KabarMakassar.com — Tambang selalu identik dengan pengrusakan lingkungan, bahkan menurut data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) 85.270 hektar hutan di Sulsel telah hilang dalam satu dekade terakhir. Kehilangan tutupan hutan ini berkontribusi langsung pada lonjakan risiko bencana menjadi 276 kasus.
Namun, pemandangan berbeda terlihat di pulau Sulawesi. Di daerah konsensus tambang yang dikelola oleh PT Vale Indonesia, pohon lebat masih terlihat mengelilingi, aliran sungai terlihat segar, tak tercemar limbah tambang.
Konsep Green Mining yang diusung PT Vale Indonesia seolah menepis hasil kajian sejumlah NGO jika tambang tak bisa sejalan dengan kelestarian lingkungan.
Tambang Hijau PT Vale Indonesia
Walhi Sulsel baru-baru ini menyebut hutan yang tersisa di Sulsel kini hanya sekitar 29,70% dari luas provinsi, atau sekitar 1.356 hektar.
Begitupun degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS), terdata dari 139 DAS di Sulsel, hanya 38 DAS yang tergolong sehat, sementara 101 DAS berada dalam kondisi kritis. DAS yang rusak menjadi kontributor utama bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan kekeringan.
Faktanya, data terakhir memperlihatkan dari 5.400 hektare area yang telah dibuka untuk aktivitas pertambangan PT Vale lebih dari setengahnya atau mencapai 3.500 hektar telah dihijaukan kembali melalui geliat reklamasi yang dilakukan. Ada lebih dari 4,46 juta pohon ditanam di area itu, termasuk tanaman endemik lokal.
Pada 2025, PT Vale memiliki target persentase luasan reklamasi bahkan akan semakin diperbesar dengan capaian hingga 70% dari total luas area yang dibuka.
Rencananya, dari 5.996 hektare area yang diproyeksi dibuka hingga tahun tersebut, seluas 4.195 hektar diantaranya harus sudah dihijaukan kembali.
Sementara, program rehabilitasi lintas batas di Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki gagasan ambisius. Tercatat sudah ada lebih dari 16 juta pohon di tanam di lahan seluas 14.665 hektar, yang tersebar di 15 kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan tiga kabupaten lainnya di Jawa Barat.
Angka tersebut membuat PT Vale telah melampaui batas kewajibannya (beyond compliance) dalam Kontrak Karya melalui Program Pemulihan DAS.
Program rehabilitasi ini adalah program penanaman pohon di luar area Kontrak Karya perusahaan dengan tujuan untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan fungsi DAS untuk penyerapan karbon.
“Kambing Hitam” Penambang Ilegal
Pada Maret 2022 lalu, tim Pemberantas Tambang Ilegal dari Mabes Polri RI menyita sejumlah alat berat para penambang ilegal di sekitar area konsesi tambang PT Vale, Desa Bahomotefe, Kabupaten Morowali.
Akibat dari penambangan ilegal ini, aliran sungai yang melintasi beberapa desa turut tercemar, bencana longsor-pun tak bisa terhindarkan. Sejumlah warga juga mengaku debu dari tambang ilegal membuat pernapasan mereka terganggu.
Meski bukan pelaku yang menyebabkan semua itu, namun PT Vale Indonesia menjaga komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dengan melakukan program normalisasi Sungai Bahopenila di Desa Onepute Jaya, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali.
Sungai ini menjadi sumber irigasi penting bagi sawah seluas 5,7 hektare yang mampu menghasilkan panen hingga tiga kali setahun.
Chief Project Officer Growth Project PT Vale Indonesia, Muhammad Asril, menyebut proyek normalisasi dilakukan untuk mengatasi sedimentasi akibat aktivitas tambang di sekitar wilayah tersebut.
PT Vale telah menerapkan langkah-langkah strategis, seperti pemasangan bronjong, pembangunan tanggul pengaman, kolam sedimentasi, hingga pengerukan sedimen.
“Kini kualitas air Sungai Bahopenila stabil bahkan saat hujan deras, tanpa lonjakan parameter Total Suspended Solid (TSS),” ujarnya Sabtu (30/11).
Selain itu, PT Vale juga memberikan pendampingan kepada petani melalui penyuluhan dan distribusi pupuk kompos.
“Ini bagian dari komitmen kami untuk mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambah Asril.
PT Vale menegaskan bahwa keberhasilan program ini dicapai berkat kolaborasi aktif dengan masyarakat, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan lainnya.
Keberlanjutan menjadi landasan utama dalam setiap operasinya, memastikan harmoni antara aktivitas tambang, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan komunitas.
Proyek ini, yang progresnya telah mencapai 90 persen, diharapkan menjadi model bagi inisiatif keberlanjutan lainnya di Indonesia, menegaskan peran PT Vale sebagai pemimpin dalam praktik pertambangan yang bertanggung jawab.
Ini bukan yang pertama kalinya, PT Vale juga menerapkan strategi pengelolaan air dengan membangunan 120 kolam pengendapan di Sorowako, serta strategi pengelolaan hutan atau pasca tambang dengan menyediakan bibit pohon untuk penghijauan kembali area yang ditambang sumber dayanya.
PT Vale juga memiliki Taman Geo University, yang didalamnya terdapat pembibitan, penangkaran rusa, serta tempat pemeliharaan kupu-kupu. Hal ini dilakukan sebagai pembibitan pengelolaan hutan.
Komitmen PT Vale Wujudkan Tambang Berkelanjutan
Head of Communications PT Vale Indonesia, Vanda Kusumaningrum menegaskan visinya untuk menjadi pelopor dalam green mining dan green product.
“Kami ingin berkolaborasi agar anak cucu kita juga dapat menikmati apa yang kita rasakan saat ini,” ujar Vanda.
Ke depan,katanya, pihaknha akan terus berupaya sebaik mungkin untuk mewujudkan mimpi menjadi perusahaan tambang nikel yang menerapkan konsep pertambangan hijau secara nyata.
Sebagai bagian dari strategi globalnya, PT Vale Indonesia baru-baru ini menandatangani perjanjian kerja sama dengan mitra di China.
Proyek ini akan memasuki tahap konstruksi fasilitas tambang pada Januari mendatang. Fasilitas tersebut dirancang dengan prinsip keberlanjutan, termasuk penggunaan ekonomi sirkular dan energi terbarukan seperti panel surya.
“Ini merupakan bagian dari eskalasi menuju target net zero emissions. Kami tidak akan menggunakan batu bara, melainkan berfokus pada energi bersih,” tambah Vanda.
Selain investasi pada teknologi ramah lingkungan, PT Vale Indonesia juga memberikan perhatian besar pada pengembangan fasilitas umum dan masyarakat di sekitar lokasi operasional.
Dalam hal eksplorasi tambang, perusahaan menegaskan komitmennya untuk selalu berdialog dengan warga terdampak sebelum memulai aktivitas apa pun.
“Kami sangat menghargai diskusi terbuka dengan warga. Feedback dari mereka menjadi bagian penting dari proses pengambilan keputusan kami. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang kesejahteraan masyarakat sekitar,” jelas Vanda.
PT Vale Indonesia juga menanggapi kritik yang sering muncul dari berbagai pihak, termasuk lembaga seperti WALHI.
Perusahaan menegaskan bahwa pendekatan green mining yang diusung bukan sekadar janji, tetapi langkah nyata menuju masa depan yang lebih baik.
Dengan visi besar dan langkah strategis ini, PT Vale Indonesia berharap dapat menjadi contoh bagi perusahaan tambang lainnya di Indonesia untuk menerapkan konsep pertambangan yang lebih berkelanjutan.
“Ini bukan hanya tentang apa yang kita lakukan hari ini, tetapi juga tentang apa yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang,” tutup Vanda.
Sebagai bagian dari upaya menuju nol emisi, PT Vale mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sorowako, Sulawesi Selatan, yang telah membantu menurunkan emisi hingga 11,41% pada akhir 2022.
Perusahaan juga memanfaatkan teknologi seperti electric boiler dan biodiesel B30 di pabrik pengolahan nikel, dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 33% pada 2030, sebelum mencapai nol emisi pada 2050—sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional.
Komitmen terhadap lingkungan juga diwujudkan melalui reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang. Alih-alih membiarkan lahan kosong, perusahaan ini menghijaukan kembali area tersebut untuk mendukung keseimbangan ekosistem.
Selain itu, teknologi canggih seperti Continuous Emission Monitoring System (CEMS) dan Electro Static Precipitator (ESP) digunakan untuk memantau dan mengontrol emisi dari proses produksi.
Seluruh kegiatan peleburan perusahaan menggunakan tenaga hidroelektrik 100%, yang tidak hanya efisien tetapi juga ramah lingkungan.
Selain itu, perusahaan ini telah berhasil merehabilitasi area tambang hingga 250% dari lahan yang dibuka, sekaligus menjaga kualitas air di sekitar tambang selama lebih dari 50 tahun.
Sepanjang 2022, PT Vale mencatat intensitas karbon operasional pabrik nikel di Sorowako sebesar 26,94 ton CO2eq per ton nikel, yang merupakan level terendah di Indonesia.
Inovasi lain seperti smart energy monitoring, uji coba kendaraan berat listrik, dan pengembangan bus listrik untuk operasional karyawan terus dilakukan untuk mengurangi jejak karbon lebih jauh.
Dalam pengelolaan limbah cair, PT Vale mengoperasikan fasilitas seperti Lamella Gravity Settler dan Pakalangkai Waste Water Treatment yang terintegrasi dengan sistem pengendalian sedimen berkapasitas lebih dari 15 juta meter kubik.
Ini memastikan limbah yang dihasilkan dari proses tambang dikelola dengan aman dan efisien, tanpa merusak lingkungan.
Perseroan memandang keberlanjutan sebagai kunci masa depan, sehingga tak ada masa depan tanpa tambang, dan tak ada tambang tanpa peduli masa depan.