Kasus HIV di Sulsel Didominasi LSL, Dinkes Ungkap Tantangan Deteksi

3 hours ago 2
Kasus HIV di Sulsel Didominasi LSL, Dinkes Ungkap Tantangan DeteksiTangkapan Layar Cangkupan Kasus HIV Berdasarkan Faktor Resiko di Sulsel, (Dok: Ist).

KabarMakassar.com – Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Sulawesi Selatan terus menunjukkan tren mengkhawatirkan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel mencatat sebanyak 1.431 kasus baru sepanjang Januari hingga Agustus 2025. Dari jumlah itu, Makassar menempati posisi tertinggi dengan 563 kasus, disusul Gowa (119 kasus) dan Palopo (79 kasus).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel, Muhammad Yusri Yunus, mengungkapkan tingginya kasus di Makassar tak lepas dari jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang tinggi.

“Dimana populasi tinggi, maka angka penularan juga akan tinggi,” jelasnya saat ditemui di Hotel Vasaka, Jalan A. Pettarani, Senin (22/09).

Dari sisi faktor risiko, kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) menjadi penyumbang terbesar dengan 572 kasus sepanjang delapan bulan terakhir.

Angka ini jauh di atas faktor risiko lainnya, seperti penderita tuberkulosis (162), pelanggan pekerja seks (59), ibu hamil (54), pasangan orang dengan HIV (52), waria (42), serta pekerja seks perempuan (22).

Menurut Yusri, tingginya kasus pada kelompok LSL menghadirkan tantangan tersendiri. “Deteksi verbal sulit dilakukan, sehingga butuh advokasi yang kuat, baik secara individual, keluarga, maupun kelompok,” ujarnya.

Data Dinkes Sulsel juga menunjukkan bahwa 74 persen pengidap HIV adalah laki-laki, sementara 26 persen perempuan. Jika dilihat berdasarkan usia, 51 persen berasal dari kelompok produktif 25–49 tahun, 37 persen dari usia 15–24 tahun, 7 persen anak di bawah 15 tahun, dan 5 persen di atas 50 tahun.

“Ini tantangan berat bagi kita semua karena mayoritas penderita ada di usia produktif, yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga dan pembangunan,” tambah Yusri.

Meski angka kasus meningkat, Yusri menegaskan layanan kesehatan di Sulsel terus diperkuat, khususnya melalui program screening. Hampir seluruh puskesmas kini memiliki tenaga kesehatan yang sudah dilatih untuk melakukan deteksi dini HIV.

“Pergerakan mereka membuktikan screening berjalan baik, karena temuan kasus kita cukup tinggi. Ini bentuk apresiasi kepada tenaga kesehatan yang sudah bekerja masif,” ujarnya.

Selain itu, Dinkes Sulsel memastikan stok obat Antiretroviral (ARV) tersedia aman. Obat ini tetap diberikan secara gratis bagi seluruh orang dengan HIV (ODHIV) di layanan kesehatan.

Yusri menekankan bahwa HIV tidak bisa ditangani hanya oleh sektor kesehatan. Diperlukan sinergi lintas sektor, termasuk dukungan komunitas, organisasi masyarakat, hingga media.

“Kami bekerja sama dengan komunitas yang fokus pada isu HIV, sehingga screening di populasi kunci bisa berjalan lebih optimal. Tapi kita juga butuh dukungan media massa, media sosial, untuk sosialisasi yang lebih luas,” Pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news