
KabarMakassar.com — Di tengah kompetisi Super League yang baru berjalan, kabar mundurnya pelatih kepala Bernardo Tavares menjadi pukulan berat bagi PSM Makassar.
Keputusan mengejutkan itu memunculkan kekhawatiran baru soal arah tim Juku Eja di musim yang masih panjang.
Menyikapi hal tersebut, Wali Kota Makassar sekaligus mantan CEO PSM, Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya langkah cepat dan komunikasi yang terbuka antara manajemen klub dan sang pelatih asal Portugal itu. Menurutnya, hubungan profesional yang baik masih dapat membuka peluang untuk solusi bersama.
“Saya bilang tentu harus dibangun komunikasi yang baik. Mudah-mudahan bisa tetap stay (menangani PSM), tapi kalau tidak bisa ya apa boleh buat,” ujar Appi nama karibnya, Sabtu (04/10).
Appi, yang pernah memimpin PSM di era keemasan klub saat tampil di AFC Cup, menilai bahwa keputusan mundurnya Tavares tidak seharusnya menutup pintu dialog. Ia menyebut, dalam dunia sepak bola profesional, komunikasi menjadi kunci utama penyelesaian setiap perbedaan pandangan.
“Kalau memang ada hal yang belum tuntas, entah soal teknis, kontrak, atau hak-hak lain, itu semua bisa dibicarakan baik-baik. Jangan sampai hubungan baik yang sudah dibangun selama ini terputus begitu saja,” lanjutnya.
Menurut dia, manajemen PSM perlu memastikan segala aspek administratif, keuangan, dan tanggung jawab moral terhadap Tavares diselesaikan dengan tuntas. Langkah itu bukan hanya demi menjaga nama baik klub, tetapi juga demi menjaga reputasi sepak bola Makassar di mata publik internasional.
Hengkangnya Bernardo Tavares di awal musim membuat situasi PSM Makassar menjadi kompleks. Tim yang dikenal dengan semangat ‘Ewako’ itu kini harus menata ulang komposisi pelatih, taktik, serta psikologis pemain yang telah lama beradaptasi dengan filosofi Tavares.
Appi menilai, kondisi ini memerlukan langkah strategis, bukan sekadar reaktif. “Kalau memang tidak bisa dipertahankan, manajemen harus segera mencari pengganti yang punya kemampuan menyatukan tim dan memahami karakter pemain yang ada,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa perjalanan musim masih panjang, sehingga stabilitas internal klub menjadi prioritas mutlak. Pergantian pelatih di momen yang salah bisa berdampak pada mental pemain dan hasil di lapangan.
Sebagai mantan CEO yang memahami seluk-beluk klub, Appi mengingatkan pentingnya keseimbangan antara keputusan bisnis dan atmosfer tim. “PSM bukan hanya soal hasil pertandingan, tapi juga tentang rasa memiliki masyarakat Sulsel. Jadi setiap keputusan harus mempertimbangkan aspek emosional dan identitas klub,” ujarnya.
Meskipun hubungan Tavares dan PSM tampak retak, Appi optimistis masih ada jalan tengah. Ia membuka kemungkinan untuk rekonsiliasi apabila kedua belah pihak memiliki itikad baik.
“Segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk memanggil kembali Tavares kalau memang ada kesepakatan yang bisa menguntungkan kedua belah pihak,” ujarnya.
Namun ia juga menegaskan, jika hal itu tidak memungkinkan, maka manajemen tidak boleh berlama-lama berada dalam ketidakpastian.
“Yang paling penting sekarang, jangan biarkan dinamika internal mengganggu semangat tim. PSM adalah simbol perjuangan dan kebanggaan kita semua,” pungkas Appi.