BPBD Makassar Pasang Alat Deteksi Dini Banjir di Tiga Titik Sungai

2 weeks ago 16
BPBD Makassar Pasang Alat Deteksi Dini Banjir di Tiga Titik SungaiKepala Pelaksana BPBD Makassar, Muhammad Fadli (Dok: Sinta KabarMakassar).

KabarMakassar.com — Menjelang puncak musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar mempercepat pemasangan alat deteksi dini banjir atau early warning system (EWS) di sejumlah titik rawan genangan.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi mitigasi untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian harta benda akibat banjir tahunan yang kerap melanda sejumlah wilayah di kota ini.

Kepala Pelaksana BPBD Makassar, Muhammad Fadli, mengatakan pihaknya telah memasang satu unit EWS di Sungai Kajenjeng, Kecamatan Manggala, sementara dua alat lainnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kami sudah memasang EWS di Sungai Kajenjeng. Selanjutnya, dua titik lain akan menyusul di wilayah Antang dan Blok 10, termasuk beberapa RW di Kecamatan Biringkanaya. Targetnya rampung pada November mendatang,” ujar Fadli, Selasa (07/10).

Menurutnya, pemasangan EWS ini penting agar petugas dan warga memiliki waktu lebih banyak untuk menyelamatkan diri serta mengamankan barang berharga sebelum air naik.

Sistem ini akan memberikan peringatan dini terhadap potensi banjir melalui sensor dan sirine otomatis yang terhubung dengan pos pantau BPBD.

“Informasi disampaikan lebih awal agar masyarakat bisa bersiap. Pemerintah pun dapat segera mengaktifkan langkah mitigasi bersama para pemangku kepentingan,” jelasnya.

Fadli mengungkapkan, keputusan mempercepat pemasangan EWS didasarkan pada pengalaman banjir besar beberapa tahun terakhir yang selalu terjadi di periode akhir tahun. Ia berharap seluruh sistem sudah berfungsi penuh sebelum curah hujan mencapai puncaknya.

“Kami ingin alat-alat ini sudah aktif sebelum Desember, karena biasanya puncak hujan dan potensi banjir paling tinggi di bulan itu,” katanya.

Berdasarkan data BPBD, setidaknya terdapat delapan kecamatan di Makassar yang rutin terdampak banjir setiap tahun. Dari jumlah tersebut, Biringkanaya dan Manggala menjadi dua wilayah dengan intensitas dan kedalaman genangan paling parah.

“Kami tahu persis, dua wilayah itu paling rawan. Biringkanaya karena aliran air dari arah utara sering tertahan, sementara Manggala karena letaknya yang rendah dan banyak anak sungai,” tutur Fadli.

Namun, di balik upaya peningkatan teknologi deteksi dini, Fadli menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan penanggulangan bencana tetap berada pada kesiapan dan kolaborasi masyarakat.

“Yang paling penting bukan hanya alatnya, tapi kesadaran warga. Bagaimana masyarakat bisa beradaptasi, tanggap, dan bersinergi dengan kami,” ucapnya.

Ia menambahkan, mitigasi bencana bukanlah tanggung jawab pemerintah semata. Karena itu, BPBD membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, PMI, dan Basarnas, untuk memastikan penanganan darurat berjalan cepat dan terkoordinasi ketika bencana benar-benar terjadi.

“Kalau semua bergerak bersama, dampak bencana bisa ditekan. Kami ingin ada sistem yang bukan hanya reaktif, tapi juga preventif, yang dimulai dari tingkat warga,” tegasnya.

Upaya ini menjadi bagian dari strategi besar Pemkot Makassar dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi. Selain pemasangan EWS, BPBD juga sedang menyiapkan pelatihan relawan bencana di tingkat kelurahan serta sosialisasi jalur evakuasi di wilayah padat penduduk.

Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu memperkuat kesiapsiagaan masyarakat sekaligus meminimalkan dampak banjir yang saban tahun menjadi ancaman bagi warga Makassar.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news