Kantor BPBD Kota Makassar. Dok. NursintaKabarMakassar.com — Kota Makassar segera memiliki sistem peringatan dini (early warning system/EWS) banjir yang akan dipasang di tiga titik sungai utama yang bermuara ke Sungai Tallo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Muhammad Fadli, mengonfirmasi peluncuran sistem ini akan dilakukan pada 8 November 2025, dan akan dihadiri langsung oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin.
Fadli menyebut, tiga sistem peringatan dini tersebut akan ditempatkan di Sungai Kajenjeng, Sungai Biring Jenne, dan satu titik lainnya di kawasan Tamalanrea, yang semuanya bermuara ke Sungai Tallo. Ketiga wilayah ini dipilih karena termasuk kawasan yang kerap terdampak banjir saat curah hujan tinggi.
“Insya Allah Pak Wali akan hadir dalam peluncurannya. Kita sekaligus akan lakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar yang berada di wilayah rawan banjir, insyaallah di tanggal 8 bulan depan,” kata Fadli saat ditemui di kantor BPBD Makassar, Rabu (29/10).
Menurutnya, sistem peringatan dini ini merupakan terobosan baru dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana di Makassar. Alat tersebut berfungsi sebagai alarm otomatis yang terkoneksi langsung ke sistem komputer di kantor BPBD. Ketika debit air sungai meningkat di atas ambang batas normal, alarm akan berbunyi sebagai tanda bahaya, memberi waktu bagi petugas dan warga untuk segera melakukan langkah mitigasi.
“Fungsinya untuk memastikan kesiapsiagaan kita lebih cepat. Begitu ada potensi banjir, sistem langsung memberi sinyal. Dengan begitu, kita bisa segera bergerak mengevakuasi warga atau melakukan langkah penanganan awal,” jelasnya.
Fadli menegaskan, semakin cepat deteksi dini diperoleh, semakin kecil pula risiko kerugian material maupun korban jiwa yang ditimbulkan akibat banjir. Ia menyebut EWS ini menjadi langkah penting menuju penguatan tata kelola kebencanaan berbasis teknologi di Kota Makassar.
“Bencana itu pasti datang, tapi kita tidak pernah tahu kapan waktunya. Karena itu, kesiapsiagaan menjadi kunci. Semakin cepat kita tahu tanda-tandanya, semakin cepat pula kita bisa bertindak,” ujarnya.
Selain pemasangan alat, BPBD Makassar juga akan menggelar sosialisasi langsung ke masyarakat di wilayah terdampak, termasuk pelatihan dasar menghadapi banjir. Fadli menyebut pendekatan edukatif ini penting agar masyarakat tidak hanya bergantung pada alat, tetapi juga memahami langkah penyelamatan diri saat bencana terjadi.
“Kami tidak hanya pasang alat, tapi juga mendidik warga agar tahu apa yang harus dilakukan saat alarm berbunyi. Edukasi ini menyasar semua kalangan, termasuk anak-anak, agar mereka terbiasa dengan langkah-langkah evakuasi yang aman,” katanya.
Fadli juga menyampaikan bahwa Wali Kota Makassar telah memberikan apresiasi atas inovasi ini dan berkomitmen mendukung perluasan sistem peringatan dini ke lebih banyak titik sungai di masa mendatang.
“Pak Wali sangat mendukung dan berjanji akan hadir pada hari peluncuran nanti. Ini langkah baru bagi kita dalam menghadirkan layanan kebencanaan yang lebih dekat dengan masyarakat,” tambahnya.
Dalam jangka panjang, BPBD Makassar berencana mengintegrasikan sistem peringatan dini ini dengan pusat data cuaca dan sensor debit air real time, bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS-PJ).
“Ini baru awal. Kami ingin ke depan sistem ini bisa terkoneksi langsung dengan data BMKG dan instansi teknis lain. Jadi informasi bencana bisa diterima cepat dan akurat,” tutur Fadli.
Peluncuran EWS banjir pada 8 November mendatang menandai babak baru kesiapsiagaan kebencanaan di Makassar. Pemerintah berharap kehadiran teknologi ini dapat memperkuat sistem mitigasi bencana perkotaan dan menjadi model penanganan dini yang efektif bagi daerah lain di Sulawesi Selatan.
“Intinya, kami ingin masyarakat Makassar lebih siap. Karena kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama,” tutup Fadli.


















































