
KabarMakassar.com — Perum Bulog Kanwil Sulselbar menyiapkan penyerapan tambahan 100 ribu ton beras lokal pada musim gadu (Agustus–Oktober 2025) untuk mengantisipasi lonjakan harga dan menjaga kestabilan pasokan.
Pemimpin Wilayah Bulog Sulselbar, Fahrurozi, mengatakan seluruh gudang, anggaran, dan SDM telah disiapkan. Penyerapan ini menyasar produksi petani di masa panen yang akan datang.
“Penambahan ini strategi kami agar pasokan tetap kuat di pasar. Kami juga genjot distribusi SPHP hingga ke tingkat kecamatan dengan dukungan TNI dan Polri,” ujarnya, Rabu (05/08).
Saat ini, Bulog menguasai stok 505 ribu ton beras, cukup untuk kebutuhan hingga 50 bulan ke depan. Namun Fahrurozi menegaskan, kualitas beras akan menurun jika terlalu lama disimpan tanpa perawatan optimal.
“Kalau disimpan terlalu lama, kualitas beras akan turun, meskipun berada di gudang dengan perawatan standar. Biasanya, setelah enam bulan, mulai terjadi penurunan kualitas,” katanya.
Bulog juga terus mendukung Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama pemda, dan memastikan distribusi SPHP mengikuti aturan ketat, termasuk pembatasan harga dan volume pembelian.
“Bulog hanya menyediakan barang dan armada. Titik-titik pelaksanaan ditentukan oleh Pemda. Mau di lapangan, pasar, kantor kecamatan kalau diminta, kami harus siap penuhi,” tegasnya.
Adapun untuk menyalurkan beras SPHP, pedagang wajib memenuhi sejumlah syarat, termasuk verifikasi oleh dinas dan Satgas Pangan, serta menandatangani pakta integritas.
Mereka dilarang menjual di atas harga eceran tertinggi (HET), tidak boleh mengoplos, dan hanya boleh menjual maksimal dua kemasan per pembeli. Jika melanggar, akan dikenakan sanksi dan denda.
Sebelumnya, Fahrurozi mengakui harga beras memang terus mengalami kenaikan.
Fahrurozi mengungkapkan sedikitnya empat faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir, termasuk soal suplai produsen dan belum masifnya distribusi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
“Memang benar, saat ini harga beras sedang tinggi. Kami telah mengidentifikasi empat penyebab utama yang mendorong kenaikan ini,” ujar Fahrurozi.
Faktor pertama, kata dia, adalah berakhirnya masa panen raya di wilayah Sulawesi Selatan. Tanpa suplai hasil panen yang cukup, pasokan di pasar menurun, sementara permintaan tetap tinggi.
“Kami perkirakan panen raya akan mulai kembali pada Agustus hingga September, sehingga harga bisa kembali stabil pada saat itu,” jelasnya.
Faktor kedua adalah munculnya isu-isu negatif yang membuat produsen takut menyalurkan beras ke ritel modern.
“Ada kekhawatiran di kalangan produsen, mereka takut dijadikan target karena salah persepsi. Akibatnya suplai ke swalayan atau koridor distribusi formal jadi terganggu,” ungkapnya.
Faktor ketiga adalah penyaluran beras SPHP yang belum maksimal. Hingga saat ini, pendistribusian SPHP masih belum menjangkau seluruh kecamatan dan desa secara merata.
Oleh karena itu, Bulog kini menggandeng berbagai institusi seperti Kodam dan Polda untuk memperluas distribusi melalui seluruh Polres, Polsek, Koramil, hingga Kodim.
“Ini sebagai langkah antisipasi kami agar program SPHP benar-benar bisa hadir di tengah masyarakat, khususnya yang sangat terdampak kenaikan harga,” ujar Fahrurozi.
Faktor keempat adalah keterbatasan jalur penyaluran SPHP. Sesuai petunjuk teknis dari Badan Pangan Nasional, penyaluran SPHP harus melalui pedagang yang sudah diverifikasi dan ditetapkan secara resmi oleh dinas terkait bersama Satgas Pangan.