
Tubuh manusia mempunyai sistem kekebalan yang bertugas untuk melindungi dari berbagai serangan penyakit. Salah satu komponen penting dalam sistem tersebut adalah protein yang disebut sitokin.
Protein itu diproduksi secara alami oleh tubuh dan memiliki fungsi utama untuk membantu melawan infeksi, mengurangi peradangan, juga mengatasi respons tubuh terhadap stres yang berlebihan.
Proses pelepasan sitokin dalam tubuh terjadi terutama saat seseorang sedang tidur. Oleh sebab itu, tidur yang cukup memiliki peran penting dalam menjaga produksi sitokin tetap optimal.
Sebaliknya, apabila seseorang mengalami kurang tidur, maka jumlah sitokin yang diproduksi tubuh akan menurun secara signifikan. Penurunan tersebut berdampak langsung pada menurunnya efektivitas kerja sel-sel darah putih dan limfosit dalam mengenali serta melawan mikroorganisme penyebab penyakit.
Akibat dari berkurangnya kemampuan sistem imun itu, maka tubuh menjadi jauh lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, atau patogen lainnya.
Selain itu, lemahnya sistem kekebalan juga mampu memperlambat proses penyembuhan ketika tubuh mengalami luka, cedera fisik, atau sedang dalam masa pemulihan akibat suatu penyakit.
Dengan demikian, menjaga kualitas serta durasi tidur menjadi salah satu kunci penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh yang kuat.
2. Daya ingat menurun
Selama seseorang tidur, otak tetap aktif menjalankan fungsinya, salah satunya ialah memproses dan menyimpan berbagai informasi serta pengalaman yang diperoleh sepanjang hari ke dalam memori jangka pendek.
Proses tersebut bisa terjadi karena adanya penguatan pada koneksi antar sel-sel saraf di otak yang berperan penting dalam pembentukan dan penyimpanan ingatan.
Tetapi, jika waktu tidur tidak mencukupi atau terganggu secara terus-menerus, maka fungsi otak dalam menyusun, mengolah, dan menyimpan memori dapat mengalami gangguan.
Beberapa studi ilmiah bahkan menemukan bahwa kekurangan tidur berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir seseorang, terkhususnya dalam hal pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi yang kompleks.
Selain itu, rasa mengantuk yang sering muncul sebagai akibat dari kurang tidur juga dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih pelupa.
Tidak hanya itu, konsentrasi pun mudah terganggu, sehingga kemampuan untuk fokus serta membuat keputusan dengan tepat pun menurun.
3. Tingkatkan risiko penyakit kardiovaskular
Salah satu dampak serius dari kurang tidur yang patut diwaspadai adalah meningkatnya risiko terkena penyakit kardiovaskular. Hal tersebut disebabkan oleh peran penting tidur dalam membantu tubuh memperbaiki berbagai kerusakan, khususnya pada jaringan pembuluh darah dan organ jantung.
Saat kebutuhan tidur tidak terpenuhi, maka proses regenerasi ini tidak berjalan optimal, sehingga meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan jantung.
Selain itu, individu yang mengalami gangguan tidur kronis seperti insomnia juga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengembangkan berbagai penyakit kronis lainnya.
Beberapa di antaranya termasuk diabetes, obesitas, dan stroke. Bahkan, risiko munculnya penyakit serius seperti kanker pun bisa meningkat.
Di sisi lain, kurang tidur juga dapat berdampak pada kesehatan mental, misalnya memicu gangguan suasana hati, mudah tersinggung, juga mengalami kecemasan berlebihan.
4. Insomnia
Kurang tidur yang berlangsung dalam jangka waktu lama secara terus-menerus bisa memicu munculnya gangguan tidur yang dikenal dengan istilah insomnia. Insomnia sendiri adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk tertidur atau tidak bisa menikmati tidur yang nyenyak dan berkualitas sepanjang malam.
Apabila kondisi tersebut tidak segera ditangani dengan tepat, maka dampaknya bisa semakin meluas. Salah satunya adalah munculnya rasa kantuk berlebihan pada siang hari yang dapat mengganggu produktivitas dan aktivitas sehari-hari.
Tidak hanya itu, insomnia juga berdampak negatif pada fungsi otak, seperti menurunnya kemampuan berpikir jernih, berkurangnya fokus, serta meningkatnya perasaan gelisah atau cemas tanpa sebab yang jelas.
5. Muncul tanda penuaan diri
Kurangnya waktu tidur bisa memberikan dampak yang cukup jelas pada penampilan fisik, khususnya pada kondisi kulit. Saat seseorang tidak mendapatkan istirahat yang cukup, maka kulit akan tampak lebih pucat, terasa lebih kering, dan kehilangan kecerahannya, sehingga terlihat kusam.
Selain itu, bagian mata pun bisa mengalami pembengkakan atau terlihat sembap, yang menambah kesan wajah tampak lelah.
Apabila kebiasaan kurang tidur ini terus terjadi dalam jangka panjang, maka bukan hanya tampilan kulit yang terganggu, akan tetapi juga dapat memicu timbulnya tanda-tanda penuaan dini.
Sejumlah gejala yang sering muncul antara lain adalah munculnya kerutan, garis-garis halus, serta lipatan di sekitar area mata yang membuat wajah terlihat lebih tua dari usia sebenarnya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kekurangan tidur juga berkaitan erat dengan meningkatnya risiko munculnya jerawat.
Hal tersebut disebabkan oleh naiknya kadar hormon kortisol atau hormon stres yang diproduksi tubuh dalam jumlah lebih tinggi ketika seseorang tidak cukup tidur. Peningkatan hormon itu dapat memengaruhi keseimbangan kulit dan memicu peradangan, sehingga mempermudah timbulnya jerawat.