KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar memastikan proyek ducting sharing atau sistem jalur utilitas bawah tanah akan mulai diterapkan pada tahun 2026 mendatang.
Program ini masuk dalam Anggaran Pokok 2026 dan akan menjadi pilot project tahap pertama di enam ruas jalan utama dengan total panjang 15,5 kilometer.
Berdasarkan data Pemkot Makassar enam koridor jalan tersebut meliputi Jalan Boulevar sepanjang 2,8 kilometer, Jalan Pengayoman 4,5 kilometer, Jalan Rappocini 1,9 kilometer, Jalan Haji Bau 1,7 kilometer, Jalan Bontolempangan 2,4 kilometer, dan Jalan Hasanuddin 2,2 kilometer.
Keenam ruas ini menjadi prioritas awal untuk penerapan sistem ducting sharing yang nantinya akan menata ulang seluruh jaringan kabel udara dan infrastruktur telekomunikasi di kota Makassar.
Kepala Dinas Pertanahan Kota Makassar, Sri Sulsilawati, menjelaskan bahwa proses perencanaan proyek ini telah masuk tahap akhir dan siap diimplementasikan tahun depan.
“Tadi kita sudah lihat beberapa ruas jalan yang menjadi koridor untuk penerapan ducting sharing. Insyaallah tahun depan semua sudah dimasukkan dalam anggaran pokok 2026,” jelas Sri, Selasa (11/11).
Menurutnya, konsep ducting sharing menjadi solusi modern untuk menata ulang kabel-kabel fiber optik (FO) dan utilitas kota yang selama ini menjuntai di udara dan menimbulkan kesan semrawut.
Melalui sistem ini, seluruh jaringan kabel akan ditanam di bawah tanah secara teratur, dengan desain teknis yang memungkinkan perawatan dan pengendalian berkala setiap 50 meter.
“Modelnya nanti dibuat jarak-jarak 50 meter sebagai titik kontrol untuk utilitas kabel di dalam. Jadi semua FO akan diturunkan agar tertata rapi dan bisa dikontrol dengan mudah,” tambah Sri.
Dinas Pertanahan Makassar bersama tim teknis masih membahas model pelaksanaan proyek tersebut, apakah akan dilelang melalui pihak ketiga atau dikembangkan dengan skema investasi kerja sama.
“Kita masih melihat bagaimana model instrumennya, apakah nantinya dilelang atau berbentuk investasi. Semua sedang dikaji bersama tim,” ungkapnya.
Meski membutuhkan biaya yang cukup besar, sistem ducting sharing dinilai jauh lebih efektif dan efisien dalam jangka panjang. Selain memperindah wajah kota, langkah ini juga dianggap mendukung visi Makassar sebagai Kota Cerdas (Smart City) dengan infrastruktur digital terintegrasi.
“Memang biayanya besar dibandingkan penanaman kabel biasa, tapi manfaatnya jauh lebih besar. Yang penting kita atur dulu kabel-kabel FO agar semua tertib dan efektif. Nantinya konsep ini akan diberlakukan di seluruh jalan di Kota Makassar secara bertahap,” tegas Sri.
Tahap pertama proyek ini akan menjadi contoh penerapan sistem utilitas terpadu di Makassar. Setelah berhasil di enam koridor utama, Pemkot berencana memperluas proyek ducting sharing ke ruas-ruas jalan lain hingga menjangkau seluruh wilayah kota.
Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Makassar dalam membangun tata ruang yang modern, tertib, dan berkelanjutan. Dengan penerapan ducting sharing, Makassar diharapkan dapat menekan risiko gangguan jaringan, memperindah estetika kota, serta menciptakan efisiensi bagi operator telekomunikasi yang selama ini bekerja secara terpisah.
Sebelumnya, Komisaris PT Tiga Permata Bersinar, Ricky Fandi, menjelaskan bahwa perhitungan awal investasi tahap pertama mencakup pembangunan di enam ruas jalan sepanjang 15 kilometer. Nilai ini setara dengan Rp2,1 miliar per kilometer atau sekitar Rp2,1 juta per meter.
“Angka ini masih estimasi, bisa naik atau turun tergantung metode galian dan material yang digunakan. Ada dua opsi, teknik flinching yang minim galian, atau boring yang biayanya lebih besar karena langsung memasukkan pipa,” kata Ricky dalam presentasi di hadapan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin, Kamis (25/09).
Tahap pertama pembangunan ducting sharing akan dimulai awal tahun depan dan mencakup Jalan Boulevard, Jalan Pengayoman, Jalan Haji Bau, Jalan Sultan Hasanuddin, dan beberapa ruas strategis lainnya.
Setiap ruas akan dilengkapi tiga jalur pipa dengan fungsi berbeda, yaitu akses – jalur distribusi ke pelanggan operator. Backbone – jalur utama yang dapat disewa provider, Distribusi – jalur pendukung untuk jaringan internal.
Di Jalan Boulevard, misalnya, jalur ducting akan dipasang bersebelahan dengan pipa PDAM. Galian dilakukan setiap 50 meter dengan kedalaman 1,5 meter.
Sementara di Jalan Sultan Hasanuddin, tantangan lebih berat karena keberadaan IPAL (instalasi pengolahan air limbah) yang posisinya sejajar dengan rencana jalur ducting.
“Ini perlu pengawasan ketat agar pelaksanaannya aman,” jelas Ricky.
Setiap 50 meter akan dipasang handhole atau manhole berisi pipa HDPE berdiameter 6 inci yang mampu menampung tiga jalur mikroduct. Desain ini diproyeksikan cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan hingga 5–6 tahun ke depan.
Ricky menambahkan, pengelolaan pusat kendali jaringan akan dilakukan melalui Network Operation Center (NOC) milik PT Tiga Permata Bersinar bersama provider terkait. Dengan sistem ini, gangguan jaringan dapat segera terdeteksi dan ditangani sesuai provider masing-masing.
“Dengan investasi ini, Makassar tidak hanya menata kabel udara, tapi juga menyiapkan jalur transportasi data yang andal untuk kebutuhan digital masa depan,” paparnya.


















































