KabarMakassar.com — Gebyar Academia, Business, Government (ABG) Collaboration yang digelar BPOM RI di bawah kepemimpinan Prof Taruna Ikrar menjadi sorotan nasional, menghadirkan kolaborasi besar akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah dalam mempercepat inovasi obat dan makanan pada Sabtu (15/11)
Dibuka Wapres Gibran Rakabuming, acara ini memamerkan riset, expo industri, MoU lintas kampus, hingga forum bisnis internasional dari lima negara menandai transformasi BPOM dari regulator menjadi fasilitator inovasi dan poros kemandirian obat Indonesia.
Acara ini digelar untuk memperingati satu tahun Asta Cita pemerintahan presiden Prabowo–Gibran.
Kegiatan ini juga memecahkan Rekor Prestasi Indonesia sebagai Pelopor Akademia Bisnis dan Goverment Colaboration di Indonesia dengan peserta terbanyak.
Gebyar ABG merupakan etalase besar gagasan Taruna Ikrar soal kolaborasi tiga pilar akademisi, dunia usaha, dan pemerintah yang ia sebut sebagai “ABG Concept”. Sebuah formula yang ia dorong sebagai mesin transformasi baru sektor obat dan makanan Indonesia.
“Inisiasi dan kolaborasi merupakan kunci kemajuan di era kita sekarang,” ujar Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, membuka acara secara daring.
Taruna Ikrar menegaskan pihaknya ingin ruang inovasi Indonesia terus tumbuh melalui kontribusi akademisi, dunia usaha, dan pemerintah
“Kami ingin ruang inovasi Indonesia terus tumbuh melalui kontribusi akademisi, dunia usaha, dan pemerintah,” tegasnya
Taruna Ikrar menjelaskan bahwa BPOM tidak hanya memeriksa, mengawasi, atau memberi sanksi. Ia ingin lembaga ini menjadi fasilitator, penyambung dunia riset dengan industri, penyatu kampus dengan dunia regulasi.
“Pengawasan dan pengembangan industri obat dan makanan adalah tugas besar yang tidak bisa diemban BPOM sendiri,” ujarnya dalam satu sesi panel.
Konsep ABG yang ia kembangkan menempatkan aademisi sebagai mesin riset dan pembentuk SDM unggul, Business sebagai penggerak hilirisasi dan komersialisasi, dan Government sebagai penjamin keamanan, mutu, dan khasiat sekaligus akselerator kebijakan.
Tantangan yang ingin diserangnya jelas, ketergantungan impor bahan baku obat (BBO) yang mencapai 90 persen.
“Riset tidak boleh berhenti di laboratorium. Kita butuh sinergi agar Indonesia mampu mandiri dan melahirkan produk inovatif sendiri,” tegas Taruna.
Di tengah acara, puluhan pejabat rektor, dekan kampus dan pimpinan industri dari 6 negara yakni India, Cina, Korea Selatan, Malaysia, Singapore, Indonesia antre menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BPOM.
Kegiatan ditandai pembukaan expo inovasi oleh Taruna Ikrar bersama sejumlah tokoh, termasuk YM Tengku Dato’ Dr. Hishammudin Zaizi Bin Y.A.M. Tengku Bendahara Azman Shah Al-Haj (CEO Ikhasas Group Malaysia), Rektor UGM, UNAIR, dan USK, Prof. Harun Joko Prayitno (Rektor UMS), Dymitro Baskakov dari Age Management Alliance, Amerika Serikat.
Di panggung utama, panel diskusi mengalir. Para pembicara mengurai soal Advanced Therapy Medicinal Products (ATMP), peluang investasi, dan masa depan bioteknologi Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Taruna Ikrar menyadari bahwa Indonesia tertinggal dalam pengembangan produk-produk medis berbasis terapi sel dan terapi gen. Karena itu, ia mendorong regulasi ATMP yang lebih adaptif, agar peneliti dan industri tak lagi terhambat birokrasi.
BPOM, dalam visi Taruna, bukan lembaga yang menjaga pagar tinggi, tapi jembatan yang menghubungkan pengetahuan, industri, dan kebijakan. Ia membawa konsep ini ke forum global dari Amerika Serikat hingga Tiongkok untuk menarik transfer teknologi dan investasi.
Di dalam negeri, ia menjalankan program BPOM Goes to Campus untuk menjemput riset dari kampus.
“ABG merupakan poros percepatan untuk melahirkan kebijakan yang ilmiah dan berdaya saing,” cetusnya.
Konsep ini, menurut banyak pengamat, adalah upaya paling konkret BPOM menuju kemandirian obat nasional.
Selain itu, Taruna Ikrar mengajak artis Iis Dahlia, tokoh masyarakat Hercules, dan Ketua Dharma Wanita BPOM RI Elfi Taruna menanam pohon di halaman belakang kantor. Momen itu menjadi simbol metafora gagasan besar Taruna bahwa inovasi tidak tumbuh karena pidato atau regulasi semata melainkan karena kolaborasi, perawatan, dan ekosistem yang subur.
“Semangat kolaborasi inilah yang ingin terus kami bangun demi kemajuan produk Indonesia,” katanya menutup acara.
Selanjutnya, pada Minggu 16 November 2025, business matching akan dimulai. Ada 10 booth dari Korea Selatan, Cina, Malaysia, India, Singapura, dan Indonesia, juga dua puluh perguruan tinggi nasional hadir menawarkan riset dan UMKM bergerak mengisi ruang promosi produk.
Kegiatan Gebyar ABG diharapkan menjadi agenda tahunan. BPOM di bawah Taruna Ikrar diharapkan sebagai regulator yang tidak hanya mengawasi masa kini, tetapi sedang menyiapkan masa depan.


















































