OPINI: Quo Vadis Pendidikan Arsitektur?

2 weeks ago 2

 Quo Vadis Pendidikan Arsitektur? Anggota Klaster Riset History Culture Tourism and Architecture (HCTA)/Program Studi Arsitektur Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi. - Istimewa

Di tengah perubahan cepat yang terjadi di abad 21, pendidikan arsitektur menghadapi tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Terkait dengan konteks ini, Yuval Noah Harari, seorang sejarawan dan penulis terkemuka, memberikan wawasan yang berharga. Bagaimana pendidikan holistik diterapkan dalam pendidikan arsitektur untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi kompleksitas dunia modern yang semakin berkembang dan rumit.

Konsep Pendidikan Holistik

Pendidikan holistik adalah pendekatan yang mengintegrasikan berbagai aspek perkembangan individu, termasuk intelektual, emosional, sosial, dan fisik. Dalam pendidikan arsitektur, pendekatan holistik sangat penting karena arsitektur bukan hanya tentang desain bangunan. Arsitektur juga tentang menciptakan ruang yang berfungsi untuk masyarakat dan lingkungan. Harari menekankan, dalam dunia yang semakin terhubung, pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial dan budaya sangat penting bagi para arsitek kini dan masa depan.

Abad 21 ditandai oleh kemajuan teknologi yang pesat, perubahan iklim, dan tantangan sosial yang kompleks. Menurut Harari, individu harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ini. Dalam pendidikan arsitektur, mahasiswa tidak hanya perlu belajar tentang teknik dan estetika. Mahasiswa perlu memahami tentang dampak sosial dan lingkungan dari desain arsitektur. Pendidikan holistik mendorong mahasiswa mampu berpikir kritis dan kreatif, serta memahami bagaimana desain arsitektur memengaruhi kehidupan manusia.

Salah satu tema sentral dalam pemikiran Harari adalah pentingnya mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai humanis. Dalam pendidikan arsitektur berarti mahasiswa harus dilatih menggunakan teknologi terbaru, perangkat lunak desain dan alat pemodelan 3D, sambil tetap mempertahankan fokus pada kebutuhan manusia. Harari mengingatkan, teknologi harus digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan hanya untuk efisiensi. Oleh karena itu, pendidikan arsitektur harus mencakup pelajaran tentang etika dan tanggung jawab sosial dalam penggunaan teknologi.

Harari juga menekankan pentingnya pengalaman dan sensitivitas dalam pengembangan karakter. Dalam konteks pendidikan arsitektur, mahasiswa harus terlibat dalam proyek-proyek nyata yang memungkinkan mereka untuk merasakan dampak dari desain mereka. Melalui pengalaman langsung, mahasiswa mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan pengguna dan konteks sosial di sekitarnya. Ini sejalan dengan pendekatan pendidikan holistik yang menekankan pembelajaran melalui pengalaman.

Pendidikan arsitektur di abad 21 juga harus mendorong kolaborasi interdisipliner. Harari menegaskan, masalah kompleks yang dihadapi masyarakat saat ini tidak dapat diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja. Dalam pendidikan arsitektur, kolaborasi dengan disiplin lain, psikologi, sosiologi, dan ilmu lingkungan, memperkaya pemahaman mahasiswa tentang bagaimana desain arsitektur mempengaruhi masyarakat. Pendidikan holistik mendorong mahasiswa melihat hubungan antara berbagai disiplin ilmu dan bagaimana bekerja sama untuk menciptakan solusi yang lebih baik.

Dalam dunia yang semakin terhubung, Harari mendorong pentingnya kesadaran global dan tanggung jawab sosial. Pendidikan arsitektur harus mencakup pemahaman tentang isu-isu global, perubahan iklim, ketidakadilan sosial, dan keberlanjutan. Mahasiswa harus diajarkan untuk berpikir secara kritis tentang bagaimana desain berkontribusi pada solusi untuk berbagai masalah. Pendidikan holistik memberikan landasan yang kuat bagi mahasiswa untuk menjadi arsitek yang tidak hanya fokus pada estetika, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan dari karya mereka. 

Harapan ke Depan

Pendidikan holistik dalam pendidikan arsitektur adalah kunci untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan abad 21. Dengan mengintegrasikan pemikiran Harari tentang pengalaman, sensitivitas, teknologi, dan tanggung jawab sosial, pendidikan arsitektur mampu menciptakan arsitek yang terampil dalam desain, juga peka terhadap kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Dalam dunia yang terus berubah, pendekatan holistik memastikan arsitektur tidak hanya menjadi tentang bangunan. Arsitektur juga tentang menciptakan ruang yang mendukung kehidupan manusia dan keberlanjutan planet bumi sebagai rumah bersama seluruh manusia.

Dengan demikian, pendidikan arsitektur yang holistik akan menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik. Arsitek dapat berkontribusi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan. Artinya, arsitektur berpotensi dan mampu menyongsong abad 21 dengan penuh keyakinan dan tanggung jawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news