Kasus Keracunan Makanan MBG Melonjak, IDAI Beri Panduan Pertolongan Pertama

1 month ago 30
Kasus Keracunan Makanan MBG Melonjak, IDAI Beri Panduan Pertolongan PertamaKasus Keracunan Makanan Berbasis Gizi (MBG), (Dok: Ist).

KabarMakassar.com – Kasus keracunan makanan kembali menjadi sorotan publik setelah Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sebanyak 4.711 kasus keracunan makanan berbasis gizi (MBG) sejak Januari hingga 22 September 2025.

Dari jumlah tersebut, mayoritas terjadi di Pulau Jawa, namun fenomena ini juga menyebar ke berbagai daerah lain.

Situasi ini menimbulkan keprihatinan, terlebih karena banyak kasus menimpa anak-anak. Faktor penyebab beragam, mulai dari konsumsi makanan tidak higienis hingga kesalahan dalam cara penyimpanan.

Anak yang terpapar biasanya menunjukkan gejala khas seperti mual, muntah, diare, hingga buang air besar berdarah.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, SpA, Subs ETIA(K), menekankan pentingnya langkah cepat namun tepat dari orangtua saat menghadapi kondisi ini.

Menurut Yogi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan waktu istirahat. “Anak yang mengalami keracunan harus diistirahatkan. Jangan beraktivitas dulu agar tubuhnya punya kesempatan untuk recovery atau perbaikan,” jelas Yogi, Jumat (26/09).

Istirahat bukan hanya memberi waktu tubuh untuk memperbaiki diri, tetapi juga memungkinkan orangtua memantau perkembangan apakah gejala mereda atau justru memburuk.

Dehidrasi merupakan risiko paling serius yang mengancam anak ketika mengalami muntah atau diare. Karena itu, menjaga asupan cairan adalah prioritas utama.

“Walaupun muntah-muntah, tetap harus didorong untuk minum. Bisa sedikit-sedikit tapi sering. Bisa dengan air putih atau oralit,” terang Yogi.

Pemberian cairan ini berfungsi mengganti cairan dan elektrolit yang hilang agar tubuh anak tetap stabil.

Jika gejala muntah dan diare mulai reda, orangtua dianjurkan memberikan makanan yang lembut dan mudah dicerna.

“Bubur, pisang, atau roti bisa jadi pilihan. Jangan makanan pedas atau yang merangsang asam lambung. Susu atau makanan berkafein juga sebaiknya dihindari,” kata Yogi.

Kesalahan umum orangtua, kata Yogi, adalah langsung memberikan obat antidiare. Tindakan ini justru berbahaya karena bisa membuat racun atau bakteri terjebak di dalam tubuh.

“Tidak disarankan memberikan obat yang menyetop diare tanpa rekomendasi dokter. Biarkan tubuh mengeluarkan toksin terlebih dahulu,” tegasnya.

Yogi menekankan bahwa ada beberapa gejala yang harus menjadi alarm bagi orangtua untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan, di antaranya, muntah berulang hingga anak tidak bisa menelan makanan/minuman, diare berdarah.

Juga ada tanda dehidrasi, yang terlihat dari mulut kering, haus berlebihan, pusing, jarang buang air kecil dengan urin pekat, tubuh lemas, selain itu demam di atas 38°C yang tak kunjung turun dan diare lebih dari tiga hari meski tidak terlalu sering.

“Jika tanda-tanda itu muncul, jangan menunda. Segera bawa anak ke dokter,” pesan Yogi.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news