Hoarding Disorder: Gangguan Menimbun yang Sering Tak Disadari dan Bisa Membahayakan

3 weeks ago 13

KabarMakassar.com — Hoarding disorder atau gangguan menimbun merupakan kondisi di mana seseorang memiliki kecenderungan kuat untuk menyimpan berbagai jenis barang, bahkan yang sudah tidak berguna.

Penderitanya mempercayai bahwa barang-barang tersebut akan bermanfaat di masa depan, memiliki nilai sentimental, atau membuat mereka merasa lebih aman.

Orang dengan hoarding disorder acap kali sulit membuang barang-barang miliknya, tidak peduli seberapa rusak atau tidak terpakainya benda tersebut.

Perasaan sayang, khawatir, atau takut kehilangan kenangan kerap kali menjadi alasan utama mereka menyimpan barang tersebut.

Jenis barang yang biasanya ditimbun amat beragam. Beberapa contohnya ialah tumpukan koran atau majalah lama, pakaian yang sudah usang, hingga perlengkapan rumah tangga yang sudah rusak.

Barang-barang tersebut dibiarkan menumpuk tanpa pernah digunakan kembali.

Akibat dari perilaku menimbun ini, ruang di dalam rumah penderita umumnya menjadi sangat sempit.

Barang-barang yang tidak tertata dengan baik bisa memenuhi hampir seluruh bagian rumah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan bisa membahayakan keselamatan.

Dalam banyak kasus, penderita tidak menyadari jika perilaku mereka merupakan bagian dari gangguan psikologis.

Mereka cenderung menganggap kebiasaan menyimpan barang tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan tidak bermasalah, sehingga tidak merasa perlu mencari bantuan.

Padahal, perilaku ini dapat berkembang menjadi masalah serius apabila tidak ditangani.

Selain menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sosial serta kesehatan, hoarding disorder juga dapat memicu konflik dalam keluarga atau dengan orang-orang di sekitarnya.

Gangguan ini sering kali berkaitan dengan kondisi kejiwaan lainnya, misalnya gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCD).

Meski tidak semua penderita OCD mengalami hoarding, akan tetapi hoarding disorder kerap ditemukan pada individu dengan kecenderungan obsesif terhadap keteraturan atau kekhawatiran berlebih.

Penanganan hoarding disorder biasanya memerlukan pendekatan psikologis dan terapi perilaku kognitif.

Karena banyak penderita sulit menyadari masalah tersebut, dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mendorong mereka mencari bantuan profesional.

Gejala hoarding disorder

Dilansir dari Alodokter, mencari serta menyimpan barang dalam jumlah yang berlebihan merupakan salah satu gejala awal dari hoarding disorder.

Penderita gangguan ini umumnya menunjukkan berbagai tanda, diantara yaitu, sulit membuang barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan, merasa cemas atau gelisah saat harus membuang barang, serta kesulitan dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan memilah atau menyingkirkan barang.

Selain itu, mereka juga cenderung mencari serta mengambil benda dari luar rumah untuk ditimbun, juga merasa tertekan jika barang miliknya disentuh oleh orang lain.

Akibat dari perilaku itu, penderita sering menyimpan barang sampai memenuhi dan mengganggu fungsi ruangan di rumah, misalnya dapur, kamar tidur, atau ruang tamu.

Mereka juga melarang orang lain untuk membersihkan rumah, karena merasa terganggu atau bahkan terancam jika ada yang merapikan barang-barangnya.

Dalam jangka panjang, perilaku ini mampu menyebabkan penderita menjauhkan diri dari keluarga dan teman, baik karena rasa malu atau keinginan menjaga privasi berlebihan.

Menariknya, hoarding disorder bukan hanya terbatas pada penimbunan barang. Beberapa penderitanya juga menunjukkan kecenderungan untuk mengumpulkan hewan liar bahkan terlantar, akan tetapi tidak mampu merawatnya dengan baik.

Hal ini bisa menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak sehat serta menambah beban emosional maupun fisik bagi penderita.

Diagnosis hoarding disorder

Dalam mendiagnosis hoarding disorder, dokter akan memulai dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, termasuk kebiasaan dalam memperoleh dan menyimpan barang.

Informasi tambahan turut dikumpulkan dari orang-orang terdekat pasien, seperti keluarga atau teman, untuk memahami kondisi pasien serta situasi di dalam rumahnya secara lebih objektif.

Setelah itu, dokter akan menggunakan panduan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) sebagai dasar diagnosis.

Beberapa kriteria utama yang menunjukkan adanya hoarding disorder yakni:

-Kesulitan yang menetap untuk membuang barang-barang yang sudah tidak digunakan.

-Dorongan kuat untuk terus menyimpan atau bahkan menimbun berbagai benda, serta kondisi tempat tinggal yang penuh sesak hingga membahayakan keselamatan dan kesehatan.

Selain itu, kebiasaan ini sering berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar, hubungan sosial, dan kehidupan kerja penderita.

Diagnosis hanya bisa ditegakkan apabila perilaku menimbun ini tidak disebabkan oleh gangguan medis lain, misalnya cedera otak atau sindrom Prader-Willi.

Pengobatan hoarding disorder

Psikoterapi

Dalam terapi perilaku kognitif, pasien akan dibimbing oleh tenaga profesional dalam mengendalikan dorongan menyimpan barang secara berlebihan serta belajar melepaskan barang-barang yang tidak diperlukan.

Pendekatan ini juga mampu melibatkan anggota keluarga atau individu yang tinggal bersama pasien untuk memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pemulihan.

Obat-obatan

Apabila pasien mengalami gangguan mental lain seperti depresi atau gangguan kecemasan, dokter bisa memberikan resep obat untuk membantu mengelola kondisi tersebut.

Jenis obat yang umum digunakan ialah antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor, yang mampu membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi gejala kecemasan yang terkait dengan hoarding disorder.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news