Ketua DPD II Golkar Makassar Munafri Arifuddin, (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Luhur Prianto, menilai proses penentuan figur Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak boleh lagi bersifat sentralistik seperti tradisi lama.
Katanya, dari sejumlah nama yang muncul menuju Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel seperti, petahana Taufan Pawe (TP), Andi Ina Kartika Sari, Adnan Purichta Ichsan (Adnan), Ilham Arief Sirajuddin (IAS), hingga Indah Putri Indriani, dari figur tersebut menurutnya, salah satu nama yang berpotensi adalah Munafri Arifuddin atau Appi.
Andi Luhur menekankan bahwa Golkar harus membuka ruang lebih besar bagi aspirasi daerah, bukan sekadar mengikuti diskresi elite pusat.
Ia menyebut pengalaman panjang Golkar yang cenderung bergantung pada keputusan ketua umum (Ketum) harus menjadi evaluasi menuju pola kepemimpinan yang lebih inklusif.
“Pengambilan keputusan memang punya diskresi, tapi aspirasi daerah harus dibawa dan diperhatikan. Golkar perlu kembali mengakar, kembali dekat dengan rakyat, termasuk dengan melihat arah kepemimpinan yang diinginkan struktur bawah,” ujarnya, Rabu (19/11).
Tradisi kekuasaan yang melekat pada Golkar membuat figur-figur dekat struktur kekuasaan biasanya lebih diuntungkan.
Di Sulsel, Andi Luhur menyebut terdapat dua nama yang bergerak aktif dan memiliki modal cukup untuk dilirik DPP, Munafri Arifuddin (Appi) dan Adnan Purichta Ichsan. Keduanya disebut memiliki jaringan dan konsolidasi yang mulai menguat di tingkat DPD II.
“Keduanya harus diperhatikan oleh DPP. Pergerakannya terlihat, konsolidasinya berjalan. Dalam tradisi Golkar, mereka yang memiliki dukungan struktur dan pengalaman biasanya punya peluang lebih besar,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penentuan ketua Golkar Sulsel tidak hanya ditentukan oleh hitungan elektoral DPP atau preferensi tokoh-tokoh senior partai. Faktor dukungan akar rumput, konsolidasi daerah, hingga kesiapan menghadapi persaingan politik masa depan juga harus masuk pertimbangan.
“Elite DPP pasti memberi pengaruh, memberi kalkulasi. Tapi apakah ketua umum hanya mempertimbangkan variabel elite? Aspirasi dari bawah juga harus menjadi pertimbangan,” katanya.
Andi Luhur menilai Golkar tidak bisa lagi terpaku pada kondisi sekarang atau nostalgia kesuksesan masa lalu. Peta politik ke depan akan berubah dengan kemunculan partai-partai baru, tokoh baru, dan kekuatan baru.
“Kepemimpinan Golkar harus melihat agenda masa depan, bukan hanya posisi hari ini. Persaingan akan makin ketat. Golkar harus bicara bagaimana merebut kembali basis yang selama ini diambil partai lain,” tegasnya.
Ia kemudian menegaskan bahwa siapapun calon ketua yang telah membangun konsolidasi dengan DPD II, termasuk Appi yang disebut sebagai salah satu figur potensial, pantas mendapatkan pertimbangan serius dari DPP.
“Ini momentum bagi Golkar membangun tradisi politik yang berbeda. Harus lebih memperhatikan aspirasi daerah dan konsolidasi nyata di lapangan,” pungkasnya.


















































