Ilustrasi Ambulance Laut, (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar terus memperkuat layanan kesehatan masyarakat kepulauan dengan menyiapkan satu unit ambulans laut pada tahun anggaran 2026.
Langkah ini menjadi jawaban atas keterbatasan akses transportasi medis di wilayah pesisir yang selama ini hanya bergantung pada perahu nelayan dan kapal masyarakat.
Pemkot Makassar melalui Dinas Kesehatan (Diskes) menetapkan pengadaan ambulans laut sebagai program prioritas dalam mendukung kesetaraan layanan kesehatan antara wilayah daratan dan kepulauan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr Ahmad Asy’Arie, menjelaskan bahwa ambulans laut akan dibangun dengan spesifikasi sesuai standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Dari kepulauan ke Kota Makassar, alat dan desainnya harus sesuai dengan spektek ambulans laut dari Kemenkes,” jelas Ahmad kepada wartawan, Senin (06/10).
Ia menyebut, pada tahap awal Pemkot mengalokasikan anggaran sekitar Rp1,9 miliar untuk satu unit ambulans laut. Fasilitas ini nantinya akan ditempatkan di Puskesmas Barrang Lompo, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, agar operasionalnya bisa lebih terkoordinasi dengan kebutuhan masyarakat pulau.
“Selama ini pasien, terutama ibu melahirkan, sering menumpang kapal masyarakat. Jadi pemerintah berinisiatif menyiapkan sarana resmi agar lebih aman dan cepat,” tambahnya.
Sementara itu, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Yankes, Ade Rendra Kurniawan, menuturkan bahwa ambulans laut tersebut akan menggunakan bahan fiber dengan waktu pengerjaan sekitar tiga hingga empat bulan.
“Sebenarnya sempat direncanakan masuk di anggaran perubahan, tapi karena waktunya tidak cukup, jadi baru bisa dimasukkan di anggaran pokok tahun depan,” ujarnya.
Ade menjelaskan, kapal ambulans akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas medis penting, seperti tabung oksigen, alat kejut jantung otomatis (AED), kasur pasien, GPS, hingga alat pemadam api ringan (APAR). Kapal juga akan memiliki ruang kemudi terpisah dan sekat khusus pasien untuk menjaga kenyamanan serta keamanan selama perjalanan.
“Kapalnya fleksibel. Kalau tidak ada pasien, bisa digunakan untuk mengangkut 6–10 penumpang. Tapi kalau ada pasien, bangkunya bisa dilipat menjadi tempat berbaring lengkap dengan sabuk pengaman medis,” terang Ade.
Selain memperhatikan aspek keselamatan, desain ambulans laut juga dirancang agar mampu menghadapi kondisi ombak dan jarak tempuh yang cukup jauh menuju rumah sakit di daratan. Kapal ini dipastikan mampu beroperasikan dalam berbagai kondisi laut, termasuk saat cuaca sedang tidak bersahabat.
Ade menambahkan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan mekanisme pengadaan dan seleksi vendor agar pembangunan kapal berjalan tepat waktu dan sesuai spesifikasi teknis.
“Kami pastikan tahun depan realisasi dimulai. Ini menjadi program prioritas dari Pak Wali Kota Makassar karena menyangkut keselamatan warga kepulauan,” tegasnya.
Kehadiran ambulans laut diharapkan menjadi solusi konkret untuk menjawab tantangan layanan kesehatan di wilayah kepulauan Makassar. Program ini tidak hanya mempercepat penanganan darurat, tetapi juga menekan angka kematian ibu dan anak, serta meningkatkan efisiensi rujukan pasien antar-pulau.
Pemkot Makassar juga membuka peluang untuk menambah unit ambulans laut di tahun-tahun berikutnya, sesuai kebutuhan dan sebaran penduduk di tiga kelurahan kepulauan, yakni Barrang Lompo, Barrang Caddi, dan Kodingareng.


















































