Bimtek Manajemen LRB/MDMC dan Pengelolaan Risiko Bencana pada Satuan PNF, (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus memperluas perannya sebagai kekuatan kemanusiaan nasional.
Melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Lembaga Resiliensi Bencana (LRB/MDMC) dan Pengelolaan Risiko Bencana pada Satuan Pendidikan Nonformal (PNF), MDMC menargetkan penguatan kapasitas wilayah timur Indonesia yang dikenal sebagai kawasan dengan risiko bencana tinggi.
Kegiatan berlangsung pada 14–16 November 2025 di Whiz Prime Hotel Makassar dengan diikuti delegasi dari Maluku, Maluku Utara, NTT, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya. Unismuh Makassar ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan agenda ini.
Ketua LRB/MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan, menegaskan bahwa posisi MDMC kini tidak lagi terbatas sebagai lembaga penanggulangan bencana internal Muhammadiyah. MDMC telah tampil sebagai aktor penting dalam jaringan kemanusiaan global.
“MDMC adalah Emergency Medical Team pertama di Indonesia yang tersertifikasi WHO. Itu bukan capaian kecil. Dunia internasional mengakui standar kita,” ujarnya, Jumat (14/11)
Budi menyebut, pengakuan WHO bukan sekadar pencapaian teknis, tetapi sekaligus amanah besar untuk memastikan setiap anggota MDMC dapat memberikan layanan yang memenuhi standar kemanusiaan internasional, baik di dalam negeri maupun pada misi global.
“Dari pelatihan seperti ini kita memastikan kapasitas tim di Maluku, Papua, dan NTT tidak tertinggal. Semua wilayah harus mampu bekerja dengan standar yang sama,” tegasnya.
Ia juga menyinggung bahwa MDMC telah terlibat aktif dalam misi kemanusiaan internasional seperti respons gempa di Turki dan dukungan kemanusiaan untuk Palestina, menegaskan posisi MDMC sebagai aset bangsa, bukan hanya milik Muhammadiyah.
Ketua PP Muhammadiyah, Dr. dr. Agus Taufiqurrahman, menambahkan bahwa Indonesia sebagai negara yang berada di kawasan ring of fire memiliki tingkat kerentanan bencana yang tinggi. Menurutnya, budaya kesiapsiagaan masih jauh dari ideal dan membutuhkan upaya berkelanjutan.
“Kita berada di wilayah rawan gempa, tsunami, hingga longsor. Namun kesiapsiagaan belum menjadi budaya yang kuat. Ini pekerjaan besar bagi bangsa, dan MDMC punya peran penting,” ujarnya.
Agus menilai penguatan wilayah timur sangat mendesak mengingat kondisi geografis, keterisolasian, serta minimnya infrastruktur pendukung. Wilayah Papua dan daerah kepulauan disebutnya sebagai kawasan yang paling rentan.
“Masyarakat yang paling jauh dari pusat kekuasaan justru harus mendapat perlindungan terbaik. Inilah makna dakwah kemanusiaan,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kerja kebencanaan MDMC merupakan wajah nyata dakwah sosial Muhammadiyah, yang melampaui batas agama dan wilayah.
Di sela kegiatan, Agus menyampaikan apresiasi atas pembukaan Program Dokter Spesialis Kegawatdaruratan di Unismuh Makassar.
“Di Indonesia prodi seperti ini tidak lebih dari tujuh. Artinya, ke depan Unismuh menjadi pemasok SDM Muhammadiyah yang siap menghadapi bencana,” pungkasnya.


















































