Golkar Sulsel Dinilai Terlalu Pragmatis Jelang Musda, Pengamat Minta Lihat Track Record Calon Ketua

3 days ago 11
Golkar Sulsel Dinilai Terlalu Pragmatis Jelang Musda, Pengamat Minta Lihat Track Record Calon KetuaBendera Golkar. Dok. Ist

KabarMakassar.com — Menjelang Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel), dinamika pemilihan calon ketua terus menjadi sorotan publik.

Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Luhur Prianto, menilai Golkar masih menunjukkan pola pragmatis dalam menentukan arah kepemimpinan, sehingga perhatian terhadap aspirasi akar rumput kerap terabaikan.

Menurut Andi Luhur, pola sentralistik dalam pengambilan keputusan telah menjadi ciri lama Golkar dan masih terlihat hingga kini.

“Pengambilan keputusan itu bersifat sentralistik dan punya diskresi. Tapi aspirasi harus dibawa, mesti diperhatikan. Ketua umum yang baru harus berbeda dengan sebelumnya,” ujarnya, Rabu (19/11).

Ia menegaskan Golkar harus kembali mengakar kepada masyarakat, bukan sekadar memainkan politik di tingkat elit.

“Golkar yang tidak politis adalah Golkar yang memperhatikan aspirasi bawah, terutama isu-isu desa dan kelompok yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” katanya.

Ketika ditanya soal figur calon ketua, Andi Luhur menilai Golkar cenderung pragmatis dalam menimbang kandidat. Track record pemimpin tetap dipertimbangkan, namun bukan satu-satunya faktor utama.

“Basis kepemimpinan dan pengalaman itu penting, tapi bukan faktor tunggal. Ada variabel lain yang harus dilihat,” jelasnya.

Ia menilai, Golkar harus mempertanyakan kembali orientasi kepemimpinan, apakah ingin kembali dekat dengan rakyat atau tetap mempertahankan pola lama yang sarat privilege elit.

“Kita lihat apakah calon seperti Pak Adil ini sama saja dengan ketua-ketua umum sebelumnya atau membawa arah baru. Pilihan itu kembali ke Golkar,” tambahnya.

Andi Luhur juga menyoroti adanya figur-figur potensial di Sulawesi Selatan yang mulai bergerak, di antaranya Ketua DPD II Golkar Makassar Munafri Arifuddin alias Appi dan Bendahara DPD I Golkar Sulsel Andi Ina Kartika Sari.

“Golkar punya tradisi kekaryaan yang sangat tua. Ketua yang sedang memegang kekuasaan biasanya punya privilege lebih besar. Namun kita harus lihat siapa di antara dua figur ini yang bergerak lebih aktif. Itu yang seharusnya diperhatikan DPP,” ujarnya.

Selain itu, ia menilai elit DPP juga memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah dukungan bagi calon ketua. Namun ia mengingatkan agar suara akar rumput terutama yang dibangun lewat konsolidasi DPD II tidak diabaikan.

“Tentu elit DPP memberi pengaruh, tapi apakah ketua umum hanya melihat variabel elit? Apakah aspirasi dari bawah tidak menjadi pertimbangan?” katanya.

Andi Luhur menekankan perlunya perubahan tradisi di Golkar. Menurutnya, selama ini Golkar terlalu mengandalkan diskresi tanpa membuka ruang partisipasi lebih luas.

“Golkar harus membangun tradisi politik yang berbeda. Siapapun calon yang sudah membangun konsolidasi dengan DPD-DPD II, itu penting diperhatikan dalam arah dukungan DPP,” terangnya.

Lebih jauh, ia menilai pemilihan ketua Golkar harus mempertimbangkan kondisi persaingan politik yang terus berubah.

“Penentuan kepemimpinan di Golkar sebaiknya mempertimbangkan agenda masa depan, bukan posisi sekarang. Akan ada partai-partai baru, tokoh politik baru, dan kekuatan baru. Golkar harus melihat ke depan, bukan masa lalu,” tegasnya.

Ia kemudian mendorongan agar Golkar segera menentukan figur yang mampu mengembalikan daya saing partai.

“Saya harap Golkar bicara bagaimana memenangkan persaingan ke depan, terutama merebut kembali basis yang selama ini berpindah ke partai lain. Itu yang harus dipikirkan,” tutupnya.

Diketahui, Sejumlah nama kandidat ketua bermunculan, mulai dari petahana Taufan Pawe (TP), Munafri Arifuddin (Appi), Andi Ina Kartika Sari, Adnan Purichta Ichsan (Adnan), Ilham Arief Sirajuddin (IAS), hingga Indah Putri Indriani

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news