Yayasan Projo Tamansari (Yaptari) Bantul menerbitkan Majalah Projotamansari ke-10 di Perpusda Bantul, Jumat (1/11/2024). Harian Jogja - Stefani Yulindriani
Harianjogja.com, BANTUL—Yayasan Projo Tamansari (Yaptari) Bantul menerbitkan Majalah Projotamansari ke-10. Majalah tersebut berisi mengenai berbagai persoalan yang diharapkan dapat menjadi perhatian calon bupati dan wakil bupati Bantul yang akan menjadi pimpinan daerah nanti.
Ketua Yayasan Projotamansari, Muhammad Imam Santosa menyampaikan Yayasan Projotamansari menyoroti permasalahan di bidang kebudayaan dan pendidikan yang masih terjadi di Bantul yang disampaikan melalui majalah tersebut.
Dia menuturkan majalah yang dikeluarkan Yayasan Projotamansari kali ini ingin menyampaikan beberapa harapan terkait pada calon pimpinan Bantul yang tengah Pilkada tahun ini.
"Dalam Majalah berkisah bagaimana harapan yayasan dari pola pemilu yang ada dan bagaimana kesadaran calon pemimpin Bantul untuk membawa Bantul ke depan," katanya di Perpusda Bantul pada Jumat (1/11/2024).
Dia menuturkan pesan yang ingin disampaikan dalam majalah tersebut dilakukan dengan pendekatan kebudayaan yang dikemas dalam bentuk puisi.
Imam menuturkan ada berbagai persoalan dalam bidang kebudayaan, pendidikan dan pengembangan sosial yang perlu menjadi perhatian calon bupati dan wakil bupati Bantul.
BACA JUGA: Ekspor Vaksin, Bio Farma Teken Kontrak Rp1,4 Triliun untuk 2025
Dalam bidang kebudayaan, calon bupati dan wakil bupati Bantul perlu memberikan perhatian pada perlindungan bangunan cagar budaya di Bantul sebagai bagian dari sejarah.
Dia berharap calon bupati dan wakil bupati Bantul turut memberikan perhatian tidak hanya pada benda cagar budaya yang ada di Pleret, namun juga Mangir.
"Pemerintah daerah juga tidak boleh lupa pada esensi budaya awal sebuah daerah. Itu yang paling kita harapkan dari pemerintah," katanya.
Menurutnya, pemerintah harus memberikan perhatian kawasan Mangir yang juga memiliki nilai sejarah di Bantul. Dia menuturkan di kawasan tersebut pernah akan dijadikan sebagai pusat kebudayaan. Namun, hingga saat ini rencana pengembangan kawasan tersebut belum ada kelanjutan.
"Bantul punya banyak sejarah yang harus disampaikan ke generasi ke depan. Itu Pekerjaan Rumah [PR] besar Pemda dari sisi pengembangan kawasan budaya yang menjadi sejarah pembentukan Pemkab," katanya.
Selain itu, menurutnya pemerintah harus memfasilitasi upaya untuk merawat bangunan cagar budaya yang ada. "Misalnya kemudahan pajak dengan biaya yang lebih rendah," katanya.
Selain itu, menurut Pemda juga dapat berkoordinasi dengan pemilik bangunan cagar budaya terkait dengan pemeliharaan bangunan cagar budaya.
Kemudian, dalam bidang pendidikan, menurutnya pemerintah harus memberikan perhatian pada pembiayaan pendidikan dasar dan menengah.
"Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah harus tidak memberatkan kaum yang tidak mampu," katanya.
Sedangkan dalam sisi pariwisata menurutnya pemerintah harus berkolaborasi dengan komunitas setempat untuk mengembangkan pariwisata dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kepala Bidang Sejarah, Permuseuman, Bahasa dan Sastra, Dinas Kebudayaan Bantul, Purwanto menyampaikan pihaknya mengapresiasi keberadaan majalah tersebut.
Dia berharap permasalahan yang diulas dalam majalah tersebut dapat menjadi perhatian bersama. "Kami berharap majalah ini bermanfaat bagi banyak pihak," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News