Warga saat Mendatangi Balaikota Makassar (Dok: KabarMakassar).KabarMakassar.com — Sejumlah warga dari berbagai kecamatan di Kota Makassar, mendatangi Balai Kota Makassar untuk menyampaikan langsung dugaan kejanggalan pada proses pemilihan Ketua RT kepada Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi), Senin (08/12).
Diketahui, Warga yang datang ke Balaikota Makassar untuk menyampaikan kejanggalan berasal dari perwakilan kecamatan, mulai dari Tallo, Panakukang hingga Pulau.
Mereka mengaku kecewa dan merasa dirugikan akibat berbagai indikasi ketidakberesan dalam pelaksanaan pemilihan tersebut.
Salah satu warga, dari RT 01 RW 004 Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Tenri, yang juga menjadi kandidat dalam pemilihan RT, membeberkan bahwa proses pemungutan suara di wilayahnya tidak berjalan sesuai mekanisme yang diharapkan.
“Kami tim kanfaser merasa kecewa dengan hasil pemilihan RT kemarin. Ada beberapa kejanggalan yang mau kami laporkan. Pak Wali bilang kita di sini bertarung, tapi Pak Wali tidak melihat mekanisme yang terjadi di bawah,” ujarnya.
Menurut Tenri, dugaan kecurangan tampak sejak pembagian kertas panggilan memilih. Ia menilai proses pendataan pemilih dan penyaluran surat panggilan tidak dilakukan secara merata.
“Di wilayah tetangga saya cuma dua orang yang dipanggil, sementara di wilayah lawan saya neneknya, tantenya, omnya, semua datang memilih. Saya dapat 10 suara, dia dapat 40. Berarti hanya 50 kertas suara yang beredar,” jelasnya.
Tenri juga mempertanyakan keabsahan calon yang terpilih, yang menurutnya merupakan pendatang baru dan belum lama berdomisili di wilayah tersebut.
“Saya generasi ketiga tinggal di situ sejak tahun 70-an, sedangkan saya ditumbangkan oleh pendatang baru. Orang di sana bilang dia itu preman lorong, dan statusnya ngontrak. Tapi karena Pak Wali bilang yang penting domisili, ya kami mengalah soal itu,” tambahnya.
Ia turut menyoroti peran pejabat (PJ) RT yang menurutnya bersikap tidak netral.
“Semua ini yang mengatur adalah PJ RT. Dia pernah bilang ke saya mari kita bersaing sehat, tapi dari bisik-bisik tetangga, nomor satu itu dia mendatangi tiap rumah untuk memberikan kertas suara dengan keyakinan bahwa dia harus dipilih,” ungkapnya.
Selain itu, warga menemukan kejanggalan pada surat panggilan memilih. Beberapa nama terdaftar dengan nomor NIK yang tidak sesuai, bahkan ada yang tidak memiliki nomor NIK sama sekali.
“Ini sangat ganjil. Ada nama tapi kosong nomor NIK-nya. Itu kan bisa dimainkan. Seperti pakai DPT lama,” katanya.
Tidak hanya itu, warga juga menilai banyak pemilih yang datang dari luar wilayah, bahkan dari pulau, sehingga memperkuat dugaan bahwa daftar pemilih tidak disaring dengan ketat.
“Kami di sini beda-beda kecamatan, ada yang datang dari pulau. Masa orang pasti masih didapat,” tegasnya.
Saat bertemu Wali Kota Makassar, warga menyampaikan harapan agar hasil pemilihan dapat dikaji ulang apabila ditemukan pelanggaran atau ketidaksesuaian. Namun, mereka mengakui belum sepenuhnya puas dengan jawaban yang diberikan.
“Kami diterima dengan sangat baik oleh Pak Wali. Tapi kami belum terima sepenuhnya apa yang disampaikan. Kalau sudah naik itu kan urusan yang di atas mau bagaimana,” tutur Tenri.
Warga berharap pemerintah kota dapat memperbaiki sistem pemilihan RT/RW agar lebih transparan dan tidak memberi ruang bagi praktik manipulatif. Mereka juga menekankan bahwa suara masyarakat harus benar-benar dihargai dan tidak diganggu oleh kepentingan pihak tertentu.
“Meski belum terima sepenuhnya kami tetap menunggu kebijakan dari Wali Kota makassar untuk menyelesaikan hal tersebut,” pungkasnya.


















































