Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja

3 hours ago 2

Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (tengah) membuka Indonesia Intangible Cultural Heritage Festival di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Kota Jogja, Sabtu (23/11/2024). - Sirojul Khafid

JOGJA—Direktorat Jendral Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan menggelar Indonesia Intangible Cultural (ICH) Festival. Festival Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH) yang mengambil tema Indonesia Menuju Ibukota Budaya Dunia tersebut digelar di area Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret selama sepekan, mulai dari 23-28 November 2024.

Indonesia memiliki keberagaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Pemerintah atas dukungan masyarakat telah melakukan upaya pencatatan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH).

Sejak 2008-2023, upaya tersebut telah mendapatkan hasil dengan tercatatnya 13 ICH dari berbagai daerah di Indonesia sebagai milik komunal yangharus dijaga kelestariannya.

Adapun ke-13 ICH tersebut masing-masing adalah pertunjukan wayang dan keris Indonesia (4 November 2008); batik Indonesia (30 September 2009); pendidikan dan pelatihan batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda untuk pelajar SD, SMP, SMA, SMK dan mahasiswa politeknik yang bekerja sama dengan Museum Batik di Pekalongan (1 Oktober 2009); angklung (16 November 2010); tari saman (24 November 2011); tas noken (4 Desember 2012); tiga golongan tari tradisional di Bali (2 Desember 2015); seni rakit perahu Pinisi (2017); pencak silat (12 Desember 2019); pantun (17 Desember 2020); gamelan (15 Desember 2021); serta budaya sehat jamu (7 Desember 2023).

Ketika warisan budaya yang dimiliki telah dicatatkan di UNESCO, warisan tersebut menjadi milik bersama dan tentunya seluruh elemen bertanggung jawab untuk melakukan pelestarian dalam rangka mencegah terjadinya kepunahan atau ditinggalkan masyarakatnya.

Upaya-upaya telah dilakukan baik oleh komunitas, Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pada umumnya.

“ICH Festival ini adalah bukti nyata komitmen kita untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya takbenda Indonesia, yang merupakan identitas dan warisan luhur bangsa.,” kata Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dalam keterangan resmi yang diterima Harianjogja.com, Sabtu (23/11/2024).

Berdasarkan data yang terdapat di Kementerian Kebudayaan, kata Fadli Zon, kekayaan budaya Indonesia berupa cagar budaya yang berperingkat nasional berjumlah 4 228 cagar budaya, sedangkan warisan budaya takbenda yang telah ditetapkan dalam level nasional adalah sebanyak 2.213 karya budaya.

Untuk itu, pihaknya kini terus berkomitmen mendorong pencatatan warisan budaya UNESCO. Hal ini bukan hanya untuk mendapatkan pengakuan internasional, tetapi juga memperkuat identitas nasional, melestarikan keberagaman budaya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui warisan budaya yang dikelola dengan baik. 

Pertunjukan hingga Sarasehan

Digelar selama sepekan, ICH Festival 2024 menampilkan berbagai kegiatan, mulai dari pertunjukan, pameran, lokakarya, seminar hingga sarasehan.

Pertunjukan wayang akan dikemas dengan konsep adaptasi kolaborasi tiga jenis wayang yaitu wayang orang, wayang kulit dan wayang golek dengan media art, serta iringan komposisi musik gamelan. Pertunjukan ini digelar di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, kompleks Museum Benteng Vredeburg, Jogja.

Sementara pameran akan menyajikan 13 ICH dengan dukungan dari berbagai komunitas yang akan dilaksanakan di Ruang Sultan Agung kompleks Museum Benteng Vredeburg.

Tak hanya itu, digelar pula sejumlah lokakarya, di antaranya mengenai jamu, silat, membatik di atas topeng dengan para siswa/siswi SD dan SMP, serta tari saman.

Adapun, khusus seminar akan dilaksanakan oleh BPK wilayah X dengan tema Wayang sebagai Sarana Pewaris Tradisi dan Nili Luhur Bagi Generasi Muda. Sementara sarasehan akan membincangkan seputar keris yang akan terbagi menjadi tiga sesi dengan tiga narasumber, yakni Dr. Drs. Widodo Aribowo (Dosen FIB Universitas 11 Maret Sirakarta); Prof. Dr. Amos Setiadi, SY., MT (Guru Besar Univ. Atma Jaya Yogyakarta); serta Kusnawan, SE. (Ketua IHGMA DPD NTB) dengan materi Keris sejarah dan Filosofi Budaya Indonesia; Keris dalam Era Modern;  dan Keris dalam Pengembangan Industri Kreatif dan Warisan Budaya.

Pada acara pembukaan, Sabtu malam di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, sejumlah pergelaran ditampilkan. Di antaranya adalah pentas gamelan anak oleh Omah Cangkem; kolaborasi tiga jenis wayang yaitu wayang orang oleh Anter Asmorotedjo, wayang kulit oleh M. Yusuf, dan wayang golek oleh Rendy Ratnanto, serta video mapping bertema Sang Dewaruci; serta pameran ICH di Ruang Sultan Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news