Bendera PSI (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan pemerintah daerah dan aparat keamanan yang membatasi serta melarang pesta kembang api pada malam pergantian Tahun Baru.
Kebijakan tersebut dinilai sebagai sikap empati dan kepedulian kemanusiaan di tengah duka bangsa akibat bencana alam yang melanda sejumlah wilayah, khususnya di Sumatera dan Aceh.
Ketua Harian DPP PSI, Ahmad Ali, menegaskan bahwa larangan kembang api bukanlah bentuk pembatasan kebahagiaan masyarakat, melainkan pilihan moral untuk menghormati penderitaan para korban bencana yang masih berjuang memulihkan kehidupan mereka.
“Tahun baru seharusnya tidak hanya dirayakan dengan sorak dan cahaya di langit, tetapi juga dengan keheningan hati dan kepedulian. Saat sebagian saudara kita masih berjuang pasca bencana, empati adalah bentuk perayaan yang paling bermakna,” kata Ahmad Ali dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/12).
Ia mengajak masyarakat Indonesia menjadikan malam pergantian tahun sebagai momentum refleksi dengan mengisinya melalui doa bersama, baik di rumah, tempat ibadah, maupun lingkungan masing-masing. Doa tersebut, kata dia, menjadi ikhtiar memohon keselamatan, kedamaian, dan kekuatan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi tahun mendatang.
“Mari kita tundukkan kepala, bukan menyalakan kembang api. Kita mohon kepada Allah SWT agar bangsa ini dijauhkan dari perpecahan, diberi ketenangan, dan dikuatkan menghadapi berbagai tantangan ke depan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad Ali juga menekankan pentingnya perhatian jangka panjang terhadap penanganan pascabencana. Ia mengingatkan agar upaya pemulihan tidak berhenti pada respons darurat semata, melainkan berlanjut pada pemulihan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berkelanjutan.
“Negara harus hadir bukan hanya saat kamera menyala. Negara harus memastikan rumah dibangun kembali, mata pencaharian pulih, dan masyarakat bangkit dengan martabat,” tegasnya.
PSI, lanjut Ahmad Ali, mendukung langkah pemerintah dan aparat keamanan dalam menjaga ketertiban dan keselamatan publik, sekaligus mendorong lahirnya budaya perayaan yang lebih beradab, reflektif, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.
“Tahun baru adalah momentum memperbaiki niat. Semoga 2026 menjadi tahun kedamaian, persatuan, dan kerja nyata untuk rakyat Indonesia,” tutupnya.
Sikap senada juga disampaikan Ketua Umum DPP PSI, Kaesang Pangarep. Ia mengimbau seluruh pengurus, kader, dan simpatisan PSI agar memperingati Natal dalam suasana sederhana, disertai semangat untuk membantu saudara-saudara yang terdampak bencana.
“Ulurkan tangan, berikan bantuan, dan dukungan semampu kita untuk meringankan beban para korban,” ujar Kaesang.
Kaesang menilai perayaan Natal tahun ini berlangsung dalam suasana duka dan keprihatinan. Menurutnya, makna Natal mengajarkan pentingnya keluarga sebagai ruang awal tumbuhnya nilai kasih, pengorbanan, dan iman, yang menjadi fondasi masyarakat rukun dan bangsa yang bersatu.
Nilai-nilai tersebut, kata Kaesang, sejalan dengan semangat kebangsaan yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
“Dari keluarga yang kuat dan penuh kasih, akan lahir warga negara yang menjunjung toleransi serta menjaga persatuan nasional,” pungkasnya.

















































