Anggota Klaster Riset History, Culture, Tourism and Architecture (HCTA), pada Program Studi Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi. - Istimewa
Pendidikan arsitektur merupakan fondasi penting dalam membentuk generasi arsitek masa kini dan masa depan. Berbagai pemikiran, mengantar pada perlunya arsitek yang terampil secara teknis, peka terhadap konteks sosial, budaya, dan lingkungan. Salah satu tokoh arsitektur yang memberikan kontribusi signifikan dalam pemikiran arsitektur adalah Peter Zumthor. Melalui pendekatannya yang unik, Zumthor menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana pendidikan arsitektur diintegrasikan dengan pengalaman manusia dan konteks tempat.
Peter Zumthor adalah seorang arsitek asal Swiss, lahir pada 26 April 1943 di Basel, Swiss. Ia dikenal sebagai arsitek paling berpengaruh dan dihormati di dunia, terutama karena pendekatannya yang sensitif terhadap konteks, material, dan pengalaman pengguna. Zumthor menyelesaikan pendidikan arsitekturnya di Kunstgewerbeschule Basel dan Pratt Institute di New York.
Pada tahun 2009, Zumthor menerima penghargaan Pritzker Architecture Prize. Award ini dianggap sebagai Nobel dalam dunia arsitektur. Penghargaan itu adalah pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang arsitektur. Ia juga aktif dalam pendidikan arsitektur, mengajar di berbagai institusi, termasuk Accademia di Architettura di Universitas Swiss Italia.
Pijakan Desain Arsitektur
Salah satu konsep utama yang diusung oleh Zumthor adalah pentingnya pengalaman sensorik dalam arsitektur. Ia berpendapat arsitektur tidak hanya sekadar struktur fisik, juga pengalaman yang dirasakan pengguna atau penghuninya. Dalam pendidikan arsitektur, mahasiswa perlu diajarkan memahami bagaimana elemen-elemen cahaya, suara, dan material memengaruhi suasana dan interaksi manusia dengan ruang. Melalui pendekatan khas ini, mahasiswa dilatih mampu merancang bangunan yang fungsional, sekaligus menciptakan pengalaman emosional yang mendalam.
Zumthor menekankan pentingnya keterhubungan antara bangunan dan konteksnya. Ia percaya setiap proyek arsitektur mempertimbangkan lingkungan sekitar, dari segi budaya, sejarah, maupun ekologi. Dalam pendidikan arsitektur, mahasiswa dilatih melakukan analisis mendalam terhadap konteks tempat. Pengetahuan mencakup pemahaman tentang karakteristik lokal, kebutuhan masyarakat, dan tantangan lingkungan. Hasilnya, lulusan arsitektur akan mampu menciptakan karya yang relevan dan berkelanjutan.
Proses desain menurut Zumthor adalah perjalanan yang melibatkan refleksi mendalam. Ia mengajak arsitek fokus pada hasil akhir, sekaligus pada perjalanan kreatif yang dilalui. Dalam pendidikan arsitektur, penting mengajarkan mahasiswa tentang pentingnya proses sebagai perjalanan. Mereka perlu diberi ruang bereksperimen, berinovasi, dan belajar dari kesalahan. Dengan pendekatan unik ini, mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata dan mampu menghasilkan desain yang lebih matang dan bermakna.
Dalam karya-karyanya, Zumthor sering kali mengeksplorasi penggunaan material yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ia percaya material tidak hanya berfungsi secara struktural. Material memiliki kemampuan membangkitkan emosi. Dalam pendidikan arsitektur, mahasiswa perlu diajarkan tentang pentingnya memilih material yang sesuai dengan konteks dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan bekal ini, mereka mampu merancang bangunan yang indah, sekaligus bertanggung jawab secara ekologis.
Fungsi Praktis
Salah satu aspek penting dalam arsitektur adalah menciptakan rasa tempat yang kuat. Zumthor berpendapat arsitektur harus mampu menciptakan hubungan emosional antara pengguna dan ruang. Dalam pendidikan arsitektur, mahasiswa perlu diajarkan merancang ruang yang memenuhi fungsi praktis, juga yang mampu membangkitkan perasaan dan kenangan. Hasilnya akan dicapai melalui pemahaman yang mendalam tentang bagaimana ruang memengaruhi pengalaman manusia.
Zumthor menekankan arsitektur yang baik mampu menciptakan momen-momen berharga bagi pengguna. Dalam pendidikan arsitektur, penting untuk mengajarkan mahasiswa tentang bagaimana menciptakan momen-momen bernilai melalui desain. Cara ini mencakup pemahaman tentang bagaimana elemen-elemen desain berinteraksi menciptakan pengalaman yang mendalam dan bermakna. Berbasis pendekatan ini, mahasiswa lebih mampu merancang bangunan yang bagus dilihat, tetapi juga dirasakan.
Dari uraian dii atas terlihat, pendidikan arsitektur menurut konsep-konsep Peter Zumthor menawarkan pendekatan yang holistik dan mendalam. Pendidikan arsitektur menekankan pengalaman sensorik, keterhubungan dengan konteks, proses desain yang reflektif, penggunaan material yang berkelanjutan, penciptaan rasa tempat, dan keterlibatan emosional.
Dengan jalan itu, pendidikan arsitektur sangat berpotensi menghasilkan arsitek yang terampil dan peka terhadap kebutuhan manusia serta lingkungan. Arsitektur menjadi pemelihara dan penyelamat planet bumi dan penghasil kualitas kehidupan manusia secara relevan dan signifikan.
Melalui pemahaman di atas, generasi arsitek masa depan diharapkan mampu menciptakan karya-karya yang memenuhi fungsi praktis, dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian, arsitektur menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan pengalaman yang lebih kaya bagi semua orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News