KabarMakassar.com — Rupiah terus menunjukkan tren positif, dibuka menguat 0,13 persen di level Rp15.845 per dolar AS pada Jumat (29/11) pagi. Ini melanjutkan momentum penguatan sebesar 0,38 persen yang tercatat pada perdagangan Kamis (28/11).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah juga mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 0,75 persen terhadap dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang yang stabil di tengah tekanan global.
Penguatan rupiah kali ini didorong oleh pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang turun 0,11 persen ke level 105,93 dari posisi sebelumnya di 106,05.
Penurunan dolar AS terjadi seiring rilis data ekonomi Amerika Serikat yang kurang memuaskan serta meredanya ketidakpastian geopolitik global. Selain itu, optimisme pasar menjelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 turut memperkuat posisi rupiah.
PTBI 2024, yang berlangsung pada Jumat malam di Jakarta, menjadi pusat perhatian pelaku pasar. Dengan tema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional,” acara ini menegaskan komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global maupun domestik. Stabilitas ini dianggap sebagai pijakan utama untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Presiden Prabowo Subianto turut hadir dan memberikan pidato yang menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat transformasi ekonomi.
Dalam pidatonya, Presiden menekankan bahwa stabilitas makroekonomi yang kokoh harus menjadi dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memperkuat daya saing, dan mewujudkan visi pembangunan jangka panjang.
Pasar menyambut baik optimisme ini, terutama karena Bank Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengelola kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan stabilitas.
Dalam konteks ini, penguatan rupiah menjadi cerminan kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang tetap tangguh meski dihadapkan pada tantangan global.
Dengan kombinasi penguatan mata uang dan kebijakan yang berfokus pada transformasi ekonomi, Indonesia terus menunjukkan ketahanan dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Dukungan lintas sektor yang ditekankan dalam PTBI 2024 diharapkan menjadi katalis utama bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Capital Outflow Berlanjut
Pekan ini, aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia masih berlanjut, meski nilainya lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa pada periode 25-28 November 2024, total capital outflow mencapai Rp1,78 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan Rp7,50 triliun yang tercatat pada periode 18-21 November 2024.
Pasar saham menjadi sektor dengan tekanan paling besar, mencatatkan aliran modal asing keluar sebesar Rp2,01 triliun. Tekanan juga terjadi pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang mengalami outflow sebesar Rp1,66 triliun. Meski demikian, pasar Surat Berharga Negara (SBN) menjadi penyelamat dengan mencatat aliran modal masuk sebesar Rp1,89 triliun, sehingga mampu mengurangi dampak negatif outflow secara keseluruhan.
“Berdasarkan data transaksi periode 25-28 November 2024, nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp1,78 triliun,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya, Sabtu (30/11/2024).
Walaupun mengalami tekanan pekan ini, pasar keuangan Indonesia masih menunjukkan daya tarik jika dilihat dari awal tahun. Hingga 28 November 2024, pasar saham berhasil mencatatkan capital inflow sebesar Rp24,65 triliun. Pasar SBN juga tak kalah menarik, dengan aliran modal masuk sebesar Rp29,17 triliun sepanjang tahun ini. Instrumen SRBI menjadi yang paling diminati, mencatat inflow fantastis sebesar Rp184,85 triliun sejak Januari.
Namun, sentimen pasar global turut memberikan dampak. Premi risiko investasi Indonesia, yang diukur dari credit default swaps (CDS) 5 tahun, naik ke level 74,53 bps pada 28 November 2024 dari 73,13 bps sepekan sebelumnya. Di sisi lain, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun naik ke level 6,904 persen, sementara yield surat utang AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun ke 4,263 persen.
Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global. “BI memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” kata Ramdan.
Meskipun tantangan global masih membayangi, aliran modal asing yang tetap positif sejak awal tahun menjadi indikasi bahwa pasar keuangan Indonesia masih dipercaya sebagai tempat investasi yang solid. Hal ini diharapkan dapat terus mendukung stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global.