
KabarMakassar.com – Isu hengkangnya Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Sulawesi Selatan, Rusdi Masse Mappasessu (RMS), terus menjadi perbincangan hangat di panggung politik Sulsel.
Kabar yang beredar pada Selasa (19/08) menyebutkan bahwa RMS segera mengundurkan diri dari NasDem dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Informasi tersebut mencuat di sejumlah grup percakapan WhatsApp serta diberitakan beberapa media. Padahal, pada awal Agustus lalu RMS masih tampil sebagai Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I NasDem di Hotel Claro Makassar, 8–10 Agustus 2025. Jika benar mundur, agenda tersebut menjadi kiprah terakhirnya sebagai pengurus inti partai.
Pihak internal NasDem segera merespons derasnya isu itu. Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) DPW NasDem Sulsel, Tobo Haeruddin, menegaskan bahwa kabar hengkangnya RMS hanyalah rumor yang berulang kali muncul.
“Lagi-lagi kabar burung itu tidak benar. Ini hanya dinamika politik biasa yang sering dimainkan, apalagi momen kemerdekaan kerap diwarnai isu-isu semacam ini,” kata Tobo.
Sementara itu, Sekretaris DPW NasDem Sulsel, Syaharuddin Alrif, juga menguatkan bantahan tersebut. Menurutnya, RMS tetap solid bersama NasDem. Bahkan, ia menyebut RMS masih intens berkomunikasi dengan Ketua Umum NasDem, Surya Paloh.
“Beliau sendiri menyampaikan tidak ada rencana keluar dari partai. Beliau makan malam dengan Ketua Umum dan masih komunikasi dengan Ketum,” ungkap Syahar.
Istri RMS, Fatmawati Rusdi, yang duduk sebagai Dewan Pertimbangan DPP NasDem, juga memberikan klarifikasi singkat. “Tidak, bapak tidak kemana-mana,” tegasnya.
Fakta yang Menguatkan Spekulasi
Meski bantahan terus dilontarkan, beberapa fakta lapangan justru memperkuat spekulasi kepindahan RMS.
Putra RMS, Muammar Gandi, diketahui menjabat sebagai Ketua DPW PSI Sulsel. Posisi strategis ini dinilai bukan sekadar kebetulan, melainkan bagian dari strategi politik keluarga RMS.
Analis Komunikasi Politik UIN Alauddin Makassar, Attock Suharto, menilai langkah tersebut sebagai ‘tes ombak’ RMS.
“Ini bukan sekadar regenerasi keluarga. RMS sedang membaca reaksi publik sekaligus menakar respon internal NasDem. Kalau PSI Sulsel berhasil, RMS bisa masuk belakangan dengan posisi tawar lebih kuat. Kalau gagal, yang bertaruh hanya nama anaknya,” ujar Attock.
Menurutnya, RMS menyadari keluar dari NasDem bukan keputusan ringan. Selama lebih dari satu dekade, jaringan loyalis RMS terbangun solid di bawah bendera NasDem.
Jika loncat terlalu cepat, belum tentu semua simpul kekuasaan ikut berpindah. “Dan kalau tidak ikut, untuk apa dia berpindah?” kata Attock.
Sinyal dari RMS
Di tengah derasnya bantahan, pernyataan RMS sendiri justru menambah bumbu kontroversi. Dalam momen Rakernas NasDem di Hotel Claro Makassar, RMS sempat menyinggung soal kepindahan ke PSI.
“Pasti mau ko tanya soal PSI toh? Iya, saya ke PSI. Daripada kau bertanya, saya kasih tahu memang mako,” ujar RMS sambil tersenyum namun dengan nada tegas.
Pernyataan ini menjadi titik balik polemik. Publik menilai RMS tengah memainkan strategi komunikasi politik setengah membantah lewat struktur partai, setengah mengakui lewat gestur personal.
Terlepas benar atau tidaknya hengkang ke PSI, isu RMS menarik perhatian politik di Sulsel. Sebab, RMS bukan hanya Ketua DPW NasDem, tetapi juga figur berpengaruh dengan basis massa besar di Sidrap dan wilayah lain. Manuvernya selalu diperhitungkan, baik oleh partai pengusung maupun lawan politik.
Jika benar bergabung dengan PSI, konstelasi politik di Sulsel bisa berubah signifikan. PSI yang selama ini dianggap partai kecil, bisa mendongkrak elektabilitas lewat figur RMS. Sementara NasDem berpotensi kehilangan salah satu mesin penggerak terkuatnya di daerah.