Siswa SMK jurusan otomotif sedang melakukan magang di industri (dok. Ist)KabarMakassar.com — Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan menerapkan kebijakan bagi seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar menjalin kerja sama dengan dunia industri.
Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kesiapan lulusan SMK menghadapi kebutuhan kerja yang semakin kompetitif.
Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Nadjamuddin, mengatakan pihaknya sedang melakukan perubahan besar dalam sistem pendidikan vokasi.
Menurutnya, penguatan kolaborasi antara sekolah dan industri menjadi langkah strategis untuk menekan kesenjangan antara kompetensi lulusan dan kebutuhan pasar kerja.
“Terkait dengan SMK ini, memang kita lakukan perubahan besar sekarang. Sekarang ini kita tidak melaksanakan sendiri, jadi berkolaborasi sekarang,” ujar Iqbal Nadjamuddin.
Iqbal menegaskan bahwa setiap SMK wajib memiliki mitra industri yang relevan dengan program keahliannya. Kerja sama tersebut diwujudkan melalui perjanjian kerja sama (PKS) yang ditindaklanjuti setelah Dinas Pendidikan melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan berbagai sektor industri.
“Jadi seluruh SMK itu saya wajibkan nanti dia punya kerja sama dengan dunia industri. Jadi dunia industrinya sesuai dengan program studinya di SMK itu,” katanya.
Iqbal mencontohkan, sekolah dengan jurusan otomotif wajib bermitra dengan perusahaan otomotif seperti Honda atau Yamaha. Dengan cara itu, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang langsung sesuai dengan kebutuhan industri.
“Misalnya otomotif. Kerja sama dengan industri otomotif. Misalnya Honda, Yamaha. Jadi mereka itu kerja sama, PKS nanti. Karena saya sudah melakukan MoU. Nanti tindakan lanjutnya nanti di sekolah-sekolah kita,” ujarnya.
Selain kerja sama dengan industri, Dinas Pendidikan juga meminta seluruh SMK menyelaraskan kurikulum pembelajaran dengan kebutuhan dunia kerja. Penyesuaian ini diharapkan menjadikan lulusan SMK lebih siap terserap di sektor industri.
“Yang kedua juga, selain kerja sama itu, saya meminta semua sekolah untuk menyelaraskan kurikulumnya dengan industrinya,” kata Iqbal.
Dia menekankan bahwa kurikulum berbasis kebutuhan industri akan membuat siswa terbiasa dengan standar kerja yang diterapkan di lapangan.
“Artinya kebutuhan industri itu sudah menjadi pembelajaran di sekolah itu. Artinya bahwa apa kebutuhan tenaga kerja di industri itu, itu yang diajarkan di sekolah. Itu yang kita lakukan sekarang,” jelasnya.
Upaya ini juga diharapkan mempermudah siswa beradaptasi saat memasuki dunia kerja karena telah terbiasa dengan praktik dan standar industri yang sebenarnya.
“Ketika industri itu membutuhkan suatu jenis pekerjaan, anak-anak kita sudah memahami dan sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan standar yang dibutuhkan industri itu. Itu yang kita lakukan sekarang,” kata Iqbal.
Selain menjalin kemitraan dengan industri, Dinas Pendidikan Sulsel juga menggandeng Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) untuk memperluas peluang penempatan kerja lulusan SMK.
“Karena tupoksinya Dinas Tenaga Kerja itu penempatan tenaga kerja, saya berharap bahwa jembatannya nanti Dinas Tenaga Kerja ini yang memang selalu mencarikan peluang kerja bagi lulusan kita itu, bukan cuma di Sulawesi Selatan, tapi seluruh Indonesia,” ujar Iqbal.
Menurutnya, setiap siswa SMK nantinya akan memiliki akun pada aplikasi Siap Kerja milik Kementerian Tenaga Kerja. Melalui sistem tersebut, lulusan dapat langsung mengakses lowongan dan berinteraksi dengan berbagai industri di seluruh Indonesia.
“Nanti interaksi untuk mencari pekerjaan anak-anak kita itu bisa di dalam akun siap kerja. Karena semua akses industri-industri yang ada di Indonesia, baik dunia usahanya, dunia industri, dunia kerjanya itu nanti mereka bisa mengakses,” kata Iqbal.
Iqbal menegaskan, dengan langkah-langkah tersebut, seluruh SMK di Sulsel diwajibkan memiliki standar industri dalam proses pembelajaran maupun penilaian lulusannya.
“Tentu dengan yang saya sampaikan tadi bahwa tidak ada lagi sekolah SMK ini yang tidak memiliki standar industri lulusannya karena kita sudah MoU dengan industrinya, kita juga sudah selaraskan dengan kurikulum industri itu. Itu yang sementara kita lakukan untuk SMK di Sulawesi Selatan,” pungkas Iqbal.


















































