Bulog Ungkap Biang Kerok Harga Beras Naik di Sulsel

1 month ago 21
Bulog Ungkap Biang Kerok Harga Beras Naik di Sulsel Pemimpin Wilayah Bulog Sulselbar, Fahrurozi (Dok: Ist).

KabarMakassar.com — Pusat harga beras yang terus merangkak naik di sejumlah wilayah Sulawesi Selatan mendapat perhatian serius dari Perum Bulog Kanwil Sulsel dan Sulbar.

Pemimpin Wilayah Perum Bulog Sulsel dan Sulbar, Fahrurozi, mengungkapkan sedikitnya empat faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir, termasuk soal suplai produsen dan belum masifnya distribusi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

“Memang benar, saat ini harga beras sedang tinggi. Kami telah mengidentifikasi empat penyebab utama yang mendorong kenaikan ini,” ujar Fahrurozi, Rabu (06/08).

Faktor pertama, kata dia, adalah berakhirnya masa panen raya di wilayah Sulawesi Selatan. Tanpa suplai hasil panen yang cukup, pasokan di pasar menurun, sementara permintaan tetap tinggi.

“Kami perkirakan panen raya akan mulai kembali pada Agustus hingga September, sehingga harga bisa kembali stabil pada saat itu,” jelasnya.

Faktor kedua adalah munculnya isu-isu negatif yang membuat produsen takut menyalurkan beras ke ritel modern.

“Ada kekhawatiran di kalangan produsen, mereka takut dijadikan target karena salah persepsi. Akibatnya suplai ke swalayan atau koridor distribusi formal jadi terganggu,” ungkapnya.

Faktor ketiga adalah penyaluran beras SPHP yang belum maksimal. Hingga saat ini, pendistribusian SPHP masih belum menjangkau seluruh kecamatan dan desa secara merata.

Oleh karena itu, Bulog kini menggandeng berbagai institusi seperti Kodam dan Polda untuk memperluas distribusi melalui seluruh Polres, Polsek, Koramil, hingga Kodim.

“Ini sebagai langkah antisipasi kami agar program SPHP benar-benar bisa hadir di tengah masyarakat, khususnya yang sangat terdampak kenaikan harga,” ujar Fahrurozi.

Faktor keempat adalah keterbatasan jalur penyaluran SPHP. Sesuai petunjuk teknis dari Badan Pangan Nasional, penyaluran SPHP harus melalui pedagang yang sudah diverifikasi dan ditetapkan secara resmi oleh dinas terkait bersama Satgas Pangan.

Pedagang juga wajib menandatangani komitmen tidak menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), tidak mengoplos, dan membatasi penjualan maksimal dua kemasan per pembeli. Pelanggaran atas aturan ini akan dikenai sanksi dan denda.

Terkait ketahanan stok, Bulog Sulselbar saat ini menguasai stok beras sebesar 505 ribu ton, yang menurut Fahrurozi cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 50 bulan ke depan jika digunakan secara rutin untuk program bantuan dan stabilisasi harga.

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa beras adalah komoditas yang mudah rusak (perishable) jika tidak ditangani dengan baik.

“Kalau dirawat optimal, beras bisa tahan sampai dua tahun. Tapi jika tidak, apalagi di gudang dengan suhu dan kelembaban tinggi, kualitas bisa menurun dalam 6 bulan,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news