Suasana Sekolah di Makassar. Dok. NursintaKabarMakassar.com — Antusiasme tinggi datang dari dunia pendidikan Kota Makassar terhadap program inovatif Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.
Sedikitnya 100 sekolah telah mengajukan permintaan untuk mendapat kunjungan program edukatif bertajuk SALAMA (Sahabat Anak Afirmasi Aman Bencana), yang digagas BPBD sebagai upaya membangun budaya sadar bencana sejak usia dini.
Kepala BPBD Makassar, Muhammad Fadli, menjelaskan bahwa SALAMA merupakan inovasi pembelajaran kebencanaan yang dikemas dengan pendekatan edukatif dan menyenangkan. Melalui program ini, anak-anak tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga diajak mengalami langsung simulasi dan praktik tanggap bencana.
“Seperti contoh saat gempa atau banjir, kami ajarkan bagaimana bersikap, bagaimana mengevakuasi diri, dan yang paling penting tidak panik,” ujar Fadli, Rabu (29/10)
Ia menambahkan, pendekatan SALAMA dirancang agar anak-anak merasa nyaman dan akrab dengan konsep kesiapsiagaan. Edukasi dilakukan dalam bentuk permainan, simulasi penyelamatan (vertical rescue), hingga latihan menaiki perahu penyelamat.
“Anak-anak kami latih merasakan langsung situasi darurat, seperti naik di perahu atau simulasi evakuasi vertikal. Dengan begitu, mereka terbiasa menghadapi kondisi darurat secara sadar dan tenang,” jelasnya.
Tak hanya itu, BPBD Makassar juga menambahkan elemen baru dalam kegiatan ini, yaitu ‘Hipno Sail’, atau hipnosis kesiapsiagaan bencana di laut. Tujuannya agar anak-anak mampu mengendalikan rasa panik ketika menghadapi situasi darurat sebenarnya.
“Kami lakukan hipno sail supaya mereka yakin, tidak panik, dan sudah tahu tindakan apa yang harus dilakukan ketika bencana datang,” imbuh Fadli.
Salah satu daya tarik SALAMA adalah kehadiran ikon edukasi yang disebut ‘Ranger Orange’, terinspirasi dari seragam Anggota BPBD. Kehadirannya menjadi simbol penyelamat yang membuat anak-anak semakin bersemangat mengikuti kegiatan.
“Ketika Ranger Orange datang, anak-anak langsung antusias. Mereka percaya diri dan yakin akan selamat. Ini bagian dari cara kami menanamkan semangat kesiapsiagaan,” kata Fadli.
Menurut Fadli, tingginya minat sekolah terhadap SALAMA menjadi bukti bahwa kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana mulai tumbuh di kalangan masyarakat dan dunia pendidikan.
“Sudah ada sekitar seratus sekolah yang minta kami datang. Padahal kegiatan ini kami lakukan hampir tanpa biaya. Ini membuktikan bahwa edukasi kesiapsiagaan sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
Meski demikian, BPBD berharap dukungan lebih luas dari pemerintah maupun sektor swasta agar cakupan program ini bisa diperluas. Dengan dukungan pendanaan tambahan, BPBD menargetkan bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan menghadirkan materi yang lebih interaktif.
“Tanpa biaya saja efeknya sudah besar. Bayangkan kalau nanti ada dukungan anggaran, kami bisa menjangkau lebih banyak anak-anak, mungkin dua kali lipat dari sekarang,” ujar Fadli optimistis.
Ia juga mengajak masyarakat dan media untuk turut menyebarkan informasi mengenai pentingnya kesiapsiagaan bencana. Menurutnya, kesiapsiagaan bukan hanya tugas BPBD, tetapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
“Kami tidak sedang mencari pengakuan. Kami hanya ingin masyarakat tahu, bahwa kesiapsiagaan itu penting dan harus dimulai dari anak-anak. Dengan begitu, generasi muda Makassar tumbuh menjadi generasi tangguh bencana,” tutup Fadli


















































