Pemkab Luwu dan Polres Luwu memeriksa alat kelengkapan lapangan kebencanaan (dok. Ist)KabarMakassar.com — Pemerintah Kabupaten Luwu bersama Polres Luwu meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang dipicu fenomena La Niña, yang diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2026.
Peningkatan curah hujan di atas normal berpotensi menyebabkan banjir, tanah longsor, dan angin kencang di wilayah selatan Sulawesi, termasuk Luwu.
Kapolres Luwu, AKBP Adnan Pandibu, menegaskan bahwa kesiapsiagaan seluruh unsur penanganan bencana menjadi prioritas untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem.
Dia menyebut koordinasi lintas lembaga dan kesiapan sumber daya manusia merupakan langkah penting dalam menghadapi situasi darurat.
“Apel kesiapsiagaan tanggap darurat bencana ini merupakan langkah nyata dalam memastikan seluruh personel dan stakeholder yang terlibat dapat bersinergi secara sigap, cepat, dan tepat dalam menghadapi berbagai potensi bencana ke depan demi menjamin keselamatan masyarakat,” ujar Kapolres, Rabu (05/11).
Ia menambahkan, Indonesia termasuk negara dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di dunia.
Berdasarkan data nasional hingga 19 Oktober 2025, telah terjadi 2.606 kejadian bencana di berbagai wilayah, dengan dampak signifikan terhadap masyarakat. Kondisi itu menunjukkan perlunya sistem tanggap darurat yang terkoordinasi hingga tingkat daerah.
AKBP Adnan juga menekankan pentingnya mitigasi dini melalui pemetaan wilayah rawan bencana dan penyampaian informasi kepada masyarakat.
Ia mengingatkan agar seluruh pihak melakukan deteksi dini, mempersiapkan logistik dan sarana pendukung, serta melaksanakan simulasi penanggulangan bencana secara berkala.
Fenomena La Niña, kata dia, menjadi perhatian utama karena berpotensi meningkatkan intensitas hujan di wilayah pegunungan dan dataran rendah.
Kondisi ini dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu.
Sementara itu, Wakil Bupati Luwu Muh. Dhevy Bijak Pawindu menekankan bahwa kesiapsiagaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat.
Ia menilai kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
“Kita harus siap siaga menghadapi segala kemungkinan. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk meminimalkan dampak bencana dan memastikan masyarakat mendapatkan perlindungan terbaik,” ujarnya.
Dhevy menambahkan bahwa pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan BPBD, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan untuk memperkuat kesiapan di lapangan, terutama dalam menghadapi potensi banjir dan longsor di wilayah rawan.
Upaya ini diharapkan dapat mempercepat penanganan jika terjadi bencana dan mengurangi risiko korban jiwa.
Pemerintah Kabupaten Luwu mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama puncak musim hujan akhir tahun ini.
Pemkab juga meminta warga segera melaporkan setiap tanda-tanda bencana kepada aparat atau posko tanggap darurat terdekat agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi.


















































