9.000 Warga Pasar di Makassar Dibidik Masuk Ekosistem QRIS

19 hours ago 3
9.000 Warga Pasar di Makassar Dibidik Masuk Ekosistem QRISDirektur Utama Pasar Makassar Raya, Ali Gauli Arif, (Dok: Sinta Kabar Makassar)

KabarMakassar.com — Upaya digitalisasi sistem pembayaran di pasar tradisional Kota Makassar terus digencarkan.

Direktur Utama Pasar Makassar Raya, Ali Gauli Arif, menyebutkan bahwa potensi pengguna sistem pembayaran nontunai berbasis QR Code (QRIS) di dua pasar utama di kota ini bisa mencapai hampir 9.000 orang.

Dua pasar yang dimaksud adalah Pasar Terong dan Pasar Daya, yang selama ini menjadi pusat perputaran ekonomi rakyat. Di Pasar Terong, terdapat sekitar 700 pedagang aktif yang menjadi sasaran utama penerapan QRIS.

Sementara itu, Pasar Daya bahkan memiliki jumlah pedagang aktif lebih banyak, yakni sekitar 1.300 orang. Jika menghitung juga para pembeli dan pengunjung pasar harian, potensi pengguna QRIS dari kalangan konsumen pun meningkat signifikan.

Menurut Ali Gauli, digitalisasi bukan sekadar modernisasi sistem transaksi, melainkan bagian dari strategi membangun ekosistem ekonomi yang inklusif, terutama bagi pelaku usaha mikro dan kecil.

“Kita mulai dari pasar karena di situlah kelompok menengah ke bawah berada. Harapannya, seluruh pelaku pasar dari berbagai segmen, mulai dari yang kelas bawah, menengah, hingga atas, dapat bersatu dalam satu ekosistem digital,” ujar Ali, Senin (28/07).

Ia menjelaskan, digitalisasi di pasar tradisional penting bukan hanya dari sisi efisiensi transaksi, tetapi juga dari aspek literasi keuangan dan kemudahan akses layanan perbankan bagi kelompok yang selama ini cenderung terpinggirkan secara digital.

Untuk mempercepat penetrasi penggunaan QRIS, pihaknya juga menggandeng kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai mitra kampanye edukasi. Keterlibatan PKK dinilai strategis karena mampu menyentuh langsung para pedagang kecil dan ibu rumah tangga yang menjadi konsumen utama pasar.

“PKK menjadi bagian dari kampanye literasi pembayaran digital. Mereka punya jaringan langsung ke komunitas akar rumput. Dengan edukasi yang tepat, kami harap adopsi QRIS di kalangan pedagang dan pembeli bisa meningkat secara organik,” jelas Ali Gauli.

Saat ini, lanjut dia, mayoritas pedagang di pasar-pasar tradisional masih mengandalkan sistem pembayaran tunai. Hal ini menyebabkan risiko keamanan tetap tinggi dan sulitnya pelacakan transaksi harian. Padahal, penggunaan QRIS memberikan banyak keuntungan, seperti efisiensi, kemudahan pembukuan, hingga akses ke layanan keuangan seperti kredit usaha rakyat (KUR).

Pemerintah kota melalui PD Pasar Makassar Raya tengah menargetkan agar seluruh pasar tradisional di bawah pengelolaannya memiliki infrastruktur pendukung digital, termasuk pelatihan pedagang, penyediaan alat pemindai, dan koneksi internet stabil di area pasar.

“Tujuan akhirnya adalah menyatukan semua dalam satu ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan. Jadi bukan hanya digital karena tren, tapi karena memang kebutuhan,” tutup Ali Gauli.

Sementara itu, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin alias Appi mengatakan, digitalisasi ini bukan sekadar inovasi teknis, tetapi bagian dari perubahan budaya menuju pelayanan publik yang efisien dan akuntabel.

Ia menegaskan bahwa penggunaan QRIS akan menghilangkan banyak persoalan klasik, seperti transaksi tunai yang rawan selisih, manipulasi laporan, dan kebocoran pendapatan.

“Dengan sistem digital, semua transaksi tercatat otomatis. Tidak ada lagi celah permainan angka. Inilah cara kita membangun tata kelola keuangan yang bersih,” tegas Appi.

Appi juga menyoroti pentingnya edukasi digital bagi masyarakat. Menurutnya, penggunaan QRIS akan mendorong masyarakat lebih melek teknologi, sekaligus memberikan manfaat praktis seperti transaksi yang lebih cepat, akurat, dan bebas repot.

“Tak perlu bawa uang tunai, tak ada lagi kembalian berupa permen. Bahkan untuk pelaku UMKM, laporan keuangan mereka otomatis tercatat, bisa dipantau dan dipertanggungjawabkan,” tambahnya.

Pemerintah Kota Makassar juga berencana mengadakan kampanye masif penggunaan QRIS di pasar dan terminal, serta menyiapkan skema insentif bagi instansi yang mencatat penggunaan tertinggi. Hal ini dilakukan agar program tidak berhenti di seremoni peluncuran semata.

“Kita tidak mau hanya simbolik. Setelah ini, harus ada evaluasi, perbaikan, dan peningkatan layanan. QRIS harus benar-benar digunakan, bukan hanya dipasang,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news