KabarMakassar.com – Pemerintah Kota Makassar terus memperkuat komitmennya dalam membangun sistem ketahanan pangan yang adaptif dan berkelanjutan.
Salah satu langkah konkret yang ditempuh yakni menjalin penjajakan kerja sama dengan Food Station Tjipinang Jaya, perusahaan daerah milik Pemprov DKI Jakarta yang telah sukses menjadi pionir dalam pengelolaan distribusi pangan nasional.
Kunjungan kerja tersebut dipimpin langsung oleh Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Kamis (31/07), dan didampingi jajaran strategis lintas organisasi perangkat daerah (OPD) dan BUMD.
Kegiatan ini merupakan bagian dari proses studi dan penyusunan blueprint pendirian dua entitas baru milik daerah, yakni Perseroda Pangan dan Perseroda Infrastruktur.
Rombongan Pemkot Makassar disambut oleh Direktur Utama Food Station, Karyawan Gunarso, bersama jajaran direksi, termasuk Julius Sutjiadi (Direktur Keuangan dan Umum) dan Ronny Lisapaly (Direktur Operasional dan Bisnis).
Sementara dari pihak Pemkot hadir Sekda Makassar Andi Zulkifly Nanda, Ketua Tim Ahli Hudli Huduri, serta sejumlah kepala badan seperti Brida, Ekbang, Perindustrian, PDAM, dan Bapenda.
Appi mengungkapkan bahwa Makassar memiliki kesamaan tantangan dengan Jakarta, yakni terbatasnya lahan pertanian. Dengan hanya sekitar 1.400 hektare lahan pertanian aktif, produksi pangan lokal belum mampu memenuhi kebutuhan mandiri kota.
Karena itu, Makassar membutuhkan model bisnis pangan yang cerdas dan efisien dalam pengelolaan distribusi, logistik, dan pasokan antar daerah.
“Kami datang ke Food Station untuk belajar dari pengalaman nyata. DKI Jakarta yang minim lahan pertanian bisa membangun kekuatan pangan melalui kemitraan strategis. Makassar pun bisa melakukannya,” ujar Appi.
Appi menilai pentingnya membangun rantai pasok pangan modern berbasis urban farming, pusat distribusi, dan produksi antarwilayah.
Apalagi posisi strategis Makassar sebagai simpul distribusi Indonesia Timur mencakup Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua, hingga Nusa Tenggara merupakan peluang besar yang selama ini belum dioptimalkan secara maksimal.
“Bayangkan jika kita bisa menjadi hub distribusi sekaligus produksi untuk lebih dari 60 juta penduduk di Indonesia Timur. Ini peluang ekonomi sekaligus solusi ketahanan pangan,” tegas Appi.
Menurutnya, kehadiran Perseroda Pangan Makassar tidak hanya sebagai entitas bisnis, melainkan sebagai motor penggerak untuk memperkuat ketersediaan bahan pokok, stabilisasi harga, serta membuka lapangan kerja. Model Food Station dinilai cocok untuk diadaptasi dengan kondisi geografis dan ekonomi Kota Makassar.
Dalam pertemuan itu, Munafri juga menyampaikan harapan adanya kolaborasi teknis lanjutan antara Pemkot Makassar dan Food Station, guna menyusun rencana bisnis yang relevan dengan karakteristik kota.
Ia menekankan bahwa upaya ini bukan sekadar meniru, tetapi mengadaptasi dengan kondisi lokal agar lebih efektif dan berdampak sosial.
“Ini adalah bagian dari transformasi BUMD Makassar. Kami tidak ingin lagi model pasif yang hanya bertumpu pada dana penyertaan modal, tapi perusahaan daerah yang aktif, produktif, dan mandiri,” ucap Appi.
Appi menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal produksi, tetapi soal logistik, manajemen, dan strategi distribusi lintas wilayah.
“Makassar tidak bisa bergantung terus pada daerah lain. Kita harus siapkan sistemnya, bangun kemitraan, dan perkuat SDM lokal. Perseroda pangan akan jadi ujung tombaknya,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Food Station, Karyawan Gunarso, memaparkan bagaimana perusahaannya yang didirikan sejak 1972 dan resmi menjadi BUMD pada 2014, mampu bertahan bahkan tumbuh di tengah tantangan keterbatasan produksi lokal.
Dengan bermitra bersama kelompok tani di berbagai provinsi, kini 75% omzet perusahaan disumbang dari kegiatan perdagangan beras dan produk pangan lainnya.
“Food Station awalnya hanya mengelola pasar dan kios, omzetnya kecil. Tapi kami ubah total model bisnis dengan memperkuat kerja sama dan integrasi rantai pasok. Hasilnya bisa dilihat sekarang,” jelas Gunarso.
Dalam beberapa tahun terakhir, Food Station juga mulai merekrut talenta profesional dari sektor swasta untuk memperkuat kapasitas manajerial dan mempercepat ekspansi pasar. Produk mereka kini telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, bahkan memiliki merek dagang sendiri.
Selain aspek bisnis, Food Station tetap menjalankan misi sosial. Setiap hari, melalui program pangan murah keliling, perusahaan ini mendistribusikan bahan pokok dengan harga terjangkau ke 20 kelurahan di DKI Jakarta.
“Model seperti ini bukan hanya menguntungkan secara bisnis, tapi berdampak nyata terhadap daya beli masyarakat,” tutup Gunarso.