
KabarMakassar.com – Maraknya konten pornografi anak yang beredar di berbagai platform digital kian meresahkan. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan keresahan di kalangan orang tua, tetapi juga memicu kekhawatiran serius terhadap tumbuh kembang anak-anak di era serba online.
Melihat situasi tersebut, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar mengambil langkah nyata dengan menggelar edukasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia lembaga penyedia layanan perlindungan anak tingkat kabupaten/kota.
Kegiatan yang berlangsung dua hari, 20–21 Agustus 2025 di Hotel Golden Tulip, ini mengangkat tema ‘Edukasi Peningkatan Kesadaran Tentang Bahaya Pornografi pada Anak’.
Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3A Makassar, Isnaniah Nurdin, menegaskan bahwa isu pornografi anak bukan lagi persoalan kecil. Angkanya terus meningkat dan berdampak luas terhadap psikologis maupun perilaku anak-anak.
“Kita mengambil isu pornografi dan kekerasan seksual terhadap anak karena angkanya lumayan tinggi. Ini menjadi peringatan, bukan hanya untuk pemerintah, tapi juga orang tua, guru, dan seluruh elemen masyarakat. Ada realitas sosial yang sedang kita hadapi,” ungkap Isnaniah.
Dalam sesi edukasi, orang tua dilatih untuk memahami cara memantau aktivitas digital anak, mengenali tanda-tanda ketika anak sudah terpapar konten pornografi, hingga bagaimana memberikan penjelasan yang tepat sesuai usia anak.
Isnaniah menekankan, peran keluarga adalah benteng pertama sebelum negara hadir dengan regulasi maupun tindakan hukum.
DP3A tidak bergerak sendiri. Unsur masyarakat seperti Tim Penggerak PKK, majelis taklim, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga perwakilan forum anak turut dilibatkan sebagai agen perubahan.
Strategi ini diyakini mampu memperluas jangkauan edukasi sekaligus memperkuat filter sosial di tingkat keluarga dan komunitas.
“Pemahaman tentang bahaya pornografi ini harus menjadi gerakan bersama. Kita akan membekali diri dengan pengetahuan tentang bagaimana pornografi merusak anak, bagaimana mengenali tanda-tandanya, dan yang terpenting, bagaimana cara menghindarinya,” tegas Isnaniah.
Tak bisa dipungkiri, derasnya arus digitalisasi membuat anak-anak semakin sulit terhindar dari paparan konten negatif. Namun, dengan pengawasan yang konsisten dan komunikasi yang sehat, orang tua dapat meminimalkan risiko.
Selain itu, pemerintah melalui DP3A juga menghadirkan narasumber berkompeten, seperti Tim TRC UPTD PPA Abu Talib, serta Direktur PKBI Andi Iskandar, untuk memperkuat pemahaman orang tua dan masyarakat mengenai penanganan kasus.
“Kalau orang tua aktif, sekolah ikut mendampingi, dan masyarakat peduli, maka kita bisa ciptakan ekosistem aman dan sehat untuk anak-anak tumbuh,” tambah Isnaniah.
Edukasi ini menjadi momentum penting agar isu pornografi anak tidak dipandang sebelah mata. Sebab, di balik layar gawai yang tampak sepele, ada ancaman serius yang bisa merusak masa depan generasi muda.