Appi Perintahkan 15 Camat Wujudkan Program Urban Farming

3 days ago 9
Appi Perintahkan 15 Camat Wujudkan Program Urban FarmingWali Kota Makassar Munafri Arifuddin, (Dok: Sinta Kabar Makassar).

KabarMakassar.com — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin atau Appi, mengeluarkan instruksi tegas kepada 15 camat se-Kota Makassar untuk segera menghadirkan program urban farming di wilayah masing-masing.

Program ini ditegaskan sebagai salah satu prioritas pembangunan kota yang wajib menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat.

Urban farming, menurut Appi, bukan sekadar proyek penghijauan, melainkan bagian dari strategi besar kota dalam menghadapi tantangan pangan, pengendalian inflasi, pengelolaan sampah, hingga peningkatan ekonomi warga. Ia ingin setiap kecamatan menghadirkan lokasi percontohan terpadu yang bisa menjadi referensi, baik untuk masyarakat maupun tamu dari luar daerah.

“Saya minta setiap kecamatan punya contoh nyata urban farming. Kalau ada orang datang ke Makassar, kita bisa langsung perlihatkan hasilnya, bukan sekadar cerita,” tegas Appi, Kamis (18/09).

Urban farming dipandang sebagai simbol Makassar menuju kota berkelanjutan. Selain menguatkan ketahanan pangan, program ini juga diarahkan menjadi ikon wisata perkotaan. Appi menargetkan dalam satu tahun ke depan, Makassar sudah memiliki kawasan terpadu yang menunjukkan siklus pengelolaan lingkungan dari pengolahan sampah hingga produksi pangan.

“Saya ingin ada satu lokasi yang terintegrasi. Ada proses pengelolaan lingkungan, dan outputnya adalah urban farming. Itu harus kita punya, bahkan lebih baik dari contoh yang sudah dibuat pihak swasta,” jelasnya.

Appi menekankan pentingnya pengelolaan sampah organik sebagai inti dari urban farming. Ia mewajibkan setiap kawasan perumahan memiliki minimal dua lubang biopori. Selain itu, ia mengarahkan DLH menyiapkan TPS 3R di tiap kecamatan agar siklus pengelolaan sampah bisa menghasilkan kompos.

“Kalau sistem ini jalan, dalam lima bulan masyarakat sudah bisa panen kompos. Sampah jadi berputar, tidak dibuang sembarangan, dan bisa kembali menjadi manfaat,” tegasnya.

Appi memperingatkan agar anggaran tidak dihabiskan untuk seremonial. Ia meminta SKPD menghadirkan greenhouse, fasilitas kompos, serta model percontohan nyata.

“Seluruh uang pemerintah harus jelas feedback-nya. Urban farming harus dihitung dampaknya secara finansial, sosial, dan antropologis. Tujuannya mengurai pengangguran, meningkatkan daya beli, sekaligus mengendalikan inflasi,” terangnya.

Urban farming di Makassar tidak dibatasi pada cabai atau sayuran. Appi mendorong pengembangan tanaman hias, bunga, hingga peternakan perkotaan. Ia mencontohkan program kandang unggas di Bukit Baruga yang mampu menghasilkan ratusan telur setiap hari tanpa menimbulkan bau.

“Jangan berpikir urban farming hanya cabai. Kita butuh banyak bunga untuk konsumsi masyarakat, juga peternakan. Kalau ini dijalankan serius, hasilnya luar biasa,” ujarnya.

Ia bahkan membuka peluang pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk memaksimalkan produksi, baik dalam hal penyiraman, pemantauan kualitas tanah, hingga distribusi hasil.

Appi menekankan bahwa program ini tidak bisa berjalan sendiri. Ia mendorong kombinasi APBD dan dana CSR agar urban farming tidak sepenuhnya membebani pemerintah. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan swasta akan mempercepat realisasi program.

“Saya tidak mau hanya bercerita tentang contoh dari swasta. Kita harus punya contoh nyata milik Pemkot, di Barombong, Tamalanrea, Biringkanaya, Rappocini, semua kecamatan harus bergerak,” tegasnya.

Dukungan untuk urban farming juga datang dari komunitas. Tim Ahli Pemkot, Andi Fadly Arifuddin (Fadly Padi), mengungkapkan bahwa selama enam bulan terakhir ia sudah mengumpulkan para lokal hero atau pegiat lingkungan di Makassar. Mereka siap menjadi mitra pemerintah tanpa menuntut anggaran.

“Kami sudah mengumpulkan para pahlawan lingkungan. Mereka siap membantu Pemkot, memberikan pendampingan, hingga turun langsung ke masyarakat,” kata Fadly.

Menurutnya, kunci keberhasilan urban farming bukan hanya fasilitas, tapi kesadaran masyarakat.

“Membangunkan masyarakat itu membangun kepercayaan. Semakin besar rasa percaya, semakin besar pula berkah yang bisa kita raih bersama,” tutupnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news