Baru Jabat Plh Rektor UNM, Farida Resmikan Kurikulum Muatan Lokal Bareng Appi

2 weeks ago 17
Baru Jabat Plh Rektor UNM, Farida Resmikan Kurikulum Muatan Lokal Bareng AppiPlh Rektor UNM, Prof. Dr. Farida Patittingi dan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Baru menjabat sebagai Pelaksana Harian (Plh) Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof. Dr. Farida Patittingi langsung menorehkan langkah penting dalam dunia pendidikan Kota Makassar.

Ia mendampingi Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi) meresmikan Program Kurikulum Muatan Lokal jenjang Sekolah Dasar (SD) yang digelar di Museum Kota Makassar, Jumat (07/11).

Peluncuran ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-418 Kota Makassar, sekaligus tonggak baru pendidikan berbasis kearifan lokal di Makassar. Program ini diinisiasi Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Pendidikan dan bekerja sama dengan UNM untuk menanamkan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar seperti Siri’ na Pacce, Sipakatau, dan Sipakainge’ sejak usia dini.

Prof. Farida menyebut langkah Pemkot Makassar sebagai terobosan penting dan visioner dalam membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat dan berakar pada budaya lokal.

“Kita harus mulai dari dasar, dari anak-anak SD. Karakter dan identitas budaya harus ditanamkan sejak dini agar menjadi fondasi kuat bagi mereka di masa depan,” ujar Prof. Farida.

Ia menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya lokal memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak. Salah satu yang ditekankan adalah makna Siri’ na Pacce nilai malu berbuat salah dan semangat untuk berbuat baik yang menjadi ciri khas masyarakat Bugis-Makassar.

“Siri’ itu luar biasa. Ia melahirkan karakter yang pekerja keras, tangguh, dan berjiwa sosial. Anak-anak kita harus punya Siri’ yang benar, bukan malu karena gengsi, tapi malu kalau tidak berbuat baik,” tegasnya.

Prof. Farida yang baru saja dipercaya memimpin UNM sebagai Plh Rektor ini juga memberikan apresiasi khusus kepada Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, atas inisiatifnya melahirkan kurikulum berbasis kearifan lokal. Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan visi kepemimpinan yang berpihak pada pendidikan karakter dan akar budaya daerah.

“Pemikiran Bapak Wali sangat luar biasa visioner dan konstruktif dalam mempersiapkan generasi masa depan tanpa meninggalkan akar budaya. Boleh menjulang tinggi, tapi harus berakar kuat,” kata Prof. Farida.

Ia menambahkan, kolaborasi antara Pemkot Makassar dan UNM tidak berhenti di peluncuran ini. Ke depan, kedua pihak akan terus memperkuat sinergi untuk memastikan implementasi kurikulum muatan lokal berjalan efektif di seluruh sekolah dasar di Makassar.

“Saya bangga, Bapak Wali langsung menelepon saya untuk memastikan kolaborasi ini berjalan baik. Ini bukti kepedulian luar biasa terhadap masa depan pendidikan kita,” ujarnya.

Program Kurikulum Muatan Lokal ini diharapkan menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan etika sosial yang mulai tergerus oleh arus modernisasi.

Melalui pendekatan pendidikan formal, pemerintah dan perguruan tinggi ingin memastikan bahwa generasi muda Makassar tumbuh tidak hanya sebagai individu cerdas, tetapi juga sebagai manusia berkarakter, beretika, dan menghormati akar budayanya sendiri.

“Kurikulum ini bukan sekadar pelajaran tambahan. Ini adalah upaya menjaga jati diri Makassar agar anak-anak kita tumbuh dengan nilai-nilai Siri’, Sipakatau, dan gotong royong yang menjadi ciri khas daerah ini,” pungkas Prof. Farida.

Sementara itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi), menegaskan bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang pembentukan moral dan karakter anak bangsa.

“Melalui kurikulum muatan lokal, kami ingin sekolah menjadi ruang belajar yang menumbuhkan nilai sopan santun, saling menghargai, dan kebersamaan. Percuma pintar kalau tidak berakhlak,” tegas Appi.

Ia menjelaskan, lahirnya gagasan ini dilatarbelakangi keprihatinan atas semakin pudarnya nilai-nilai budaya Makassar dalam kehidupan masyarakat modern. Menurutnya, masyarakat kini mulai kehilangan jati diri yang dulu dikenal santun, saling menghormati, dan berjiwa gotong royong.

“Kita sudah jarang melihat nilai-nilai Siri’ na Pacce diterapkan. Karena itu, kita berupaya menggali kembali hal-hal yang mulai terlupakan agar bisa dihidupkan kembali dalam pendidikan formal,” ujarnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news