Kota Solok, Klikpositif – Bawaslu Kota Solok mengajak kalangan mahasiswa untuk ikut mengawal pelaksanaan pemilihan serentak nasional tahun 2024 di Kota Solok. Peran serta kampus diharapkan bisa memperkuat pengawasan dan edukasi terhadap masyarakat.
Ketua Bawaslu Kota Solok, Rafiqul Amin mengungkapkan, mahasiswa merupakan agen perubahan dan sosial kontrol bagi masyarakat. Posisi mahasiswa begitu penting untuk mengawal pemilihan yang berintegritas.
“Keikutsertaan mahasiswa dan pemuda dalam mengawal pesta demokrasi merupakan salah satu bentuk sosial kontrol. Bagaimana bersama bisa menghadirkan pesta demokrasi yang jujur dan adil sehingga lahir pemimpin yang ideal bagi daerah,” ungkap Rafiqul Amin, Sabtu (23/11/2024) saat kegiatan Bawaslu Goes to Campus.
Dalam Bawaslu Goes to Campus yang digelar di UMMY Solok itu, melibatkan seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Beras. Kemudian juga organisasi mahasiswa lintas kampus di Solok dan aliansi mahasiswa Solok yang kuliah di perguruan tinggi di Sumbar.
Rafiq menerangkan, hari ini tepat pukul 23.59 WIB, merupakan akhir masa kampanye. Artinya, tidak ada lagi aktivitas kampanye selama masa tenang. Dalam masa tenang, perlu peran semua mengawal agar terwujud kondisi yang kondusif, dan ada ruang bagi masyarakat untuk berpikir menentukan pilihan.
“Di masa tenang hingga rekapitulasi nanti, ada potensi-potensi pelanggaran yang perlu kita minimalisir bersama. Dan mengawal ini tidak cukup dengan Bawaslu saja, tapi perlu peran aktif semua pihak, termasuk mahasiswa,” tutupnya.
Rafiq menegaskan, Bawaslu tetap sesuai jalur dan memastikan netralitas, meski ada pihak menilai berbeda. Setiap laporan yang masuk ke Bawaslu ditindaklanjuti sesuai dengan aturan.
“Kami pastikan Bawaslu netral. Tentunya penanganan laporan yang kami tangani tidak memuaskan semua pihak, namun hasil itu sudah sesuai dengan aturan yang ada. Jadi tidak benar Bawaslu berpihak pada kepentingan tertentu,” tegas Rafiq.
Generasi Muda Penentu
Rektor UMMY Solok, Prof. Syahro Ali Akbar mengungkapkan, dari data, mayoritas pemilih merupakan generasi muda, termasuk dari kalangan mahasiswa di dalamnya. Artinya, generasi muda menjadi penentu dalam pesta demokrasi.
“Lebih dari 50 persen pemilih merupakan generasi muda. Suara pemuda menjadi penentu. Manfaatkan kesempatan ini untuk memilih pemimpin yang baik bagi daerah dan masyarakat Kota Solok,” papar Prof. Syahro.
Prof. Syahro menekankan, politik uang saat ini menjadi ancaman serius terhadap pesta demokrasi. Jangan sampai generasi muda lengah, kalau suara sudah dibeli, tidak akan ada lagi ruang bagi masyarakat untuk mengharapkan pemerintahan yang kuat dan bersih.
“Mahasiswa harus turun, mengawal hal ini, minimal di lingkungan masing-masing. Kehadiran mahasiswa di ruang pengawasan akan membuat orang berpikir dua kali melakukan politik uang,” paparnya.
Senada, mantan Komisioner KPU Kabupaten Solok, Dr. Yusrial menyampaikan, tugas pengawasan tidak cukup hanya dilakukan oleh Bawaslu Kota Solok. Secara kuantitas, jumlah SDM Bawaslu sangat jauh dari masyarakat pemilih Kota Solok.
“Bisa kita bayangkan, jumlah daftar pemilih tetap Kota Solok sebanyak 58.076 jiwa. Tidak sebanding dengan jumlah personel Bawaslu hingga ke PTPS. Artinya, ruang rentan ini harus diisi oleh masyarakat, termasuk mahasiswa,” paparnya.
Menurutnya, sebagai agen perubahan, mahasiswa harus berperan dalam menentukan arah pembangunan daerah, dimulai dari pesta demokrasi. Bantu ubah kecendrungan politik uang menjadi politik yang bersih.
“Mari kita bersihkan stigma yang muncul, ada uang ada suara. Bersama kita bangun demokrasi yang berkualitas, jadilah pemilih cerdas agar terpilih pemimpin terbaik bagi daerah ini. Satu suara menentukan arah Kota Solok lima tahun mendatang,” tutupnya.