PADANG, KLIKPOSITIF – Guru Besar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (Unand), Prof. Dr. Drs. Syafruddin Karimi, SE, MA mengatakan, kondisi pasar modal dan keuangan menunjukkan dua wajah dalam perkembangannya.
“Wajah pertama, risk appetite domestik mendorong IHSG ke rekor baru pada awal Oktober dan imbal hasil SUN 10-tahun turun mendekati 6%, dibantu penurunan suku bunga kebijakan; di sisi lain, pergantian menkeu memicu volatilitas jangka pendek pada saham, obligasi, dan rupiah sekitar pertengahan September,” katanya saat dihubungi di Padang.
Ia mengatakan, narasinya jelas, jika komunikasi kebijakan fiskal-moneter kembali padu dan agenda pembiayaan (termasuk penerbitan yuan bond) berjalan rapi, pasar akan kembali memberi premi stabilitas. “Sehingga investor mencari konsistensi, bukan sekadar headline,” paparnya.
Pergantian Menteri Keuangan
Disisi lain, Syafruddin melihat pergantian menteri keuangan membawa dua konsekuensi, yakni jangka pendek dan jangka menengah.
“Untuk jangka pendek, pasar bereaksi defensif karena khawatir terhadap kredibilitas fiskal; jangka menengah, tim baru bergerak ekspansif—menginjeksikan likuiditas ke bank, memperpanjang insentif PPN properti sampai 2027, dan menyiapkan instrumen pembiayaan baru—untuk mengangkat pertumbuhan ke target 6%,” jelasnya.
Dari hal itu, dampak bersihnya akan positif bila disiplin anggaran tetap terjaga dan setiap stimulus punya exit strategy yang jelas. Pasar sudah memberi sinyal apa yang dihargai: kejelasan rencana, ukuran yang terukur, dan konsistensi pelaksanaan.