Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, Dr. dr. Abdul Azis. Dok. IstKabarMakassar.com — Dunia medis Sulawesi Selatan kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, Dr. dr. Abdul Azis, SpU (K), Subsp. Onk, berpulang di Kota Makkah saat menunaikan ibadah umrah.
Kepergian almarhum meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi rekan sejawat di dunia kedokteran, tetapi juga bagi para sahabat yang pernah berjuang bersamanya di lapangan kemanusiaan.
Salah satu yang turut berduka adalah Anggota DPRD Kota Makassar, dr. Udin Saputra Malik, yang mengenal almarhum bukan sekadar sebagai kolega, tetapi sebagai senior sekaligus panutan di dunia medis dan organisasi profesi.
“Beliau itu senior saya, di kedokteran maupun organisasi seperti IDI dan Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI). Kami sering turun bersama saat bencana mulai dari gempa Lombok sampai gempa Palu. Beliau selalu disiplin, tapi di balik kedisiplinannya itu ada niat yang tulus untuk adik-adiknya,” ujar Udin Malik saat melalui saluran telepon, Senin (03/11).
Bagi dr Udin, mendiang Dr. Abdul Azis bukan hanya dokter yang tegas dan profesional, tetapi juga sosok yang memiliki empati sosial tinggi.
Ia aktif menginisiasi berbagai kegiatan kemanusiaan, termasuk mendirikan Komunitas Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (Mahtan), sebuah gerakan pustaka dan sosial yang sering melakukan bakti sosial hingga ke daerah terdampak bencana.
“Kami sempat kerja sama lewat kegiatan sosial, bahkan bantu korban banjir di Lombok. Beliau itu tidak pernah setengah-setengah kalau urusan kemanusiaan,” kenang Udin.
Kabar duka tentang wafatnya Dr. Abdul Azis, kata Udin, pertama kali ia dengar dari grup dokter. Informasi itu datang dari rekannya yang juga sedang menunaikan ibadah umrah di Makkah.
“Sebelum ke sana, beliau memang sempat dirawat karena masalah jantung. Bahkan, sebelum berpulang, beliau sempat menyampaikan banyak wasiat. Katanya ingin dimakamkan di Madinah dan dengan kain ihramnya sendiri. Seolah beliau sudah tahu waktunya akan tiba,” tutur Udin dengan nada haru.
Meski dikenal disiplin dan tegas, Udin menegaskan bahwa sosok almarhum jauh dari kesan kaku. Di luar urusan organisasi, Dr. Abdul Azis dikenal humoris dan hangat saat bergaul.
“Kalau kumpul bareng teman-teman sefrekuensi, beliau itu paling rame. Banyak bercanda, banyak tawa. Cuma kalau di dunia profesional, dia memang sangat serius. Tegas, disiplin, dan fokus pada tujuan,” ujarnya.
Namun, di balik ketegasan itu, Dr. Abdul Azis juga dikenal sebagai pribadi yang berwibawa dan sabar, terutama setelah fase spiritual dalam hidupnya.
“Dulu sebelum hijrah, beliau dikenal sangat keras, gaya senior zaman dulu keras dan tegas. Tapi setelah hijrah, beliau berubah jadi sosok yang lembut, bijak, sering kasih wejangan. Itulah kenapa banyak yang menjadikannya panutan, termaksud saya, dia sosok ayah,” kata dr Udin.
dr Udin menilai, kepergian almarhum meninggalkan ruang kosong besar di dunia medis, khususnya di lingkungan IDI Makassar. Selain dikenal sebagai spesialis urologi dan onkologi yang berintegritas, Dr. Abdul Azis juga dianggap memiliki dedikasi luar biasa terhadap pembinaan generasi muda dokter.
“Beliau itu bukan cuma ketua IDI, tapi juga pengayom. Banyak dokter muda yang terbantu karena perhatiannya. Saya yakin, semua murid dan koleganya akan sepakat bahwa beliau pergi dalam keadaan husnul khatimah,” tutup Udin.
Kini, nama Dr. dr. Abdul Azis akan dikenang bukan hanya sebagai dokter ahli, tetapi juga sebagai insan kemanusiaan yang menanamkan nilai kedisiplinan, kepedulian, dan keteladanan di setiap langkah hidupnya hingga akhir hayatnya di Tanah Suci

















































