Anggota DPRD Kota Makassar Nasir Rurung, (Dok: Sinta Kabar Makassar).KabarMakassar.com — Rencana pemindahan pengelolaan sampah dari TPA Antang (Manggala) ke Kecamatan Tamalanrea melalui proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) memang tidak pernah selesai dibahas.
Anggota DPRD Kota Makassar, Nasir Rurung kembali menyoroti proyek PSEL yang direncanakan bakal di bangun di Tamalanrea.
Kata Politisi PAN itu, jika dipaksakan akan berdampak pada aspek transportasi, dimana ratusan truk pengangkut sampah akan melintasi ruas-ruas padat dan memicu kemacetan, polusi bau, hingga implikasi sosial ekonomi yang serius bagi kawasan perkotaan.
“Yang kami kurang pahami, pemerintah kota tiba-tiba, tanpa kajian yang jelas, tanpa aturan yang jelas, memindahkan (sampah) ke Tamalanrea. Padahal regulasi, studi kelayakan, perwali, Amdal semuanya sudah ada di TPA Manggala,” ujar Nasir.
Ia menegaskan bahwa pemindahan ini bertentangan dengan peruntukan ruang yang sudah diatur dalam RTRW kota.
Konsekuensi transportasi yang konkret bila rencana itu berjalan, arus lalu lintas utama seperti Jalan Perintis Kemerdekaan yang menjadi akses vital bagi mahasiswa dan penduduk perkotaan akan dipenuhi truk sampah.
“Coba bayangkan kalau 500 sampai 600 truk tiap hari melaju lewat Perintis Kemerdekaan. Kita rasakan sendiri khususnya yang pernah berada di belakang truk, baunya luar biasa,” kata Nasir.
Ia juga menunjuk akses masuk menuju kawasan Talasa City dan rute dari Tallo yang masuk ke Urip Sumoharjo sebagai titik-titik yang berisiko mengalami kemacetan parah jika kendaraan besar pengangkut sampah berbaur dengan kendaraan logistik dan lalu lintas harian masyarakat.
“Kira-kira bagaimana kita mau lihat Makassar ini kalau mobil sampah bertebaran di mana-mana. Itu yang perlu kita pikirkan sama-sama.” tanya Nasir
Selain kemacetan, Nasir menyoroti dampak bau dan pencemaran yang menyertai lalu lintas sampah. Ia menekankan dampak signifikan terhadap kenyamanan publik termasuk mahasiswa dan warga sekitar jika rute utama kota dipenuhi kendaraan pengangkut sampah setiap hari.
“Dampak yang ditimbulkan, baunya itu seperti apa? Adik-adik kita, mahasiswa kita, bagaimana nantinya kalau itu terjadi?” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa kualitas udara dan ruang publik dapat menurun drastis bila arus truk sampah tidak dikelola berdasarkan kajian transportasi yang matang.
Nasir mendesak pemerintah kota untuk meninjau ulang rencana penempatan PSEL dan segala kebijakan pemindahan sampah.
Ia meminta pemerintah mendengarkan penolakan masyarakat sekitar dan melakukan kajian komprehensif termasuk studi transportasi, dampak lingkungan, dan dampak sosial sebelum melanjutkan rencana tersebut.
“Kalau masyarakat menolak, ya kita harus terima. Pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan yang direncanakan. Jangan menimbulkan persoalan baru ketika pemindahan terjadi,” tegasnya.
Nasir memperingatkan agar pemerintah tidak menunggu demonstrasi untuk bertindak semua potensi masalah harus dijawab terlebih dahulu, termasuk bagaimana ratusan truk sampah harian akan mengubah wajah mobilitas di kota.


















































