Stok Beras 586 Ribu Ton, Bulog Sulselbar Jamin Ketersediaan Jelang Nataru 2025/2026

8 hours ago 4
Stok Beras 586 Ribu Ton, Bulog Sulselbar Jamin Ketersediaan Jelang Nataru 2025/2026Pimpinan Wilayah Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Fahrurozi, (Dok: Sinta KabarMakassar).

KabarMakassar.com — Pimpinan Wilayah Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Fahrurozi, mengatakan ketersediaan beras dan pangan strategis dalam kondisi sangat aman menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Saat ini kata Fahrurozi, stok beras yang dikuasai Bulog Sulselbar mencapai 586 ribu ton dan dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang.

Ia mengatakan perhitungan ketersediaan stok tersebut didasarkan pada konsumsi beras per kapita masyarakat Sulawesi Selatan yang mencapai 101 kilogram per tahun, dengan jumlah penduduk sekitar 9,5 juta jiwa.

“Kalau kita hitung, kebutuhan beras per bulan di Sulawesi Selatan sekitar 80–87 ribu ton. Dengan stok yang ada saat ini, secara perhitungan stok bisa mencukupi kebutuhan masyarakat selama tujuh bulan, bahkan hingga 58 bulan ke depan untuk kebutuhan rutin seperti bantuan pangan dan SPHP,” ujar Fahrurozi, dikantor Bulog Sulsel, Kamis (18/12).

Selain beras, Bulog Sulselbar juga memastikan ketersediaan komoditas pangan lain, seperti minyak goreng dan gula, dalam kondisi cukup. Ketersediaan ini disiapkan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga selama periode Natal dan Tahun Baru.

“Masyarakat tidak perlu khawatir. Stok beras, minyak goreng, dan gula kami pastikan aman dan siap disalurkan sesuai kebutuhan,” tegasnya.

Fahrurozi menambahkan, ketersediaan pangan tidak hanya aman untuk Natal dan Tahun Baru, tetapi juga hingga Lebaran 2026. Hal ini ditopang oleh siklus panen raya di Sulawesi Selatan yang biasanya berlangsung pada Februari hingga Mei.

“Puncak panen di Sulsel terjadi pada Maret sampai Mei dan menyumbang sekitar 60 sampai 70 persen dari total produksi tahunan. Jadi saat Lebaran nanti, justru kita berada di masa panen. Ini membuat kami sangat optimistis stok tetap terjaga,” jelasnya.

Di sisi harga, Fahrurozi menyebut peran Bulog cukup signifikan dalam menjaga stabilitas harga beras sekaligus mendukung pengendalian inflasi daerah. Pada Oktober dan November, beras bahkan tercatat memberikan andil deflasi sebesar minus 0,7 persen di Sulawesi Selatan.

“Ini menunjukkan bahwa intervensi Bulog melalui berbagai program cukup efektif menjaga harga beras tetap stabil di pasaran,” katanya.

Bulog berharap tren positif tersebut dapat berlanjut hingga akhir Desember sehingga inflasi tetap terkendali sesuai target pemerintah.

Mengantisipasi potensi kenaikan harga akibat berkurangnya panen pada Desember hingga Januari, Bulog Sulselbar mengandalkan dua skema utama penyaluran beras ke masyarakat.

Skema pertama adalah Bantuan Pangan yang disalurkan kepada 589 ribu Penerima Bantuan Pangan (PBP) di Sulawesi Selatan. Dalam program ini, setiap penerima memperoleh 20 kilogram beras dan 4 liter minyak goreng untuk alokasi Oktober–November.

“Dengan bantuan ini, penerima tidak perlu membeli beras di pasar sehingga tekanan permintaan bisa ditekan dan harga tetap stabil,” ujar Fahrurozi.

Skema kedua adalah penjualan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang ditujukan bagi masyarakat umum yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan. Beras SPHP disalurkan melalui tujuh jalur distribusi, yakni pasar tradisional, koperasi, gerakan pangan murah, koperasi TNI/Polri, ritel modern, Rumah Pangan Kita (RPK), serta outlet BUMN.

Harga beras SPHP ditetapkan maksimal Rp12.500 per kilogram di tingkat konsumen, dengan harga keluar gudang Bulog sebesar Rp11.000 per kilogram.

“Dengan dua jalur ini, kami memastikan akses masyarakat terhadap beras murah tetap terbuka dan harga tetap terkendali, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru,” pungkas Fahrurozi.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news