
KabarMakassar.com — Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan bahwa kesiapan infrastruktur dasar menjadi faktor penentu utama dalam menarik minat investor.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, usai membuka forum Final South Sulawesi Investment Challenge (SSIC) yang berlangsung di Hotel Novotel Grand Shayla, Senin (4/8).
Dalam forum tersebut, enam kabupaten/kota se-Sulsel mempresentasikan proyek unggulan mereka, di antaranya sektor penyediaan air minum, industri garam, hingga rencana pembangunan stadion. Namun, Rizki menekankan bahwa keikutsertaan dalam kompetisi tidak otomatis menjamin masuknya investor jika infrastruktur dasar proyek belum memadai.
“Saya tekankan, walaupun masuk enam besar, bukan berarti langsung dilirik investor. Semua tetap bergantung pada kesiapan dan minat pasar. Jalan ke lokasi belum bagus? Lahan belum clear and clean? Maka sulit untuk investasi bisa masuk,” tegas Rizki.
Rizki mengungkapkan bahwa dari beberapa proyek yang sempat difasilitasi BI pada forum sebelumnya, sebagian besar belum berjalan karena persoalan infrastruktur. Ia mencontohkan salah satu proyek pengembangan rumput laut di Bone yang hingga kini belum terealisasi karena akses jalan menuju lokasi masih rusak.
“Jadi ini PR besar untuk pemda. Sebelum bicara investor, pastikan dulu infrastruktur mendukung. Jalannya bagus, lahannya siap, perizinan jelas. Karena investor tidak mau buang waktu dan biaya untuk masalah dasar seperti itu,” ujarnya.
Terkait penjaringan SSIC, katanya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, South Sulawesi Investment Challenge 2025 menggunakan pendekatan berbasis executive summary. Dari total 18 proposal yang masuk, hanya enam yang dipilih berdasarkan kelayakan awal, termasuk kesiapan infrastruktur dan prospek bisnis.
“Kita kurasi dulu dari eksekutif summary. Ini bukan hanya lomba gagasan, tapi juga ajang pembuktian kesiapan lapangan. Karena investor bisa saja tertarik pada proyek ke-10, bukan enam besar, kalau infrastrukturnya lebih siap,” terang Rizki.
BI Sulsel akan memfasilitasi para finalis dalam forum lanjutan bertajuk Sulawesi Investment Forum pada Oktober 2025. Investor potensial akan diundang untuk melakukan pertemuan langsung (one-on-one meeting) dengan pengusung proyek.
“Kalau bisa, investor datang langsung dan berdiskusi dengan pemda. Misalnya mereka minat di sektor garam, maka langsung bisa lihat proyeksinya di lapangan,” kata Rizki.
Lebih lanjut, proyek-proyek terpilih juga berpeluang dipromosikan di forum investasi internasional di Eropa dan Asia, termasuk Jepang. Namun hanya proyek yang lolos kurasi nasional oleh kantor pusat BI yang bisa dibawa ke forum internasional tersebut.
Rizki mengingatkan bahwa insentif bagi investor tidak hanya soal pemotongan pajak. Daerah perlu menawarkan skema bisnis yang menarik seperti kemudahan perizinan, jaminan hukum, dan model payback period yang realistis, misalnya 30 tahun.
“Daerah harus bisa bilang, ‘kalau kamu investasi di sini, lahannya aman, izinnya saya bantu, dan ini skema balik modalnya.’ Itu yang meyakinkan investor,” ujarnya.
Menurut Rizki, SSIC bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari proses panjang menjadikan daerah sebagai tujuan investasi. Ia mendorong seluruh pemerintah daerah untuk tidak puas hanya karena masuk dalam final.
“Ini bukan soal siapa juara. Tapi siapa yang benar-benar siap investasi. Harus ada kerja berkelanjutan. Kalau tidak, proyek hanya berhenti di proposal,” tutupnya.