
KabarMakassar.com – Posisi Taufan Pawe sebagai Ketua DPD I Golkar Sulsel mulai dipertanyakan, menyusul penilaian dari berbagai pihak soal lemahnya kepemimpinan dan kurangnya konsolidasi politik di akar rumput jelang Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel yang menjadi titik penting bagi masa depan partai beringin di kawasan timur Indonesia ini.
Deretan nama baru mulai muncul ke permukaan sebagai figur potensial pengganti, di antaranya Munafri Arifuddin (Appi), Ilham Arief Sirajuddin (IAS), dan Adnan Purichta Ichsan.
Pakar Komunikasi dan Politik Unhas, Dr. Hasrullah, menyebut Musda kali ini tak bisa dianggap sebagai agenda biasa.
“Musda kali ini sangat strategis. Kita tidak bisa membiarkan Golkar yang selama ini punya pengaruh besar justru dipimpin oleh sosok yang menyebabkan perolehan suara anjlok dan kehilangan kontrol terhadap eksekutif,” tegasnya, Selasa (05/08).
Hasrullah menyoroti bahwa dalam konteks Sulsel, Golkar bukan sekadar partai politik, tetapi juga simbol kekuatan historis. Ia mengingat bagaimana pertarungan politik di masa lalu antara dua kader Golkar Syahrul Yasin Limpo sebagai gubernur dan Ilham Arief Sirajuddin sebagai wali kota Makassar menjadi momen penting yang menggambarkan kuatnya dinamika internal partai.
“Dulu itu luar biasa. Dan sekarang, nama-nama yang muncul punya rekam jejak panjang. Appi misalnya, Ketua DPD II Golkar Makassar dan Wali Kota Makassar saat ini. Ia sudah membuktikan dirinya sebagai tokoh yang konsisten dalam pertarungan politik,” kata Hasrullah.
Nama lain yang disebut layak diperhitungkan adalah Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Mantan Wali Kota Makassar dua periode ini masih memiliki basis loyalis yang menyebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Sulsel.
“IAS sudah pernah mengunjungi sebagian besar desa-desa potensial sejak sebelum pencalonannya sebagai gubernur. Ia masih punya magnet politik,” ujar Hasrullah.
Sementara itu, Adnan Purichta Ichsan, mantan Bupati Gowa dua periode, dinilai mampu merangkul kelompok muda seperti Gen Z dan milenial.
“Adnan masih punya pamor dan kekuatan elektoral. Kalau Appi, Ilham, dan Adnan bisa berkolaborasi, Golkar akan punya perahu yang kokoh untuk merebut kembali kantong-kantong suara yang selama ini hilang,” lanjutnya.
Meski tak menyebut langsung, Hasrullah mengarahkan kritik tajam pada kepemimpinan Taufan Pawe sebagai petahana Ketua DPD I Golkar Sulsel.
“Sekretariat saja tidak bisa dibenahi dengan baik. Kalau seorang incumbent mau maju lagi, harusnya dia tunjukkan apa yang sudah dikerjakan selama ini,” sindirnya.
Hasrullah menyarankan agar Taufan Pawe menunjukkan kebesaran hati dan memberi ruang kepada kader-kader yang memiliki energi dan bukti kepemimpinan di lapangan.
“Appi sudah membuktikan. IAS masih kuat. Adnan punya jaringan muda. Taufan seharusnya menyatukan kekuatan, bukan memegang erat kendali tanpa hasil nyata,” tambahnya.
Selain tiga nama besar itu, sejumlah tokoh perempuan juga dinilai punya potensi untuk berkontribusi, seperti Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari dan mantan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani. Hasrullah menilai mereka sebagai kader yang mau turun langsung ke lapangan.
“Saya pernah kerja bareng Ibu Ina di DPRD Sulsel. Dia tidak segan turun ke bawah. Bahkan di media sosial, kita bisa lihat sinyal kedekatan dengan Appi. Ini menarik,” ujarnya.
Ia juga membuka peluang munculnya kuda hitam dalam kontestasi Musda, terutama dari tokoh-tokoh yang mungkin tak banyak disebut tetapi punya pengaruh lintas wilayah.
“Jangan lupa, waktu IAS mencalonkan diri sebagai gubernur, seluruh kabupaten punya loyalisnya. Jadi kalau sekarang ada lima atau enam tokoh seperti itu, saya yakin Golkar akan kembali berjaya dalam lima tahun ke depan,” tutupnya.