Focus Group Discussion Dinas Pariwisata Kota Makassar (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar menegaskan komitmennya memperkuat arah pembangunan ekonomi kreatif sebagai pilar baru pertumbuhan daerah.
Melalui Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Sinkronisasi Program dan Kegiatan Makassar Creative Hub (MCH) Tahun 2026’ yang digelar di Ballroom Makassar Government Centre, Kamis (06/11).
berbagai pemangku kepentingan lintas sektor sepakat mempercepat pembentukan ekosistem kreatif yang berkelanjutan di Kota Makassar.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala Bappeda Kota Makassar, Dahyal, yang menekankan bahwa penguatan kolaborasi antar-Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menjadi kunci utama dalam memastikan keberlanjutan pembangunan sektor ekonomi kreatif.
Menurutnya, visi pembangunan ekonomi kreatif tidak dapat dijalankan oleh satu instansi semata, tetapi harus menjadi gerakan bersama yang menghubungkan ide, industri, dan masyarakat.
“Ekonomi kreatif bukan sekadar sektor pendukung, tapi masa depan ekonomi perkotaan. Kita perlu membangun pola kerja yang kolaboratif agar Makassar Creative Hub menjadi wadah inovasi yang hidup dan produktif,” ujar Dahyal.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Makassar, A. Hendra Hakamuddin, tampil sebagai narasumber utama. Ia menegaskan bahwa pengembangan Makassar Creative Hub (MCH) merupakan bagian integral dari pelaksanaan visi Makassar Unggul, Inklusif, Aman, dan Berkelanjutan yang dicanangkan Pemerintah Kota Makassar.
“Berbicara ekonomi kreatif berarti berbicara tentang 17 subsektor yang semuanya memiliki potensi besar membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Hendra.
Hendra menjelaskan bahwa MCH bukan hanya sekadar proyek fisik, tetapi gerakan kolaboratif untuk menumbuhkan semangat inovasi di masyarakat. Ia menyebut, pembangunan ekonomi kreatif harus berbasis pada siklus berkelanjutan yang menghubungkan ide, pelatihan, produksi, hingga komersialisasi.
“Kami ingin MCH menjadi ruang terbuka yang membentuk ekosistem kreatif yang fleksibel, dinamis, dan berkelanjutan. Di sinilah peran pemerintah sebagai fasilitator, bukan hanya regulator,” tegasnya.
Lebih jauh, Hendra menilai bahwa masyarakat Makassar memiliki potensi luar biasa dalam sektor kreatif seperti kuliner, fashion, kriya, desain, hingga teknologi digital. Namun, potensi tersebut sering kali belum terhubung dengan sistem pendukung yang kuat.
“Melalui MCH, kami ingin menjembatani ide-ide kreatif agar bisa diwujudkan menjadi karya nyata yang bernilai ekonomi. Ini adalah cara kami membangun kota yang tidak hanya kreatif, tapi juga produktif dan inklusif,” tambahnya.
FGD ini juga menghadirkan narasumber lain, Mohammed Sabeq dan Yulianti Tanyadji, yang memberikan pandangan strategis mengenai pentingnya membangun kolaborasi lintas sektor dan lintas komunitas. Keduanya menilai bahwa kota yang mampu mengelola kreativitas masyarakatnya akan memiliki ketahanan ekonomi yang kuat, terutama di tengah perubahan tren dan digitalisasi yang cepat.
Forum tersebut menjadi langkah awal untuk menyusun peta jalan (roadmap) pengembangan Makassar Creative Hub tahun 2026, termasuk sinkronisasi program antar-OPD, dukungan pembiayaan, serta penguatan pelatihan dan inkubasi bisnis kreatif.
Pemerintah Kota Makassar berharap, MCH dapat menjadi wadah konsolidasi ide dan talenta lokal, sekaligus pusat penggerak ekonomi kreatif yang memperkuat karakter kota sebagai Kota Dunia yang Inklusif dan Inovatif.
“Makassar sudah saatnya tidak hanya menjadi tempat konsumsi budaya, tetapi juga produsen kreativitas. Melalui MCH, kita ingin menjadikan kreativitas sebagai bagian dari identitas ekonomi Makassar,” pungkas Hendra


















































