Korban Kerusuhan Tallo Ungkap Rasa Trauma Berulang, Sebut Ada Susulan

2 days ago 13
Korban Kerusuhan Tallo Ungkap Rasa Trauma Berulang, Sebut Ada SusulanWarga RW5 RT2 Kelurahan Lembo, Ati (Dok: Sinta KabarMakassar)

KabarMakassar.com — Trauma berkepanjangan kembali menghantui warga Kecamatan Tallo setelah rangkaian bentrok antarwarga kembali pecah dan memicu kerusuhan besar di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Beroangin, Panamppu.

Sebanyak 13 rumah hangus terbakar dalam insiden yang terjadi akhir pekan lalu, sementara warga menyebut situasi belum benar-benar mereda meski polisi telah menangkap terduga pemicu bentrokan.

Ketegangan yang terus mencuat di Tallo bukanlah peristiwa baru. Konflik antarwarga di wilayah ini tercatat telah berulang sejak 1989 dan diduga dipicu dendam lama yang tidak pernah diselesaikan secara serius. Siklus aksi balas dendam tersebut disebut semakin memperburuk kondisi psikologis warga yang tinggal di titik-titik rawan.

Warga RW5 RT2 Kelurahan Lembo, Ati turut menjadi saksi mata sekaligus korban dalam rangkaian kekerasan terbaru. Di tengah proses pemulihan yang belum tuntas, ia memaparkan betapa besar rasa cemas dan trauma yang kini dialami masyarakat.

“Jangan kita berpikir untuk pribadi kita, kita berpikir untuk warga. Jangan jadi RT kalau tidak berpikir untuk warganya,” tegasnya, Kamis (20/11).

Ia menyampaikan bahwa warga sudah menemukan sejumlah barang bukti berbahaya, mulai dari bom Molotov, busur panah, hingga narkoba jenis sabu. Namun, barang-barang tersebut tidak segera diamankan aparat meski warga telah melapor.

“Sudah dari tadi pagi disuruh ambil, tapi sampai sekarang belum ada yang ambil,” ujarnya.

Sehari setelah kebakaran besar 18 November 2025, aksi susulan sempat terjadi. Menurut Ati, situasi bisa menjadi lebih buruk apabila seorang anggota TNI yang berjaga tidak berhasil mengamankan seorang warga yang kedapatan membawa bom Molotov. Meski begitu, keberadaan barang bukti yang masih tertinggal di lokasi membuat ketakutan warga semakin menjadi-jadi.

“Saya kasihan teman-teman saya, masyarakat RW5 itu sudah trauma sekali. Tidak ada yang berani masuk ke rumahnya karena takut ada pembakaran lagi,” katanya.

Ia menegaskan bahwa ancaman masih nyata dan warga tidak berani beraktivitas seperti biasa. Ati menyoroti ketidakhadiran tindakan cepat yang dirasa menjadi salah satu penyebab kekhawatiran warga terus berkembang.

“Kalau salah, ya salah. Jangan bilang ada uang keluar,” ucapnya, menyinggung adanya dugaan permainan di balik penanganan kasus.

Tak hanya itu, ia menyebut berbagai pertemuan lintas pemerintah yang digelar sejauh ini belum menunjukkan hasil konkret bagi masyarakat. Menurutnya, tanpa langkah nyata, rapat koordinasi hanya menjadi seremoni semata.

“Kalau tidak ditindaklanjuti dengan tegas, itu hanya buang-buang energi dan anggaran,” tegasnya.

Ati bahkan mempertanyakan dari mana para pelaku mendapatkan senjata api dan bahan peledak yang ditemukan warga. Ia menilai mustahil seseorang dengan latar belakang buruh harian mampu membeli senjata tanpa ada dukungan pihak tertentu.

“Kalau buruh harian, gajinya berapa? Bisa tidak beli senjata api? Kalau tidak ada yang membekingi, tidak mungkin, uangnya sudah habis untuk makan dibandingkan beli bom itu semua,” ujarnya.

Warga kini berharap aparat keamanan benar-benar menjalankan penindakan hingga ke akar permasalahan, bukan sekadar meredam situasi sesaat. Selama konflik yang mengakar ini tidak dituntaskan, warga yakin rasa takut dan trauma yang mereka alami hanya akan terus berulang mengikuti pola kekerasan yang tak kunjung berhenti.

“Apalagi ada info yang beredar kalau ada susulan perang kelompok, ini masyarakat tambah takut,” Pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news