
KabarMakassar.com — Peci hitam atau songko hitam adalah salah satu benda yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat Bugis dan Makassar, dibaliknya terdapat mitos yang masih hidup terkait dengan jawaban pengobatan penyakit gatal atas ganguan roh halus.
Istilah sumimikang atau sumingi, kerap digunakan dalam menggambarkan kondisi ketika seseorang diyakini mengalami gangguan dari makhluk halus akibat tanpa sengaja bersinggungan atau berhubungan dengan dunia gaib.
Akan tetapi, keyakinan tersebut ditepis dari sudut pandang medis. Ahli menyatakan penggunaan peci hitam sebagai bentuk pengobatan tidak dapat menyembuhkan gatal-gatal yang ada pada kulit manusia.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr Diana Muchsin, Sp.DVE, M.Kes mengungkapkan jika hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan peci hitam memiliki efek penyembuhan spesifik terhadap gatal.
“Penjelasan populer mengapa orang merasakan perbaikan sesaat biasanya karena faktor non-spesifik seperti efek placebo, perubahan suhu atau kelembapan lokal, atau efek penutup atau oklusif sementara yang bisa menenangkan kulit sesaat. Namun secara umum klaim menyembuhkan tidak didukung data klinis,” jelasnya, Minggu (12/10).
Lebih lanjut dia mengungkapkan, mulai dari bahan hingga warna dari peci hitam tidak memiliki pengaruh terhadap kulit terutamanya bagi mereka yang tengah dalam kondisi gatal.
“Warna maupun spesifik warna hitam tidak punya khasiat penyembuhan. Tetapi pakaian berwarna gelap sering memakai pewarna sintetis yang dapat meninggalkan sisa pewarna pada serat dan dapat menyebabkan allergic contact dermatitis pada orang sensitif,” tukasnya.
Beberapa zat pewarna telah diidentifikasi sebagai bahan alergen. Sehingga, kata dr Diana, bukan warna hitam yang menyembuhkan, justru pewarna dapat menyebabkan atau memperberat dermatitis pada sebagian orang.
“Bahan atau kain misalnya sintetis, serat campuran, bahan berperekat, residu bahan pengolah tekstil juga mampu menimbulkan iritasi ataupun dermatitis kontak. Untuk kulit yang sensitif atau sudah meradang, kain kasar atau sintetis yang menahan kelembapan bisa memperburuk gatal,” paparnya.
Ia turut membeberkan beberapa jenis gatal atau penyakit kulit yang acap kali disalahpahami atau salah diidentifikasi diantaranya adalah:
-Skabies atau gatal karena tungau, sering dianggap sebagai eksim biasa apabila salah diagnosis, pengobatan tradisional atau rumahan tidak membasmi tungau dan penyebaran atau komplikasi dapat terjadi.
-Infeksi jamur atau kurap, ini kadang disalahartikan sebagai eksim dan dioles menggunakan salep yang dibeli bebas atau topikal tradisional sehingga jamur pun akan semakin menyebar.
-Dermatitis kontak alergi atau iritan, misalnya karena pewarna atau bahan pakaian, sering dianggap gatal biasa kemudian diobati cara yang tidak tepat.
-Dermatosis lain yang menimbulkan gatal.
Menurut dr Diana, terdapat risiko ketika menempelkan peci hitam ke kulit yang sedang gatal tanpa pengobatan yang tepat yaitu dapat menunda diagnosis dan pengobatan yang tepat, menyebabkan kondisi menahun, komplikasi dan penularan ke kontak dekat.
“Selain itu, terjadi perburukan karena menutup area kulit dengan peci yang meradang mengganggu fungsi barrier sehingga iritasi atau infeksi sekunder mudah terjadi. Ada juga reaksi alergi terhadap pewarna atau serat atau residu pengolahan kain menyebabkan dermatitis kontak akut atau menahun,” ujarnya.
Situasi tersebut juga dapat menyebabkan kontaminasi dimana peci yang dipakai bergantian atau tidak bersih dapat membawa jamur, bakteri, atau bahkan telur atau partikel yang memperparah kondisi kulit.
Oleh sebab itu, amat penting bagi masyarakat untuk melakukan konsultasi ke dokter kulit apabila mengalami gatal terkhususnya untuk menemukan diagnosis pasti, sehingga mendapatkan pengobatan efektif dan aman.
“Juga sebagai pencegahan komplikasi dan penularan. Diagnosis dini mampu mencegah komplikasi dan mengurangi risiko menular ke keluarga atau lingkungan,” imbuhnya.
Ia turut mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya mitos. Apabila gatal menetap, menyebar, atau disertai luka atau naik demam atau keluhan lain, dr Diana mengatakan agar segera melakukan pemeriksaan ke dokter kulit.
“Pengobatan “tempel-tempel” atau tukang obat tanpa pemeriksaan bisa menunda perbaikan dan justru merusak kulit. Jangan langsung mengoles salep tanpa diagnosis karena banyak kasus infeksi jamur atau parasit memburuk jika steroid dipakai sembarangan,” tuturnya.
Jika ada kecurigaan alergi pada pakaian atau peci, masyarakat dapat mencoba untuk menghentikan pemakaian dan bisa berganti ke kain alami bersih seperti katun sambil konsultasi dan jangan menganggap warna hitam “bersih” atau “menyembuhkan”.
“Cuci dan jaga kebersihan aksesori kepala misal peci, topi, penutup kepala agar tidak menularkan infeksi dan percayalah pada informasi yang sudah memiliki data penelitian dan bukti klinis, jangan mudah percaya pada informasi yang tidak diketahui asalnya,” pungkasnya.