KabarMakassar.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan mencatat inflasi Sulsel year on year (y-on-y) pada Agustus 2025 sebesar 3,12 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat dari 105,61 pada Agustus 2024 menjadi 108,91 pada Agustus 2025.
Kota Parepare menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi di Sulawesi Selatan, yakni mencapai 4,46 persen dengan IHK 110,85. Sementara itu, inflasi terendah tercatat di Kota Palopo sebesar 2,75 persen dengan IHK 108,69.
BPS Sulsel merinci, inflasi tahunan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok pengeluaran.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan paling signifikan sebesar 5,72 persen. Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya melonjak 9,81 persen, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 2,96 persen.
Kelompok lainnya juga turut memberi sumbangan inflasi, antara lain pakaian dan alas kaki 1,41 persen, kesehatan 2,13 persen, pendidikan 1,94 persen, rekreasi dan budaya 1,42 persen, serta transportasi 0,41 persen. Adapun kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga hanya naik 0,73 persen.
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mencatat deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan penurunan indeks 0,51 persen. Kelompok ini tertekan terutama oleh turunnya harga peralatan informasi dan komunikasi sebesar 2,82 persen.
Komoditas utama yang mendorong inflasi tahunan di Sulawesi Selatan antara lain emas perhiasan dengan andil 0,6 persen, beras 0,39 persen, tomat 0,25 persen, bawang merah 0,18 persen, serta ikan bandeng 0,17 persen.
Komoditas lainnya yang juga memberi kontribusi positif adalah ikan cakalang, ikan layang, minyak goreng, rokok kretek mesin, hingga kopi bubuk.
Sementara itu, secara month to month (m-to-m), BPS Provinsi Sulawesi Selatan mencatat pada bulan Agustus 2025 terjadi inflasi sebesar 0,04 persen.
”Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,87 pada Juli 2025 menjadi 108,91 pada Agustus 2025”, jelas Aryanto, Senin (08/09).
Kondisi ini sama halnya dengan kondisi pada bulan Agustus 2024, di mana juga terjadi inflasi sebesar 0,61 persen. Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 3,12 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 2,49 persen.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,21 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mengalami inflasi sebesar 0,13 persen memberikan andil inflasi 0,01 persen. Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran mengalami inflasi 0,07 persen dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen.
Adapun komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi secara m-to-m di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2025, antara lain beras sebesar 0,06 persen, ikan layang/ikan benggol sebesar 0,05 persen, ikan cakalang/ikan sisik sebesar 0,05 persen, bawang merah sebesar 0,04 persen, ikan bandeng/ikan bolu sebesar 0,03 persen dan asam sebesar 0,02 persen.
Kemudian tarif kendaraan roda 2 online sebesar 0,02 persen, ikan teri sebesar 0,01 persen, daging ayam ras sebesar 0,01 persen, udang basah sebesar 0,01 persen, emas perhiasan sebesar 0,01 persen, tarif kendaraan roda 4 online sebesar 0,01 persen, dan telur ayam ras sebesar 0,01 persen.
Menurut wilayah, dari 8 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang menjadi daerah pantauan, secara bulanan ada tiga kabupaten/kota yang mengalami inflasi dan lima lainnya mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Luwu Timur sebesar 0,70 persen dan deflasi terdalam terjadi di Watampone sebesar -0,22 persen,” pungkas Aryanto.