
KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan, Senin (04/08), dengan sentimen positif.
IHSG dibuka menguat 0,2% atau naik 14,73 poin ke posisi 7.552,49. Namun, penguatan tersebut hanya berlangsung singkat. Tak lama setelah pembukaan, indeks kembali tergelincir ke zona merah.
Data transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini mencatat, dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 225 saham menguat, 66 saham melemah, dan 323 saham stagnan.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp184 miliar dengan volume perdagangan mencapai 262 juta saham dalam 36.109 kali transaksi.
Pergerakan IHSG terjadi di tengah kondisi pasar Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi. Investor di kawasan masih mencatat ketegangan baru akibat putaran tarif lanjutan dari Amerika Serikat serta laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan, dua faktor yang membuat Wall Street melemah akhir pekan lalu.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun cukup hingga 2,05%, disusul Topix yang turun 1,86% pada pukul 08.11 waktu Singapura.
Di sisi lain, pasar Korea Selatan sedikit lebih stabil, dengan Kospi naik 0,13% dan Kosdaq menguat 0,53%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia terkoreksi 0,21%.
Kekhawatiran pelaku pasar meningkat mengikuti kabar dari AS terkait kebijakan tarif baru terhadap Tiongkok dan negara mitra lainnya. Hal ini memicu potensi tekanan inflasi dan ancaman perlambatan ekonomi global.
Isu lainnya datang dari pasar energi, di mana harga minyak mentah global menjadi sorotan.
Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi membuat investor lebih hati-hati terhadap saham-saham energi dan sektor yang terkait.
Di dalam negeri, pelaku pasar tengah bersiap menghadapi pekan krusial. Setelah rilis data inflasi dan manufaktur, kini perhatian tertuju pada pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain itu, dinamika negosiasi dagang antara AS dan China juga pengawasan ketat karena dapat berdampak pada arus modal asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Musim rilis laporan keuangan emiten masih menjadi salah satu penggerak utama IHSG. Lonjakan indeks pada bulan Juli lalu juga memunculkan potensi aksi ambil untung (profit Taking) oleh investor.
Namun demikian, analis menilai pelemahan IHSG saat ini masih dalam kategori koreksi sehat. Arus modal asing yang mulai kembali masuk dan hasil kinerja keuangan yang cukup baik dari beberapa emiten besar dapat menjadi katalis positif bagi indeks dalam jangka pendek hingga menengah.