Sejarawan Nilai Usia Harla Sulsel Salah Kaprah: Carikan Lontaraq yang Membuktikan

1 day ago 5
 Carikan Lontaraq yang MembuktikanGuru Besar Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Nurhayati (Dok: KabarMakassar).

KabarMakassar.com — Guru Besar Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Nurhayati, mengungkap kritik tajam terhadap penetapan Hari Jadi Sulawesi Selatan (Sulsel) atau HUT yang kini disebut-sebut mendekati usia 400 tahun.

Diketahui, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) beberapa waktu lalu menyelenggarakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-365 Sulsel tahun 2025. Puncak perayaan HUT Sulsel ini dirangkaikan dengan jalan sehat hingga pemberian hadiah kepada daerah di Sulsel yang berhasil menghadirkan mengoptimalkan pelayanan dengan puncaknya berlangsung pada 19 Oktober 2025, lalu.

Prof. Dr. Nurhayati menegaskan, klaim tersebut tidak memiliki dasar sejarah yang kuat dan tidak pernah tercatat dalam naskah lontaraq sebagai sumber utama historiografi Sulawesi Selatan.

Pernyataan itu disampaikan dalam talk show pada Kick Off Haul Internasional yang dirangkaikan dengan Kick Off Festival Aksara Lontaraq VII di Amfiteater Bikin-Bikin Creative Hub, Nipah Mall Makassar, Jumat (19/12).

Menurutnya, kegiatan seperti ini menjadi momentum penting karena banyak kesalahan sejarah yang selama ini dibiarkan tanpa koreksi, termasuk penetapan hari jadi Sulsel.

“Saya justru merasa seminar ini yang paling ditunggu, karena di Sulawesi Selatan banyak kesalahan sejarah yang terus direproduksi. Pertanyaan mendasarnya sederhana, kapan Sulawesi Selatan itu lahir? Tidak pernah ada Sulsel sebelum kemerdekaan, kalau memang ada coba Carikan saya lontaraq untuk membuktikan hal itu,” tegas Prof. Nurhayati.

Ia menjelaskan, sebelum Indonesia merdeka, wilayah yang kini disebut Sulawesi Selatan terdiri atas kerajaan-kerajaan berdaulat seperti Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan sejumlah entitas politik lainnya. Istilah Sulawesi Selatan sebagai satuan administratif baru muncul jauh setelah Indonesia berdiri sebagai negara.

“Yang ada itu Gowa-Tallo, ada Makassar sebagai entitas sejarah. Tiba-tiba sekarang muncul peringatan 400 tahun Sulawesi Selatan. Ini tidak masuk akal secara historis,” ujarnya.

Prof. Nurhayati juga menyinggung kekalahan besar Kerajaan Gowa sebagai peristiwa sejarah penting yang kerap disalahartikan. Menurutnya, kekalahan tersebut merupakan kekalahan Raja Gowa, bukan kekalahan entitas bernama Sulawesi Selatan.

“Kekalahan besar Gowa sering dijadikan titik tolak narasi sejarah Sulsel. Padahal itu adalah kekalahan kerajaan Gowa, bukan kekalahan Sulawesi Selatan, karena Sulsel sendiri belum ada,” katanya.

Ia menilai, penetapan ulang tahun Sulawesi Selatan yang ditarik hingga abad ke-14 merupakan kekeliruan serius dalam penulisan sejarah. Dalam kajian filologi dan penelusuran naskah lontara, istilah Sulawesi Selatan tidak ditemukan sama sekali sebelum era pascakemerdekaan.

“Silakan periksa lontara. Apakah ada Sulawesi Selatan sebelum Indonesia merdeka? Tidak ada. Sulsel sebagai daerah administratif baru terbentuk tahun 1952. Itu fakta sejarah,” tegasnya.

Meski telah berulang kali menyuarakan koreksi tersebut melalui tulisan, seminar, dan forum akademik, Prof. Nurhayati mengaku kritik itu kerap diabaikan. Ia menyebut tidak ada kemauan politik yang serius dari pemerintah daerah maupun DPRD untuk meluruskan kesalahan sejarah yang telah berlangsung lama.

“Sudah lama saya menulis, berbicara, bahkan berteriak soal ini. Tapi tidak ada niat untuk mengubahnya. Padahal ini bukan persoalan kecil, ini menyangkut dasar identitas sejarah daerah, mereka (Gubenur dan DPRD) diam-diam saja,” ujarnya.

Menurut Prof. Nurhayati, pelurusan sejarah bukan sekadar urusan akademik, tetapi tanggung jawab moral terhadap generasi mendatang. Kesalahan sejarah yang dibiarkan akan melahirkan pemahaman keliru tentang jati diri Sulawesi Selatan.

“Yang paling penting adalah menulis dan terus menulis. Terlepas didengar atau tidak oleh pemerintah dan DPRD. Karena ini temuan yang sangat penting dan tidak boleh dikubur,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news