KabarMakassar.com — Festival Aksara Lontaraq (FALAQ) ke-VI resmi dibuka Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari di, Alun-Alun Colliq Pujie, Kabupaten Barru, Minggu (23/11).
Dimana, FALAQ digelar oleh Yayasan Aksara Lontaraq-Pemda Kabupaten Barru dan dukungan Kementerian Kabudayaan RI.
Festival Aksara Lontaraq melibatkan berbagai kegiatan budaya, seperti lomba, seminar, pameran, dan pertunjukan seni, yang bertujuan untuk mempopulerkan dan menanamkan kecintaan masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap aksara Lontaraq.
Bupati Barru Andi Ina Kartika Sari menyampaikan apresiasi atas kelancaran penyelenggaraan festival yang dinilai semakin berkembang dan mendapat dukungan luas berbagai pihak.
“Kita bisa melihat kegiatan ini terlaksana dengan sangat baik. Alhamdulillah, saya nyatakan bahwa acara ini luar biasa,” ujarnya.
Andi Ina menyoroti peran budaya sebagai identitas penting masyarakat di tengah derasnya perubahan dunia.
“Persoalan multidimensi saat ini tidak cukup kita hadapi dengan modernitas saja. Kita butuh karakter kuat yang terkandung dalam budaya dan kearifan lokal,” tegasnya.
Ia menilai festival seperti Aksara Lontaraq bukan sekadar agenda seremonial, tetapi wadah untuk menjaga kesinambungan tradisi yang diwariskan leluhur.
“Budaya lokal harus dijadikan identitas, dipelihara, dan dibanggakan. Ini bagian dari cara kita merawat kekuatan dalam hidup bermasyarakat,” katanya.
Andi Ina juga mengingatkan ancaman era globalisasi yang membuat sebagian masyarakat lebih memilih budaya baru yang praktis dan modern. Menurutnya, kondisi itu harus dijawab dengan strategi pelestarian yang kuat dan berkelanjutan.
Bupati menilai festival ini penting untuk menghubungkan masa lalu, memperkuat masa kini, dan menginspirasi masa depan Barru sebagai daerah yang kaya potensi budaya dan wisata.
“Festival ini harus menjadi jendela dunia untuk melihat kekayaan budaya Barru,” katanya.
Ia juga menyebut salah satu warisan lokal, tokoh Colliq Pujie, sebagai bagian penting sejarah Barru yang harus terus diperkenalkan.
“Banyak hal yang saya dapatkan dan akan menjadi semangat saya sebagai kepala daerah,” imbuhnya.
Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan RI, Andi Syamsu Rijal, yang hadir mewakili Menteri Kebudayaan serta Direktur Jenderal Pengembangan Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan, menegaskan bahwa pemajuan kebudayaan bukan hanya tugas pemerintah pusat, melainkan kerja kolektif semua pihak.
“Pemajuan dan pelestarian budaya ini kita lakukan bersama. Tidak mungkin berdiri sendiri,” ujar Andy di Festival To Berru ke-XIV dan Aksara Lontara VI 2025 di Alun-Alun Colliq Pujie, Kabupaten Barru.
Andi juga menyoroti keberlanjutan Festival Aksara Lontara yang telah memasuki tahun penyelenggaraan keenam. Menurutnya, konsistensi itu mencerminkan kekuatan masyarakat Soppeng dalam menjaga nilai lokal di tengah perubahan zaman.
“Festival Aksara Lontara ke-6 adalah capaian luar biasa yang lahir dari komitmen bersama,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa Lagaligo, yang telah ditetapkan sebagai Memorial of the World UNESCO pada 2014, merupakan bukti kehebatan literasi leluhur yang harus dijaga dan diwariskan.
Ia menambahkan bahwa Lontara dan Lagaligo bukan hanya teks, melainkan “cerminan kearifan lokal dan nilai luhur nenek moyang yang tak ternilai harganya.”
Andi juga memuji sinergi pemerintah daerah, terutama kesiapan Bupati dan jajaran yang berhasil menghadirkan festival meski dalam situasi keterbatasan anggaran.
“Dalam waktu yang singkat dan kondisi penghematan, pemerintah daerah mampu membuktikan bahwa gotong royong dapat menghasilkan karya luar biasa,” ungkapnya.
Selain unsur pemerintah daerah, perwakilan dari Direktorat Sarana dan Prasarana turut hadir mendukung penyelenggaraan, termasuk dalam pengembangan sarana budaya di Museum Colliq Pujie. Festival tahun ini juga menampilkan karya anak-anak hasil workshop dan berbagai pertunjukan yang memperlihatkan bagaimana aksara Lontara mulai disosialisasikan dalam bentuk digital.
Menurut Andi, kolaborasi dan kebersamaan menjadi roh utama keberlangsungan Festival To Berru hingga mencapai tahun ke-14.
“Tanpa dukungan semua pihak, mustahil festival ini bisa bertahan. Ini langkah visioner yang patut dicontoh,” ujarnya.
Andi juga memberikan apresiasi khusus kepada seluruh panitia yang bekerja di balik layar.
“Panitia telah menunjukkan dedikasi dan semangat pantang menyerah. Mereka adalah pahlawan budaya sesungguhnya,” tegasnya,
Andy kemudian mengajak seluruh masyarakat menjadikan festival ini sebagai ruang memperkuat persaudaraan dan meneguhkan kecintaan terhadap budaya Bugis.
“Mari kita jadikan festival ini ajang mempererat silaturahmi, menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan memperkenalkan kekayaan budaya kita ke tingkat nasional dan internasional,” Pungkasnya.
Semenatara, CEO Kabar Grup Indonesia (KGI), Upi Asmaradhana yang merupakan inisiator FALAQ menjelaskan bahwa Festival Aksara Lontaraq yang dilaksanakan sebagai bentuk menjaga warisan artefak terbaik Sulawesi Selatan, yaitu Aksara Lontaraq.
“Tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki aksara dan Aksara Lontaraq menjadi tanggung jawab kita bersama semua sehingga kita harapkan festival yang kita lakukan setiap tahun ini akan menjadi bagian dari upaya penyelamatan warisan dan nilai-nilai luhur masyarakat Sulsel,” ungkapnya
Festival ini mencakup berbagai agenda, di antaranya mulai dari workshop budaya, tari kolosal, instalasi taman cahaya, kelas inkubasi media, workshop integrasi budaya dan teknologi, serta pameran naskah kuno.
Selain itu, ada juga berbagai lomba di antaranya story telling cerita rakyat, permainan rakyat, pameran UMKM Kuliner, Lomba Kuliner, temu karya komposer, hingga pagelaran seni.
Selain itu, akan ada lomba lagu daerah, fashion show dengan adat daerah, serta pemilihan duta lontara. Pemerintah Kabupaten Maros juga berjanji akan mengeluarkan surat edaran terkait penerapan aksara lontara di berbagai tempat baik di pemerintahan maupun swasta.
Festival Aksara Lontaraq Ke-VI merupakan bagian dari program nasional untuk mendukung Ilagaligo sebagai Warisan Dunia, dengan Museum Colliq Pujie sebagai salah satu rujukan utama.
Dimana, tahun 2020, Festival Aksara Lontaraq pertama diikuti 17 Negara, dengan 1.865 peserta, dan Festival kedua 2021, diikuti 11 negara. Festival ketiga 2022, bersama pegiat literasi dan budaya berhasil menggoalkan lahirnya Peraturan Daerah tentang Aksara Lontaraq.
15 Juni 2023, Perda Aksara Lontaraq disahkan DPRD atas persetujuan Gubernur Sulsel. Dan tahun itu juga Penyelenggaraan Festival Aksara Lontaraq dilaksanakan di Kabupaten Maros, sebagai daerah percontohan di Sulsel yang akan menerapkan Perda Aksara Lontaraq.
Tahun 2024 FALAQ kembali ke Makassar. Tahun ini 23-25 November FALAQ seri ke-6 akan digelar di Kabupaten Barru.
TIDAK banyak bangsa di dunia yang memiliki aksara/bahasa seperti Lontaraq. Aksara Lontaraq adalah bukti tingginya nilai kebudayaan di Sulawesi Selatan.
Diketahui, pada Rabu (16/03/2022) Tim Perumus Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Perda Aksara Lontaraq menyerahkan Draft Naskah Akademik aksara lontaraq kepada Ketua Komisi E DPRD Sulsel Rusdin Tabi, di lantai 7 gedung DPRD jalan Urip Sumoharjo Makassar.
Penyerahan Naskah Akademik ini dipimpin Upi Asmaradhana, penggagas Festival Aksara Lontaraq bersama sejumlah anggotanya antara lain Idwar Anwar Budayan dan Penulis Buku, Syahruddin Umar, Abdul Hadi, Nilma dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Fritz W Wongkar Media KabarMakassar. Tim ini sendiri terdiri atas sembilan orang antara lain Prof Nurhayati Rahman, Yudisthira Sukatanya, Rusdin Tompo.
Selain Naskah berupa kajian akademik juga diserahkan SK Tim Perumus dan Penulisan Naskah Akademik yang diteken Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel Moh Hasan Sijaya.
Rusdin Tabi fraksi Gerindra didampingi Wakil Ketua Komisi E Rezki Mulfiati Luthfi (NasDem) dan anggota komisi Wahyuddin (Hanura).
Pada penyerahan naskah akademik, Upi Asmaradhana yang juga Founder dan CEO KGINetwork, mengatakan dengan penyerahan naskah akademik ini, diharapkan agenda rancangan peraturan daerah atau Ranperda untuk menjadi Perda bisa menjadi kenyataan.
“Hari ini sebuah langkah baru dan sejarah baru bagi upaya pelestarian aksara lontaraq yang menjadi warisan leluhur masyarakat Sulawesi
Selatan. Hal ini tentu menjadi penguatan dalam melestarikan bahasa aksara lontaraq.
“Kita harap Aksara lontaraq bisa dilegalkan DPRD. Ini menjadi Gerakan yang terlembaga. Dan semoga bisa diperdakan,”ujar Upi Asmaradana sesaat proses penyerahan didampingi Idwar Anwar, pimpinan redaksi kabarmakassar.com Fritz Wongkar, Abdul Hadi Kepala UPT Dinas Perpustakaan Sulsel, Syahruddin Umar, Nielma dan Nasruddin.
Ketua Komisi E Rusdin Tabi mengatakan bahwa naskah akademik akan dilaporkan ke pimpinan dewan untuk menjadi agenda dibentuknya Pansus Ranperda Aksara Lontaraq.
“Kita akan mendorong bersama membahas dalam Pansus ranperda dan bisa dipercepat jadi Perda. Tentu hal ini menjadi penting bagi masyarakat Sulsel,”ujar Rusdin Tabi.
Aksara Lontaraq merupakan salah satu aksara yang dimiliki dunia. Di Indonesia, aksara lontaraq merupakan warisan budaya yang oleh para peneliti akan punah jika tidak dilestarikan.
“Tidak banyak bangsa-bangsa di dunia yang memiliki aksara. Aksara bukan saja menjadi simbol sejarah, tapi juga menjadi penegasan tingginya nilai-nilai kebudayaan sebuah masyarakat. Sayangnya aksara Lontaraq yang merupakan identitas dan entitas budaya Sulawesi Selatan mulai terkikis keberadaannya, bahkan mulai dilupakan oleh anak-anak generasi sekarang,” Upi Asmaradhana.
Ranperda Aksara Lontaraq merupakan hasil rekomendasi Festival Aksara Lontaraq yang diselenggarakan sejak 2020 lalu. Tahun ini Festival Aksara Lontaraq ke-3 akan digelar 14-16 Juli 2022. Tahun ini tema FALAQ Transformasi Aksara Lontaraq Mendorong Kreativitas dan Inovasi.


















































