DMI Gowa Siapkan Skema Insentif Minimal Setara UMK untuk Marbot dan Imam Masjid

1 hour ago 1
DMI Gowa Siapkan Skema Insentif Minimal Setara UMK untuk Marbot dan Imam MasjidDewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Gowa (Dok: Ist).

KabarMakassar.com – Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Gowa mulai merintis langkah besar dalam meningkatkan kesejahteraan marbot dan imam masjid.

Dipimpin Ketua Pelaksana Program, Hasan Hasyim, DMI Gowa menyiapkan skema insentif baru yang ditargetkan mencapai minimal setara Upah Minimum Kabupaten (UMK). Program ini menjadi bagian dari gagasan pemberdayaan marbot pertama di Indonesia yang dirancang melalui kolaborasi organisasi, akademisi, dunia usaha, dan lembaga keagamaan.

Langkah ini lahir dari temuan lapangan setelah pemeriksaan kesehatan dan wawancara yang berlangsung di Klinik Nabilah, Sabtu (22/11).

Dari pemeriksaan tersebut, seluruh marbot dan imam yang hadir dinyatakan layak menjalankan tugas. Namun, data penghasilan mereka menunjukkan kesenjangan signifikan.

“Gaji tertinggi marbot dan imam di Gowa hanya Rp 3,5 juta, sementara terendah Rp 400 ribu. Lebih banyak lagi yang tidak bergaji tetap dan hanya mengandalkan sedekah, jumlahnya pun tidak menentu,” tegas Hasan Hasyim, Selasa (25/11).

Kondisi tersebut mendorong DMI Gowa merumuskan model baru pengupahan dan pemberdayaan berbasis masjid. Program tidak hanya mempersiapkan insentif finansial, tetapi juga menghadirkan pelatihan intensif tiga hari yang melibatkan para pakar lintas disiplin.

Para ahli tersebut antara lain Prof Asdar (ekonomi), Prof Bahakin Rama (pendidikan Islam), Dr Idham Khalik (ekonomi), Prof Munirah Hasyim (budaya), Dr Zohrah Hasyim (biologi dan pemilik dua hak paten obat), serta jajaran ilmuwan pertanian, peternakan, hingga praktisi halal dan lembaga keuangan syariah.

Menurut Hasan Hasyim, pelatihan ini dirancang untuk mengubah peran marbot dari sekadar penjaga masjid menjadi garda depan pelayanan umat. Mereka akan dibekali keterampilan mengelola masjid, melayani jamaah, hingga menjalankan usaha berbasis kebutuhan jamaah seperti penyediaan bahan pokok dan rantai suplai ternak.

“Dari interaksi pelayanan akan ada jasa, dari jasa ada pendapatan. Insha Allah ada model usaha yang menghasilkan upah,” jelasnya.

Selain praktik manajemen masjid, peserta juga diarahkan terlibat dalam gerakan ekonomi umat. Salah satu jalurnya melalui kolaborasi dengan peternak dan koperasi, termasuk pengadaan sapi yang akan melibatkan marbot sebagai penghubung antara jamaah dan pemasok. Setiap peluang usaha akan dirancang agar memberi bagi hasil yang adil dan menambah insentif marbot serta imam.

DMI Gowa menilai, peran marbot yang selama ini sering dianggap sukarela harus mulai dilihat sebagai profesi yang layak diberi penghargaan. Hasan Hasyim menegaskan, mengurus masjid bukan sekadar pekerjaan fisik, tetapi juga tugas sosial dan pelayanan spiritual yang berat. Karena itu, kondisi kesehatan marbot turut diseleksi sebagai syarat kesiapan.

“Mengurus masjid itu amanah besar. Kesehatan harus sesuai dengan tugasnya,” ujarnya.

Gerakan ini juga diperkuat oleh visi memakmurkan masjid sebagaimana pada era Rasulullah. Diskusi para anggota grup menyebutkan, masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi pusat musyawarah, pendidikan, hingga penguatan ekonomi petani jamaah yang kini tertekan biaya pupuk dan obat kimia. Karena itu, sejumlah takmir berharap pelatihan marbot dapat menjadi pintu gerakan besar untuk membina petani melalui pendekatan masjid.

Di sisi lain, untuk menjaga keberlangsungan program, Hasan Hasyim juga menyiapkan dukungan infrastruktur seperti fasilitas apartemen bagi DMI Sulsel, serta penyediaan tanah kapling tanpa bunga di Gowa dan kawasan Bili-Bili. Sebagian hasilnya akan dialokasikan khusus untuk penguatan upah marbot dan imam masjid.

“Semuanya karena Allah,” kata Hasan.

Meskipun banyak marbot dan imam menyampaikan bahwa mereka bekerja murni karena keikhlasan, DMI Gowa menegaskan bahwa keikhlasan tidak boleh menghalangi kewajiban umat menjaga kesejahteraan para penjaga rumah Allah. Dengan skema pengupahan setara UMK yang disiapkan, DMI Gowa berharap marbot dan imam dapat menjalankan tugasnya dengan lebih profesional, tenang, dan khusyuk.

“Saat masjid kuat, jamaah kuat. Saat marbot sejahtera, pelayanan ibadah meningkat. Ini gerakan memuliakan penjaga rumah Allah,” tutup Hasan Hasyim.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news