Appi Kritik Generasi Muda: Lebih Fasih Bahasa Inggris, Lupa Bahasa Daerah Sendiri

3 weeks ago 20
 Lebih Fasih Bahasa Inggris, Lupa Bahasa Daerah SendiriWali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Dok: Sinta KabarMakassar).

KabarMakassar.com — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi), menyoroti fenomena generasi muda yang semakin fasih berbahasa asing namun perlahan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri.

Kritik itu disampaikan Appi saat menghadiri peringatan Bulan Bahasa di Universitas Negeri Makassar (UNM), Selasa (28/10).

Menurut Appi, kemajuan teknologi dan globalisasi memang menuntut penguasaan bahasa asing, tetapi hal itu tidak boleh membuat generasi muda kehilangan jati diri budaya lokal.

“Kita boleh belajar bahasa asing, tapi jangan sampai bahasa Indonesia kita belum tamat, apalagi melupakan bahasa daerah. Banyak anak muda sekarang lebih bagus bahasa Inggrisnya daripada bahasa Makassarnya sendiri,” ujarnya tegas.

Appi menilai, pandangan yang menganggap bahasa daerah sebagai bahasa ‘kelas dua’ adalah kesalahan besar yang harus diluruskan.

Ia mencontohkan daerah lain seperti Jawa yang masyarakatnya tetap bangga menggunakan bahasa daerah dalam keseharian.

“Kalau kita ke Jawa, semua orang bicara bahasa Jawa. Mereka tidak malu dengan bahasanya. Nah, kenapa di Makassar bahasa daerah justru mulai ditinggalkan?” katanya.

Ia menegaskan, bahasa daerah adalah identitas dan kekuatan karakter budaya, bukan sekadar alat komunikasi. Karena itu, pemerintah dan lembaga pendidikan punya tanggung jawab moral untuk melestarikannya.

“Kampus punya tugas, pemerintah juga punya tugas. Kalau bisa, kita adakan lomba menulis atau bercerita dalam bahasa daerah. Anak-anak harus kembali mengenal bahasa ibunya,” seru Appi.

Appi juga menyentil kebiasaan masyarakat yang kian akrab dengan bahasa asing dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari media, hiburan, hingga percakapan sehari-hari.

“Bahasa Inggris dianggap keren karena tiap hari muncul di layar dan media. Akibatnya, bahasa Indonesia dan bahasa daerah makin terpinggirkan,” ucapnya.

Ia bahkan mencontohkan bagaimana lagu-lagu Indonesia kini kerap disisipi lirik berbahasa Inggris. “Coba dengar lagu sekarang, selalu ada sisipan bahasa Inggris contohnya ‘Semua yang kau lakukan is magic’. Sedikit-sedikit campur bahasa asing. Padahal kita punya bahasa sendiri yang kaya makna dan penuh keindahan,” ujarnya.

Sebagai langkah nyata, Appi meminta agar seluruh instansi pemerintah di Kota Makassar termaksud kampus ikut berperan menjaga keberadaan bahasa daerah. Salah satunya dengan mewajibkan pemutaran lagu daerah setelah lagu Indonesia Raya di setiap kantor pemerintahan hingga kampus.

“Mulai besok, setiap hari setelah lagu Indonesia Raya, harus ada lagu daerah juga yang diputar. Ini bentuk penghargaan terhadap identitas budaya kita,” tegasnya.

Ia menilai, pelestarian bahasa daerah tidak boleh berhenti pada seremoni tahunan seperti Bulan Bahasa. Menurutnya, tanpa tindakan konkret, persoalan yang sama akan terus berulang dari tahun ke tahun.

“Komitmen itu bukan cuma dibaca di atas kertas, lalu selesai setelah acara. Kalau tidak dilakukan tuntas, tahun depan kita akan bicara hal yang sama lagi,” ungkapnya.

Appi juga mengajak seluruh generasi muda untuk mulai membiasakan diri menulis, membaca, dan berkreasi dalam bahasa daerah.

“Saya harap dari kampus seperti UNM ini lahir generasi penulis, penyair, dan pendongeng yang menggunakan bahasa daerah. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” katanya.

Menurut Appi, keberagaman bahasa lokal di Sulawesi Selatan seperti Makassar, Bugis, dan Toraja adalah kekayaan yang tak ternilai. Ia khawatir jika tidak segera dijaga, bahasa-bahasa tersebut perlahan bisa hilang dari percakapan generasi berikutnya.

“Banyak bahasa daerah sekarang yang sudah ditinggalkan. Kalau tidak kita rawat, nanti tinggal nama saja,” tegasnya.

Appi kemudian kembali mengingatkan pentingnya keseimbangan antara kemampuan berbahasa global dan pelestarian bahasa ibu.

“Kuasai dulu bahasa Indonesia dan bahasa daerahmu, baru dalami bahasa asing. Karena bahasa adalah identitas kita. Kalau kehilangan bahasa, berarti kita kehilangan jati diri,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news